Share

Strategi

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-20 00:06:21

"Hai, Ainun. Sudah lama menunggu?" tanya Bang Ridho mulai bersandiwara.

"Enggak ko, Bang. Baru aja, iya kan, Mas?" aku beralih pandang pada Mas Wisnu. Ia gelagapan.

"Eh, Wisnu, Wina kamu sedang makan siang?" tanya Bang Ridho.

"I-iya, Pak. Ka-kami sed ...."

"Loh, tadi kata Mas Wisnu dia namanya Ayu?" potongku saat Wina belum selesai mengatakan sesuatu.

Bang Ridho mengerutkan kening, sedangkan Mas Wisnu kulihat salah tingkah.

"Gimana si, Mas?" aku berdecik kesal.

"A-anu, Dek. Sebenarnya aku tak terlalu paham namanya. Kita baru saja bertemu." bohongnya,"kebetulan kami tadi mau makan dan kursi penuh jadi .... " 

"Lah, bukannya kamu sudah kenal dengan Wina sekretarisku. Bahkan setiap laporan yang masuk kan selalu melewatinya sebelum sampai ketanganku." kali ini Bang Ridho bersuara.

Alih-alih berbohong menutupi perselingkuhannya sekarang Mas Wisnu mati kutu.

"Udahlah, kamu tak perlu menutupi dari istrimu, aku yakin Ainun itu wanita yang smart, tak mungkin cemburu pada Wina tanpa alasan. Tinggal bilang kalau kalian makan siang bareng karena sama-sama satu kantor dan tak perlu berbohong tentang nama Wina." 

"Ma-maaf .... " lirih Mas Wisnu.

"Oh ya, Win. Kenalkan dia itu istrinya Wisnu. Ainun. Gadis pandai sarjana ekonomi S2 namun memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Hebat bukan? Bahkan aku sudah membujuknya untuk bekerja menjadi sekretarisku namun menolak, padahal aku yakin dia lebih handal dari kamu!" Bang Ridho meninggikan aku, membuat aku tersipu malu.

"Aku lebih suka kerja bebas, Bang. Yang bisa kutinggalkan kapanpun, seperti berdagang." Ya, aku memang memiliki usaha kuliner diberbagai kota, namun semua kuserahkan pada orang kepercayaanku. Aku hanya bekerja dari rumah menerima laporan, hanya sekali-kali dalam satu waktu aku berkunjung. Itulah kenapa aku memiliki supir pribadi.

"Tapi rasa-rasanya boleh nih jadi sekretarismu, Bang. Kalau Wina udah dipecat!"

Seketika raut wajah Wina memerah, entah tak terima atau apa aku tak tahu, sedangkan Mas Wisnu memilih diam.

"Bagaimana, Mas. Apa aku boleh bekerja di sini mengantikan Wina? Sekalian mengawasi gerak gerikmu agar tak kegatelan."

"Apaan si kamu, Dek!" Mas Wisnu berkata tanpa menatapku, pandangannya tetap menunduk kebawah.

"Maaf, Pak. Saya izin pergi. Saya akan mempersiapkan meeting bapak siang nanti!" pamit Wina, sepertinya dia sudah tak tahan dengan situasi ini. Dia sudah sedikit merasa tersingung. Apalagi aku bilang akan mengantikannya.

"Silahkan, tapi nanti selesai meeting temui aku diruanganku ya!" perintah Bang Ridho yang hanya dianggukan oleh Wina.

Mas Wisnu juga akan beranjak namun segera dicegah oleh Bang Ridho.

"Mau kemana, Wis. Kita ngopi bareng, aku pesenin ya?" tawar Bang Ridho.

"Ngga usah, Pak. Aku baru selesai makan."

Bang Ridho mengangguk, "Ya sudah, tapi kamu di sini dulu nanti kita ngobrol-ngobrol. Ainun ingin curhat katanya. Enak kan kalau curhatnya didengar suaminya langsung!"

Aku mengangguk, namun Bang Ridho justru terdiam. Mungkin bingung atau sudah tahu apa yang akan ia hadapi.

"Harusnya kamu bersyukur memiliki istri macam sepupuku ini. Dia itu wanita hebat, istri yang baik. Kamu tak akan menemukan lagi wanita macam itu. Sayangilah, dia. Bukan malah jatuh cinta pada wanita lain. Ingat aku menentang keras dan akan memberikan sanksi tegas bagi siapa saja yang bermain cinta dengan wanita atau laki-laki yang sudah berkeluarga. Camkan itu, Wis!"

"I-iya, Pak!" Mas Wisnu berkata dengan tetap menunduk, mungkin dia patuh dan takut terhadap Bang Ridho.

"Ya sudah, kembali bekerja!" perintah Bang Ridho langsung dianggukan oleh Mas Wisnu yang langsung berdiri pergi meninggalkan kami.

Bang Ridho menatapku, aku mengusap sudut mataku yang mulai basah. Sekuat apapun wanita tetap memiliki sisi lemah. Apalagi tentang perasaan yang terluka.

"Sabar, Nun. Aku tahu kamu wanita kuat. Salut aku sama kamu, bisa sabar menghadapi semua ini. Aku pasti akan tindak lanjuti tentang semua ini. Mereka akan aku keluarkan dari perusahaan."

"Terima kasih, Bang." hanya kata itu yang bisa kuungkapkan.

"Kamu sendiri bagaimana? Apa akan memaafkan Wisnu?" 

"Entahlah, Bang. Aku mau minta tolong sekali lagi sama Abang."

"Katakan, aku akan siap membantumu."

"Selidiki sejauh mana mereka berhubungan, Bang. Karena kalau hubungan dia sudah terlampau jauh aku tak akan memaafkannya."

****

Sore menjelang, Aira sudah turun demamnya, membuat aku sedikit bernafas lega. Merebahkan diri pada tempat tidur. Ternyata pura-pura tegar juga butuh tenaga. Namun kalau bertindak bar-bar lebih menguras tenaga terlebih dapat mempermalukan diri, menjadi tontonan yang tak ayal akan viral di medsos. Apa baiknya? Begini lebih tenang, walau sakit hati, namun tetap terlihat baik-baik saja.

Hp berdering.

"Bang Ridho!"

"Hallo, Nun. Aku sudah memberi pelajaran pada Wina, dia sudah kupecat. Namun untuk Wisnu aku menunggu perintahmu. Kamu terlalu baik, Nun."

"Iya, Bang. Terima kasih, aku hanya kasian pada Ibu Mertuaku jika Mas Wisnu di pecat, siapa yang akan mengobati Ibunya. Bagaimana, apa Abang sudah tahu sejauh mana hubungan mereka?"

"Oh ... Iya, Nun. Sejauh intrograsiku, mereka baru berhubungan lewat chat, dan hanya bertemu di kantor. Kata Wina memang suamimu terkenal loyal makanya dia kepincut. Namun ... Ada sesuatu hal yang pasti akan membuatmu terkaget!"

"Apa itu, Bang?" tanyaku penasaran.

"Wisnu punya wanita lain selain Wina!"

"Apa ...!" mataku mendelik tak percaya.

====!!?=!!====

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
mampus, makan tu cinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Keikhlasan (Tamat)

    "Bertahan ya ... Sebentar lagi kita sampai!" ucapku menenangkan. Sebenarnya aku sendiri panik setengah mati. Bagaimana tidak, melihat kondisi Ning Ria yang sudah tak karuan. Tiba di lobi rumah sakit, aku segera turun, berlari memanggil perawat untuk segera membawa tandu. "Tolong! Gawat darurat!" Aku berlari, seketika dengan sigap beberapa perawat datang menuju mobil. "Kamu harus kuat ya, Neng!" ucapku sambil terus berjalan mengimbangi roda. Bude hanya bisa menangis, melihat kondisi Ning Ria yang sudah setengah sadar. Perawat dengan sigap memanggil dokter untuk segera melakukan pemeriksaan. Aku langsung memeluk Bude, saat Ning Ria sudah memasuki IGD. "Tenang, Bude. Pasti semua baik-baik saja." Kuelus punggung Bude dan membawanya untuk duduk. Fahri terlihat tergesa berjalan menuju tempat kami. "A, sudah hubungi Kyai Salim?" tanyaku begitu ia tiba. "Udah, Dek. Mereka sedang menuju kesini." Aku bernafas lega, setidaknya dalam kondisi seperti ini keluarga tahu. Aku terus berdo'a u

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Pendarahan

    "Ada apa, Dok?" aku bertanya sedikit panik melihat raut wajah dokter yang seperti nya memiliki masalah.Beliau menghela nafas panjang, aku yakin dia berat untuk menyampaikan."Begini, Bu, Pak. Menurut hasil Lap yang saya terima, jika maaf Sperm* Pak Fahri kurang sehat."Deg! Aku langsung berpaling kepada Fahri yang berada di sebelahku, pasti ia terpukul dengan penuturan dokter Rafli. Raut wajah Fahri terlihat sendu."I-itu artinya kalau saya mandul, Dok?" Fahri bersuara dengan bergetar.Kami tidak memvonis Pak Fahri mandul, cuma jika Pak Fahri ingin memiliki momongan. Sebaiknya Pak Fahri sering konsultasi dan menjalani pola hidup sehat. Agar keinginan itu dapat terwujud.***Fahri keluar dengan lemas. Bahkan ketika aku pegang tangannya ia tak merespon sama sekali. Pandangannya kosong dan entah apa yang sedang ia pikirkan."A ...."Dia masih diam saja, berjalan dengan lambat."Aa ngga papa kan?" Kugoyangkan sedikit tubuhnya."Astaghfirullah ... Maaf, Dek. Aa hampir putus asa menerima

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Keterangan

    "Apa, Bude. Alhamdulilah ... Ya Allah, rahasia Allah memang tak terduga ya. Selamat ya, Bude. Semoga debay dan ibunya sehat sampai lahiran." Aku turut bahagia mendengar kabar tentang kehamilan Ning Ria. Pasti kini dia tengah bahagia, setelah merasa terpuruk atas meninggalnya Bang Ridho."Iya, Nun. Bude bersyukur banget, bude dapat penghibur untuk hidup Bude. Cuma kata dokter Ria kandungannya lemah dan harus di jaga sebaik mungkin. Kamu mau kan ikut menjaga?"Aku melonggo, tak maksud dengan apa yang di sampaikan oleh Bude Sri. Aku, ikut menjaga?"Maksud, Bude?""Maksud Bude, ingin agar kamu menemani dia saat cek up dan sebisa mungkin sering main kesini. Hibur dia agar tak terus merasa sedih."Ucapan Bude ada benarnya, memang jika kandungan lemah akan sangat rentan jika stres. Aku harus membantu Bude untuk merawat Ria sampai melahirkan, aku harus pastikan Bang Ridho junior lahir kedua ini dengan selamat. Aku berjanji padamu, Bang! "Baik, Bude. Nanti aku usahakan waktu yang banyak untuk

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Penderita

    PoV Wisnu"Kamu kerja baru setengah bulan udah izin empat hari! Kamu pikir ini usaha milik nenek moyangmu?!" gentak Pak Suid pemilik cucian motor dimana tempatku bekerja. Ya ... Sejak setengah bulan yang lalu, aku bekerja sebagai buruh cuci motor. Terpaksa untuk menyambung hidup."Maaf, Pak. Saya sakit, ngga bisa di paksa kalau lagi kambuh," ucapku pelan berharap dia mengerti."Memangnya kamu sakit apa? Sakit maag!""Bu-bukan, Pak. Sa-saya sakit gonore,"jawabku pelan."Apa kamu kena gonore, kencing nanah, raja singa, aids." Dia menyebutkan macam-macam penyakit, padahal semua itu berbeda. Ah! Dia itu lebay sekali.Aku tertunduk, tak mau berdebat pada orang yang minim ilmu, yang mengira antara gonore dengan raja singa bahkan Aids itu sama."Mulai hari ini saya kamu pecat! Saya tak mau punya karyawan memiliki penyakit kelamin. Bisa-bisa nular lagi." Kata tajam pemilik usaha itu membuat nyeri ulu hati."Tapi, Pak! Penyakitmu tak menular jika hanya bersentuhan." Belaku berharap ia lebih ta

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Takdir Allah

    PoV RiaMenjadi istri seorang bernama Ridho Herlambang. Ternyata begitu bahagia, walau telat karena keegoisanku. Kini aku sadari jika menjadi istri Mas Ridho, itu sebuah keberuntungan. Selain dia baik, pengertian, juga sangat penyayang. Aku merasa bak jadi seorang putri raja saat bersamanya, dia memanjakanku lebih dari Abah.Andai saja, aku sejak pertama tak menolaknya, berlaku menjadi istri sepenuhnya, mungkin aku tak akan merasa sebersalah ini. Bagaimana tidak, saat aku terpuruk dan di vonis menderita kista ovarium, dia yang belum menyentuh ku sama sekali masih saja menerima ku apa adanya. Bahkan jika aku tak dapat memiliki anak."Kan masih ada solusi, Dek. Hidup berumah tangga bukan melulu soal keturunan. Buktinya yang anaknya banyak saja bisa mereka bercerai. Aku tak memusingkan hal itu, kita bisa adopsi anak kan?" ucapnya kala aku masih ragu untuk kembali padanya."Tapi, Mas. Kamu anak satu-satunya. Pasti ibumu menginginkan penerus untuk usahamu dan pasti harus anak kandung. Buka

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Kecelakaan tragis

    "Astaghfirullah, Pak. Kita kesana, ini yang kecelakaan mobilnya Bang Ridho." Aku panik ketika yakin jika mobil itu milik Bang Ridho, semoga saja bukan Bang Ridho yang bawa. Melihat dari kondisi mobilnya yang rusak parah pasti pengemudi nya juga tak kalah parah."Kita putar balik ya, Pak!""Iya, Bu. Sebentar di depan kan over boden jadi kita harus memutar agak jauh.""Iya, Pak. Tapi cepat ya!"Ya Allah, lindungilah orang-orang yang aku sayangi, keluargaku juga teman-temanku. Aku masih panik dan harap-harap cemas. Ya Allah .... Aku terus menyebut nama-nya.Ketika tiba di sana, ambulan sudah datang, masih banyak orang yang berkerumun. Aku langsung turun ketika Pak Sopir sudah memarkirkan mobilnya. Segera berlari menuju TKP. Tak kuhiraukan panggilan Pak Sopir yang mungkin khawatir karena aku lari."Pak! Bagaimana keadaannya?" tanyaku pada salah satu orang lewat yang sepertinya sudah melihat."Yang mobil pribadi, meninggal ditempat, Mbak. Karena tercepit setir dan kepalanya pecah."Astaghf

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Solusi

    "Assalamualaikum, Dek." "Waalaikumsalam," jawabku dengan datar, namun tetap aku meraih tanganya untuk Salim takzim.Fahri menjatuhkan diri di sofa, sebenarnya aku ingin langsung berkata, tapi melihat raut wajahnya yang seolah lelah, aku urung melakukan. Takut membawa setan. Biarkan ia tenang terlebih dahulu.Aku mengambil segelas air putih untuknya."Minum, A."Ia meraih gelas yang kubawa dan meneguknya sampai habis. Tak lama kemudian ia bangkit dan mengatakan jika ia ingin mandi.Setelah isya lewat, baru Fahri kembali dari masjid Pesantren, aku yang siap untuk mengikuti semua dramanya sudah tak sabar menunggu."Uni, biasa ya!" Dari depan pintu kamar ia sedikit mengeraskan suara. "Apa, A? Mau ngopi ya. Biar aku bikinin, Uni sedang beres-beres di dapur Pesantren.""Tak usah, Dek! Nanti nunggu Uni saja!" Dia menghentikan langkahku yang akan menuju dapur."A ... Apa bedanya sih buatanku dengan Uni, apa buatanku kurang manis? Atau kemanisan. Katakan saja biar aku bisa introspeksi diri."

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Terungkap semua

    "Dek!" Aku menghela nafas berlahan, agar embun di mataku segera sirna. Kubalikan badan setelah yakin jika aku kuat tanpa harus menangis."Terserah, Aa saja! Intinya aku tak mentolerir jika terbukti suamiku berkhianat!" Kuputuskan untuk melangkah pergi, tak kupedulikan Fahri yang masih memanggilku. Sungguh, aku merasa tak berdaya kali ini. Aku tak punya bukti perselingkuhan mereka, dengan siapa aku harus meminta tolong."Bang Ridho." Seketika aku terlintas ingat akan dia, dulu aku selalu membagi suka dukaku padanya, namun sekarang? Ah! Aku segan jika harus bercerita padanya. Sementara dia juga punya masalah yang kadarnya hampir sama.Ponselku berdering, nama Bang Ridho terpampang. Dia panjang umur, baru saja kuingat langsung menelfon."Assalamualaikum, Hallo, Bang.""Waalaikumsalam, ngapain, Nun? Kamu sibuk nggak?""Sibuk apaan, Bang. Biasa aja cuma jalan-jalan keliling pesantren tiap hari.""Hahaha ... Iya, ya. Sekarang kan anakmu ratusan, harus sering-sering bertemu agar hafal nama

  • WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri   Terlaksana

    PoV RidhoAku masih sangat berharap jika Ria tetap menjadi istriku. Tak peduli jika Ria tak mudah hamil, bukankah ada solusi lain! Hidup bukan hanya soal keturunan."Kamu itu, Dho! Masih saja mengharapkan perempuan yang kemungkinan susah hamil. Kaya kaga ada perempuan lain saja!" Cetus Mama yang tak pernah lelah mengomel hal yang sama.Aku memaklumi dan tak menjawab apapun. Karena bagiku itu sama saja akan menjadi Boomerang bagiku. Jadi aku memilih diam.Tiap pagi aku selalu chat Ria, sekedar menanyakan keadaannya. Sungguh, sebenarnya aku rindu, rindu senyumnya, rindu manjanya bahkan rindu saat ia selalu menyuruhku melakukan hal-hal yang lebih banyak di kerjakan perempuan, walau itu tugas seorang suami.Aku rindu! Pekikku sendiri."Mas, sudah makan?" Dari sebrang sana terdengar suara lembut istriku. Aku tergugup, ini kali pertama ia menanyakan hal yang sepele."Be-belum, Dek. Nanti saja!" Gagapku, tak menyangka jika Ria menelfon hanya sekedar untuk menanyakan itu."Makanlah, jangan sa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status