Share

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN
WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN
Author: Herofah

1. PROLOG

Seorang lelaki berperawakan tinggi berkulit putih dengan rambutnya yang ikal berponi acak, baru saja memarkirkan motor vespa bututnya di pelataran parkir sebuah rumah mewah.

Marcello Antariksa, sebut saja Mars.

Mars yang kini berprofesi sebagai penjaga warnet turun dari motornya dan melangkah masuk ke rumah mewah itu.

Dia berjalan sembari menimang-nimang kunci motor di tangan dan sesekali bersiul santai.

Mars mengetuk pintu rumah tersebut.

"Permisi," teriak Mars setelah celingukan mencari bel tapi tak menemukannya juga.

Seorang wanita paruh baya berjalan tergesa ke arahnya dari dalam rumah.

Sepertinya sih itu pembantu di rumah ini, terka Mars dalam hati.

"Den ini yang namanya Mars?" tanya wanita tadi. Dia menunjuk ke arah Mars menggunakan ujung ibu jarinya.

Mars mengangguk cepat. "Yup, betul sekali Bu. Saya Mars, saya ada janji dengan Venus," jawab Mars disertai senyuman ramahnya.

Wanita paruh baya itu mempersilahkan Mars masuk. Mars mengekorinya dari belakang.

"Den Mars, sudah ditunggu sama Tuan Venus dari tadi. Saya Asih, asisten rumah tangga di sini," beritahu wanita bernama Asih itu selagi mereka berjalan menuju ruangan di mana sang pemilik rumah kini sedang menunggu kedatangan Mars.

Mars yang saat itu tak mampu menutupi kekagumannya akan kemewahan dan kemegahan rumah Venus hanya bisa berdecak kagum dalam hati. Sepasang netranya terus saja menyapu sekeliling ruangan yang dia lewati bersama Asih.

Ruangan besar dengan ornamen-ornamen mahal dan mewah. Benar-benar menakjubkan. Sisa-sisa bekas pesta pernikahan masih terlihat di sana. Seumur hidup, ini kali pertama Mars masuk ke dalam istana semegah ini.

Di ruang tengah, Mars melihat beberapa lelaki berseragam hitam berdiri di setiap sudut ruangan. Sementara seorang laki-laki berperawakan tegap dengan kulit seputih salju, terlihat duduk dengan angkuh di salah satu sofa yang terdapat di ruangan itu.

"Anda yang bernama Mars?" tanya lelaki itu seraya melepas kaca mata bacanya dan menaruh koran ke meja. Dia menatap lekat ke arah Mars.

"Ya, saya Mars," jawab Mars. Lelaki itu mengulurkan tangan mengajak Venus bersalaman.

"Aku Venus. Silahkan duduk," ucap Venus dengan sedikit gerakan kepalanya.

Mars menarik kembali uluran tangannya yang tidak bersambut.

Lelaki itu tersenyum kecut.

Sombongnya orang ini!

Maki Mars dalam hati, merasa jengkel.

Mars duduk dengan cukup nyaman di atas sofa super empuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja disediakan oleh Asih.

"Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.

Mars mengangguk pelan.

"Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk.

"Ini uang mukanya, sisanya akan dibayar setelah Suci hamil. Seluruh keperluan Anda dan Suci nanti akan diurus oleh para asisten rumah tangga di rumah ini," Venus diam sejenak. Tatapannya saat itu sulit diartikan. "Mungkin nanti, dalam tiga bulan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk sekadar mengecek keadaan Suci. Jadi pastikan Anda tidak berbuat aneh-aneh padanya di luar tugas yang seharusnya Anda kerjakan! Paham, Mars?"

Venus pergi setelah Mars menjawab perkataannya dengan sebuah anggukan kecil di kepala. Lelaki itu pergi diikuti dengan beberapa lelaki berseragam hitam yang mengelilingi mereka tadi.

Sepeninggal Venus, Mars mengambil uang di atas meja dan tersenyum pahit.

Cukup lama dia memperhatikan segepok uang di tangannya.

Kalau bukan karena Hita, mungkin gue lebih memilih untuk nggak terlibat dalam perjanjian konyolnya Venus!

Gumam Mars dalam hati.

Raja Venus Diningrat.

Laki-laki tak berhati yang telah menjual istrinya sendiri hanya karena wanita itu cacat.

Parahnya lagi, dalam waktu tiga bulan, Mars sudah harus membuat Suci hamil. Itu adalah tugas utama yang harus Mars lakukan dalam kontrak perjanjiannya dengan Venus.

Suci Handini, seorang bidadari nan cantik jelita yang begitu baik. Tapi sayang, nasibnya kurang bagus.

Suci dijodohkan dengan Venus atas dasar hubungan kekerabatan yang terjalin antara kedua orang tua mereka.

Suci Handini, wanita lembut penuh kasih sayang yang kini harus ditipu oleh lelaki yang seharusnya melindunginya.

Sungguh miris memang, tapi, Mars bisa apa?

Dia datang ke sini untuk bekerja. Dia menerima tawaran gila Venus demi mendapat imbalan uang.

Lantas, pantaskah kini Mars mengatakan bahwa Venus lelaki brengsek? Sementara dirinya pun sama brengseknya karena bersedia terlibat dalam perjanjian konyol Venus.

Namun, semua itu sudah menjadi keputusan Mars. Lelaki itu tak memiliki pilihan lain karena keadaan yang memang mendesaknya.

Untuk beberapa saat, Mars terdiam di ruangan besar itu sebelum akhirnya dia pun bangkit saat di dengarnya sebuah suara dari lantai dua memanggil-manggil nama Venus.

"Mas... Mas Venus... Kamu di mana Mas? Aku mau ke dapur Mas, aku haus..."

Mars berlari kecil, menghampiri seorang wanita yang sedang berjalan menyusuri lorong lantai dua sembari merambati dinding.

"Ya, aku di sini. Kamu tunggu saja di kamar, nanti aku ambilkan minum untukmu," ucap Mars sambil menggiring wanita berparas cantik itu kembali ke dalam kamar pengantin.

Harum semerbak aroma mawar tercium oleh rongga hidung Mars. Gaun pengantin wanita masih tertata rapi di atas ranjang berseprai sutra putih.

"Terima kasih ya, Mas. Aku jadi nggak enak sama kamu. Belum apa-apa, aku udah merepotkan. Maafin aku ya, Mas. Aku janji aku akan belajar lebih cepat untuk tahu lebih detail mengenai setiap sudut ruangan di rumah ini," celoteh wanita bernama Suci itu. Dia menggenggam erat tangan Mars yang dipikirnya adalah Venus, lelaki yang sudah mengikrarkan janji suci pernikahan bersamanya hari ini.

Mars tersenyum getir. Kecantikan Suci membuatnya harus cepat-cepat berpaling. "A-aku ambil minum dulu," ucap Mars terbata dan langsung pergi.

Suci menarik napas berat.

Sepertinya dia perlu berusaha lebih keras untuk meyakinkan suaminya, bahwa dia mampu menjadi sosok istri yang baik untuk Venus.

Suci tidak ingin mengecewakan amanat dari almarhum kedua orang tuanya.

Suci yakin lambat laun, sikap dingin Venus akan melunak. Dan Suci yakin, suatu hari nanti Venus bisa mencintainya.

Meski, dirinya hanyalah seorang wanita tunanetra, namun Suci tak pernah pesimis akan takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya.

Di tengah keterbatasannya, Suci yakin keberadaan Tuhan di dalam hatinya, akan senantiasa menjaganya dengan baik. Dan Tuhan tak akan membiarkan seseorang menyakitinya.

Sekali pun itu, suaminya sendiri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ana💞
malang banget nasibnya si Suci tor???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status