"Dasar anak se*an. Awas saja kamu Azriel. Saya tidak akan melepaskan kamu!" ancam Mas Haris seraya berusaha bangun, mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah lalu berjalan gontai meninggalkan kamar.Napas Azriel masih naik turun tidak beraturan menahan emosi. Aku terus memeluk tubuhnya, menumpahkan air mata sambil tidak henti-hentinya mengingatkan dia untuk mengucap istighfar.Tidak lama kemudian Syaqila berlari masuk dan menghambur ke dalam pelukan, ikut menangis sambil mendekap erat pinggang ini."Qila takut, Mama," lirihnya dengan suara bergetar."Qila nggak usah takut. Ada Abang yang akan melindungi Qila dan Mama dari si Haris breng-sek itu!" sungut si sulung masih dengan nada meninggi, bahkan sekarang malah memanggil ayahnya tanpa embel-embel papa."San, tolong ambilkan minum buat abang!" titahku kepada Sani yang tengah berdiri di muka pintu dengan mata sudah berembun. Sepertinya dia juga ketakutan melihat kelakuan mant
"Sialan si Azriel. Disekolahin tinggi-tinggi tapi malah berani melawan orang tua. Ini pasti ajaran si Ambar yang gagal mendidik anak!" Aku mencengkram kemudi hingga buku-buku tanganku memutih. Kesal, marah, emosi karena perbuatan putra sulungku yang sudah berani menghajarku hingga babak belur.Memangnya salah kalau aku masih menggauli ibunya. Toh, baru jatuh talak dua. Masih bisa rujuk jika aku mau merujuknya. Dasar Ambar sok suci, pura-pura nolak, padahal dalam hati begitu menginginkan sentuhan lelaki.Mobil kulajukan dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota, tidak perduli dengan suara klakson kendaraan lain yang mungkin memperingatkan aku untuk hati-hati dalam mengemudi. Amarahku saat ini sedang meninggi dan sulit terkendali, mengingat apa yang sudah dilakukan anakku sendiri di rumah tadi.Arghh! Sialan. Awas saja kamu Ambar. Aku pastikan hidup kamu akan hancur perlahan, dan kamu akan mengemis untuk kembali kepadaku.Dasar peremp
Esok harinya, sesuai janji aku mengajak Devi ke sebuah showroom mobil tidak jauh dari apartemen. Wajah sang penghuni relung hati terlihat berbinar bahagia saat melihat-melihat koleksi mobil yang harganya membuat dada ini hampir tidak bisa bernapas itu.Namun demi cinta yang tengah membara dalam dada, apa pun akan kulakukan demi dia, meski harus menghabiskan uang tabuhan dan mengorbankan rumah tangga yang sudah belasan tahun dibina.Aku mencintai dia lebih dari apa pun di dunia ini, dan bahkan jika nyawa yang dia minta mungkin akan kuberikan juga.Bukannya terlalu berlebihan. Tetapi entahlah, semenjak bertemu dengan dia di acara anniversary perusahaan aku merasa jiwa mudaku kembali bergelora. Aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Padahal, dulu-dulu ketika Ambar memperkenalkan dia sebagai sahabatnya aku tidak pernah memiliki perasaan apa-apa.Hingga akhirnya Devi menghampiri, meminta bertukar nomer ponsel dan dia sering meminta pertolong
Suasana kantor terlihat sudah ramai lalu lalang karyawan karyawati seperti biasa. Aku segera memarkirkan mobil di tempat parkir khusus yang disediakan untukku, kemudian lekas turun sambil bersiul-siul mengungkapkan kebahagiaan dalam hati, karena sepertinya hari ini adalah hari keberuntunganku. Aku akan bertambah kaya raya dan sukses setelah berpisah dengan si Ambar.Kemarin banyak yang bilang kalau aku akan menyesal karena sudah berani menyakiti hati wanita yang sudah menemani hidupku mulai dari nol dan lebih memilih untuk mempertahankan Devi, dan katanya hidupku akan menderita karena pengkhianatan yang kulakukan. Buktinya sekarang, aku akan bertambah sukses dan kaya raya sebab proyek besar yang rencananya akan dikerjakan dua atau tiga bulan lagi malah sekarang sudah berada di depan mata.Duduk di kursi singgasana, memanggil office boy menyuruhnya untuk membuat secangkir kopi capuccino serta membelikan sarapan di kantin. Perut sudah terasa keroncongan karena belum diisi apa pun sebelu
Aku menelan saliva dengan susah payah. Mimpi apa semalam karena pagi-pagi seperti ini malah mendapat kabar buruk dari Pak Andika. Aku pikir dia datang untuk mempercepat kerjasama, eh, malah mutuskan kontrak kerjasama secara sepihak. Apes banget. Pusing kalau sudah seperti ini. Mana angsuran banyak, Devi juga semakin sering meminta transferan."Bapak yakin alasannya hanya karena itu? Apa jangan-jangan Bapak memutuskan kerjasama kita atas permintaan Bu Rianti?" pungkasku, karena tiba-tiba teringat kalau Devi pernah melihat Ambar sedang bersama dengan istri Pak Andika."Itu salah satunya juga!" jawabnya dengan enteng. Dasar suami takut istri. Nggak profesional. Masa menyangkut pautkan masalah pribadi dengan masalah perusahaan?"Pak, semua yang dikatakan Bu Rianti itu tidak benar. Saya tidak pernah selingkuh dengan siapa pun. Saya ini tipe laki-laki setia dan penyayang. Masa iya saya berani mengkhianati cinta istri saya yang sudah menemani saya dari nol!" "Itu Bapak sadar kalau istri Bap
Daripada terus menerus merasa pusing dengan segala problema yang melanda, lebih baik kembali ke apartemen menemui kekasih hatiku. Siapa tahu dengan bertemu dengannya hati ini akan merasa sedikit lega tidak sesak serta terus menerus emosi seperti ini.Mobil kulajukan menembus ramainya jalanan kota, hingga saatnya lampu lalulintas menyala merah dan aku menghentikan laju kendaraan, tanpa sengaja melihat seorang perempuan persis seperti Devi sedang berada di dalam sebuah mobil bersama seorang laki-laki. Mereka terlihat begitu mesra dan tanpa sungkan saling menggamit bibir, tanpa perduli dengan orang-orang yang tengah memperhatikan.Seketika rasa panas menjalari hati, begitu cemburu melihat apa yang sedang terjadi. Buru-buru melepas sabuk pengaman, berniat turun lalu menghampiri dua sejoli nan menjijikkan itu, akan tetapi lampu lalulintas malah menyala hijau dan mobil yang membawa kekasih hatiku melesat meninggalkan perempatan jalan serta luka yang menganga di dada.
"Saya tidak pernah merasa melakukan apa yang sudah dituduhkan. Jadi sebaiknya Bapak pergi dari sini, karena saya capek baru pulang kerja dan mau istirahat!" Mengusir petugas yang akan menangkapku."Silakan Bapak jelaskan nanti di kantor polisi. Kami hanya menjalankan tugas, dan atasan kami menyuruh kami membawa Bapak sekarang juga!" ucapnya kemudian."Ada apa, Mas?" tanya Devi seraya menghampiri, padahal saat ini dia hanya mengenakan sebuah lingerie."Kamu masuk saja, Sayang. Ini urusan Mas," titahku karena polisi tersebut terus menatap tubuh kekasih hatiku tanpa berkedip walau hanya sedetik."Iya, Mas!" Dia segera mengayunkan kaki meninggalkan kami dan mengenyakkan bokong di sofa."Mari, Pak. Ikut kami!" Petugas hendak memborgol tanganku, akan tetapi aku menolaknya dengan tegas. Memalukan sekali kalau mereka membawaku ke parkiran dengan kondisi diborgol seperti penjahat.Aku pun digiring ke mobil patroli, dibawa ke kantor polisi
Malam kian merangkak larut. Seorang petugas datang membawa sepiring nasi beserta sayur kangkung serta tempe goreng di atasnya, juga segelas air putih yang ditempatkan di gelas plastik usang nan menjijikkan.Melihatnya saja sudah tidak berselera, apalagi lagi harus menyantapnya. Bukan levelku menyantap makanan tidak berkelas seperti itu."Pak, tolong belikan saya makanan yang enak, saya tidak mungkin menyantap makanan seperti ini!" titahku sembari menyerahkan selembar uang ratusan ribu kepada petugas."Silakan makan saja apa yang tersedia, Pak. Ini kantor polisi, bukan restoran. Saya juga bekerja sebagai penjaga sel tahanan, bukan kurir yang bisa disuruh-suruh!" jawab petugas dengan name tag Hariyanto itu dengan nada ketus. Jumawa. Baru jadi petugas kelas bawah saja sudah sombong. Bagaimana kalau sudah naik pangkat nanti.Petugas akhirnya melenggang pergi meninggalkanku, hingga akhirnya mau tidak mau menyantap makanan yang tersedia walaupun perut j