Seorang lelaki berperawakan tinggi berkulit putih dengan rambutnya yang ikal berponi acak, baru saja memarkirkan motor vespa bututnya di pelataran parkir sebuah rumah mewah.
Marcello Antariksa, sebut saja Mars.Mars yang kini berprofesi sebagai penjaga warnet turun dari motornya dan melangkah masuk ke rumah mewah itu.Dia berjalan sembari menimang-nimang kunci motor di tangan dan sesekali bersiul santai.Mars mengetuk pintu rumah tersebut."Permisi," teriak Mars setelah celingukan mencari bel tapi tak menemukannya juga.Seorang wanita paruh baya berjalan tergesa ke arahnya dari dalam rumah.Sepertinya sih itu pembantu di rumah ini, terka Mars dalam hati."Den ini yang namanya Mars?" tanya wanita tadi. Dia menunjuk ke arah Mars menggunakan ujung ibu jarinya.Mars mengangguk cepat. "Yup, betul sekali Bu. Saya Mars, saya ada janji dengan Venus," jawab Mars disertai senyuman ramahnya.Wanita paruh baya itu mempersilahkan Mars masuk. Mars mengekorinya dari belakang."Den Mars, sudah ditunggu sama Tuan Venus dari tadi. Saya Asih, asisten rumah tangga di sini," beritahu wanita bernama Asih itu selagi mereka berjalan menuju ruangan di mana sang pemilik rumah kini sedang menunggu kedatangan Mars.Mars yang saat itu tak mampu menutupi kekagumannya akan kemewahan dan kemegahan rumah Venus hanya bisa berdecak kagum dalam hati. Sepasang netranya terus saja menyapu sekeliling ruangan yang dia lewati bersama Asih.Ruangan besar dengan ornamen-ornamen mahal dan mewah. Benar-benar menakjubkan. Sisa-sisa bekas pesta pernikahan masih terlihat di sana. Seumur hidup, ini kali pertama Mars masuk ke dalam istana semegah ini.Di ruang tengah, Mars melihat beberapa lelaki berseragam hitam berdiri di setiap sudut ruangan. Sementara seorang laki-laki berperawakan tegap dengan kulit seputih salju, terlihat duduk dengan angkuh di salah satu sofa yang terdapat di ruangan itu."Anda yang bernama Mars?" tanya lelaki itu seraya melepas kaca mata bacanya dan menaruh koran ke meja. Dia menatap lekat ke arah Mars."Ya, saya Mars," jawab Mars. Lelaki itu mengulurkan tangan mengajak Venus bersalaman."Aku Venus. Silahkan duduk," ucap Venus dengan sedikit gerakan kepalanya.Mars menarik kembali uluran tangannya yang tidak bersambut.Lelaki itu tersenyum kecut.Sombongnya orang ini!Maki Mars dalam hati, merasa jengkel.Mars duduk dengan cukup nyaman di atas sofa super empuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja disediakan oleh Asih."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibayar setelah Suci hamil. Seluruh keperluan Anda dan Suci nanti akan diurus oleh para asisten rumah tangga di rumah ini," Venus diam sejenak. Tatapannya saat itu sulit diartikan. "Mungkin nanti, dalam tiga bulan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk sekadar mengecek keadaan Suci. Jadi pastikan Anda tidak berbuat aneh-aneh padanya di luar tugas yang seharusnya Anda kerjakan! Paham, Mars?"Venus pergi setelah Mars menjawab perkataannya dengan sebuah anggukan kecil di kepala. Lelaki itu pergi diikuti dengan beberapa lelaki berseragam hitam yang mengelilingi mereka tadi.Sepeninggal Venus, Mars mengambil uang di atas meja dan tersenyum pahit.Cukup lama dia memperhatikan segepok uang di tangannya.Kalau bukan karena Hita, mungkin gue lebih memilih untuk nggak terlibat dalam perjanjian konyolnya Venus!Gumam Mars dalam hati.Raja Venus Diningrat.Laki-laki tak berhati yang telah menjual istrinya sendiri hanya karena wanita itu cacat.Parahnya lagi, dalam waktu tiga bulan, Mars sudah harus membuat Suci hamil. Itu adalah tugas utama yang harus Mars lakukan dalam kontrak perjanjiannya dengan Venus.Suci Handini, seorang bidadari nan cantik jelita yang begitu baik. Tapi sayang, nasibnya kurang bagus.Suci dijodohkan dengan Venus atas dasar hubungan kekerabatan yang terjalin antara kedua orang tua mereka.Suci Handini, wanita lembut penuh kasih sayang yang kini harus ditipu oleh lelaki yang seharusnya melindunginya.Sungguh miris memang, tapi, Mars bisa apa?Dia datang ke sini untuk bekerja. Dia menerima tawaran gila Venus demi mendapat imbalan uang.Lantas, pantaskah kini Mars mengatakan bahwa Venus lelaki brengsek? Sementara dirinya pun sama brengseknya karena bersedia terlibat dalam perjanjian konyol Venus.Namun, semua itu sudah menjadi keputusan Mars. Lelaki itu tak memiliki pilihan lain karena keadaan yang memang mendesaknya.Untuk beberapa saat, Mars terdiam di ruangan besar itu sebelum akhirnya dia pun bangkit saat di dengarnya sebuah suara dari lantai dua memanggil-manggil nama Venus."Mas... Mas Venus... Kamu di mana Mas? Aku mau ke dapur Mas, aku haus..."Mars berlari kecil, menghampiri seorang wanita yang sedang berjalan menyusuri lorong lantai dua sembari merambati dinding."Ya, aku di sini. Kamu tunggu saja di kamar, nanti aku ambilkan minum untukmu," ucap Mars sambil menggiring wanita berparas cantik itu kembali ke dalam kamar pengantin.Harum semerbak aroma mawar tercium oleh rongga hidung Mars. Gaun pengantin wanita masih tertata rapi di atas ranjang berseprai sutra putih."Terima kasih ya, Mas. Aku jadi nggak enak sama kamu. Belum apa-apa, aku udah merepotkan. Maafin aku ya, Mas. Aku janji aku akan belajar lebih cepat untuk tahu lebih detail mengenai setiap sudut ruangan di rumah ini," celoteh wanita bernama Suci itu. Dia menggenggam erat tangan Mars yang dipikirnya adalah Venus, lelaki yang sudah mengikrarkan janji suci pernikahan bersamanya hari ini.Mars tersenyum getir. Kecantikan Suci membuatnya harus cepat-cepat berpaling. "A-aku ambil minum dulu," ucap Mars terbata dan langsung pergi.Suci menarik napas berat.Sepertinya dia perlu berusaha lebih keras untuk meyakinkan suaminya, bahwa dia mampu menjadi sosok istri yang baik untuk Venus.Suci tidak ingin mengecewakan amanat dari almarhum kedua orang tuanya.Suci yakin lambat laun, sikap dingin Venus akan melunak. Dan Suci yakin, suatu hari nanti Venus bisa mencintainya.Meski, dirinya hanyalah seorang wanita tunanetra, namun Suci tak pernah pesimis akan takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya.Di tengah keterbatasannya, Suci yakin keberadaan Tuhan di dalam hatinya, akan senantiasa menjaganya dengan baik. Dan Tuhan tak akan membiarkan seseorang menyakitinya.Sekali pun itu, suaminya sendiri.Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,