Home / Romansa / Vonis Cinta Sang Hakim / 63. Penghibur Khusus

Share

63. Penghibur Khusus

Author: Cerita Tina
last update Last Updated: 2025-10-06 15:14:41

Mereka masih melanjutkan pesta kecil itu. Beberapa perempuan penghibur mulai masuk dengan senyum genit untuk menghibur para pria hidung belang itu.

Varen hanya melirik sekilas, tidak terlalu menanggapi mereka. Ia menggeser duduknya, mencoba mengalihkan perhatian dan berpura-pura fokus mengajak beberapa pria itu membahas hal-hal yang menurutnya lebih menarik.

Seorang pria di ujung meja, dengan wajah yang sedikit memerah karena alkohol, menyeletuk sambil menatap Varen.

“Ren, kau sudah bekerja untuk Tuan Orion, jangkauanmu sudah tinggi. Tapi apakah kau masih mau membantu kita?”

Suasana mendadak sedikit meredup, seolah semua orang ingin mendengar jawaban Varen.

Varen menegakkan punggungnya, pura-pura tenang. “Apa yang Bapak maksud?”

Pria itu adalah pejabat dari lembaga keuangan. Dengan senyum tipis ia melanjutkan,

“Ada satu kasus perdata yang mengganggu. Seorang pengusaha menolak menyetor ‘kontribusi khusus’ pada jaringan kita. Ia ngotot membawa masalah ini ke pengadilan. Kami butuh kau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Vonis Cinta Sang Hakim   65. Tak Berbekas

    Menjelang fajar, langit masih gelap dan jalanan terasa lengang. Mobil yang ditumpangi Varen dan teman-temannya melaju pelan meninggalkan halaman hotel. Begitu sampai di luar, udara terasa dingin. Radit menarik resleting jaketnya hingga menutup leher. Varen menepuk-nepuk bahunya yang kaku, matanya menyapu jalanan kosong di sekitar. Mereka memutuskan berhenti sebentar di depan minimarket mini untuk bercengkrama, sekadar menunggu kantuk reda.Varen merapikan kerah kemejanya. Saat itu ia baru menyadari bau yang menempel di tubuhnya begitu menyengat. Campuran alkohol yang tumpah di lengan bajunya dan aroma asap rokok yang tertinggal di serat kain. Rasanya lengket, seperti menempel di kulit dan sulit dihapus meskipun ia sudah beberapa kali mengibaskan kerahnya.Lino berinisiatif mengantar Tari pulang ke rumahnya. Meninggalkan Varen dan Radit berdua. Radit menyelutuk, "Ren, tidak apa-apa pulang begitu?, baumu sangat menyengat." Varen menggaruk tengkuknya, "Istriku bisa curiga, belakangan i

  • Vonis Cinta Sang Hakim   64. Deep Talk

    Sementara itu, di rumah Viona. Mayang masih semangat bernyanyi karaoke. Suaranya terdengar sampai ke lorong kamar. Theo yang sedang bermain di kamarnya keluar sambil mengerutkan kening. Ia berjalan kecil mendekati Mayang. “Tante May, berisik!” keluhnya kesal. Rio dan Viona yang sedang duduk di ruang tamu ikut tertawa melihatnya. “Cukup, Kak. Telingaku hampir berdarah,” sindir Rio sambil menutup telinganya pura-pura kesakitan. Mayang langsung menghentikan nyanyiannya dan berekspresi manyun. “Kalian ini kurang asik. Tak bisakah kita bersenang-senang sebentar?” protesnya. Viona tertawa kecil sambil menggeleng. “Tidak ada yang larang May, tapi kecilin volumenya. Gelasku sampai bergetar." Mayang hanya terkekeh. Musik masih mengalun dari speaker, minuman dingin dan makanan ringan memenuhi meja depan mereka. Theo berlarian kesana-kemari dengan tawa riangnya, sesekali digendong Rio dengan gaya pesawat terbang hingga bocah itu menjerit kegirangan. Mayang duduk di sofa sambil mem

  • Vonis Cinta Sang Hakim   63. Penghibur Khusus

    Mereka masih melanjutkan pesta kecil itu. Beberapa perempuan penghibur mulai masuk dengan senyum genit untuk menghibur para pria hidung belang itu.Varen hanya melirik sekilas, tidak terlalu menanggapi mereka. Ia menggeser duduknya, mencoba mengalihkan perhatian dan berpura-pura fokus mengajak beberapa pria itu membahas hal-hal yang menurutnya lebih menarik.Seorang pria di ujung meja, dengan wajah yang sedikit memerah karena alkohol, menyeletuk sambil menatap Varen.“Ren, kau sudah bekerja untuk Tuan Orion, jangkauanmu sudah tinggi. Tapi apakah kau masih mau membantu kita?”Suasana mendadak sedikit meredup, seolah semua orang ingin mendengar jawaban Varen.Varen menegakkan punggungnya, pura-pura tenang. “Apa yang Bapak maksud?”Pria itu adalah pejabat dari lembaga keuangan. Dengan senyum tipis ia melanjutkan, “Ada satu kasus perdata yang mengganggu. Seorang pengusaha menolak menyetor ‘kontribusi khusus’ pada jaringan kita. Ia ngotot membawa masalah ini ke pengadilan. Kami butuh kau

  • Vonis Cinta Sang Hakim   62. Penjaga

    Mayang tiba di depan rumah Viona dan menekan bel. Tak lama, pintu terbuka, menampilkan Viona yang menyambutnya dengan senyum ceria. “Aku kangen sekali,” ucap Mayang dengan nada riang sambil memeluk Viona. Viona tertawa kecil, membalas pelukan itu. Dari dalam kamar, Varen keluar sambil mengenakan jaketnya dengan tergesa-gesa. “May, titip istriku ya,” ujarnya santai. Mayang mengangkat alis, pura-pura cemberut. “Emang Kak Varen mau ke mana?” tanyanya basa-basi. Varen menyeringai, “Mau dugem bentar sama Radit,” jawabnya dengan nada menggoda. Mayang langsung mendecih. “Enak ya party tapi istrinya ditinggalin,” celetuknya setengah bercanda. Varen tertawa. “Kalian juga bisa kok senang-senang di rumah. Di bawah rak TV ada mic wireless, kalau mau karaokean tinggal nyalakan saja,” kata Varen sambil memakai sepatu Mayang menjadi antusias, matanya berbinar. “Serius? Wah, ya sudah kalau begitu, pergi sana!” katanya sambil tertawa lepas. Viona hanya menggeleng pelan melihat interaksi

  • Vonis Cinta Sang Hakim   61. Naik Jabatan.

    Varen merasa lega karena keadaan aman untuk beberapa saat. Namun hal mengejutkan datang. Setelah Varen berhasil mencegah Anton membuka kasus itu, pihak mafia merasa puas. Mereka memberi hadiah kepadanya yaitu kenaikan jabatan menjadi Hakim Madya. Varen merasakan dadanya sesak. Ada rasa senang karena kedudukannya sedikit lebih tinggi. Tapi ia juga sadar, langkah berikutnya tidak akan mudah. Akan ada lebih banyak tuntutan yang mungkin tak sanggup ia penuhi. Ia menerima undangan perayaan keberhasilan dari pihak Orion, kelompok berpengaruh yang selama ini diam-diam mengawasinya. Mereka mengajaknya merayakan pesta kecil untuk kenaikan pangkatnya di sebuah hotel nanti malam. Sepulang kerja ia mampir ke kontrakan lamanya untuk mengabarkan tentang jabatannya dan undangan itu kepada dua sahabatnya, Lino dan Radit. “Wah, Selamat atas kenaikan jabatanmu,” kata Radit sambil menepuk bahunya. “Sepertinya kita butuh party nih.” Varen tertawa kecil. “Hahaha, nanti kita buat perayaan kecil.

  • Vonis Cinta Sang Hakim   60. Lega

    Mendengar Pak Anton memang menyimpan bukti tentang korupsi pelabuhan, Varen meminta untuk bisa melihat berkasnya. Mata Varen menyipit. “Boleh saya lihat?”Anton menatapnya tajam. "Mengapa kau terlalu gegabah anak muda?, setidaknya sebelum itu aku harus tahu dulu apa tujuanmu ingin berdiri dibawah dua kaki begini."Varen mengangguk mengerti, Lino yang merasa tatapan curiga Anton pada temannya akhirnya menyela."Varen ini adalah adiknya Bu Thania Pradipta.""Apa? benarkah?" Anton sempat terkejut mendengar nama Thania. Ia mengangguk pelan seolah ingin mengerti."Thania dan suaminya punya keberanian menghadapi mereka, namun kau tahu akibatnya kan, yang dialami kakakmu itu bisa jadi akibat dari keberanian itu. Apa kau sudah pikir panjang?" tanya Anton tegas."Justru karena itu, saya tidak bisa tinggal diam. Saya tidak mau kepergian kakak saya dan suaminya dianggap angin lalu begitu saja. Lagipula kami disini juga ingin melindungi anda Pak.""Kami ingin meruntuhkan sosok Orion dari dalam."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status