Share

2. IKLAN DI INTERNET

MASA SEBELUM PROLOG...

Kriiinggg...

Bunyi weker tua itu berdering memekik telinga.

Mentari pagi terlihat berpendar dari balik gorden usang biru tua di dalam petak kontrakan sederhana itu. Cahayanya mengena tepat ke arah sesosok tubuh lelaki yang saat itu sedang terlelap dalam tidurnya.

Selimut tipis yang tadinya menutupi tubuh lelaki di atas kasur busa itu tersingkap. Sebuah tangan merayap mencari asal muasal bunyi berisik di dalam ruangan itu. Di tekannya tombol off untuk mematikan alarmnya.

Sayup-sayup kedua mata bening milik sang lelaki pun terbuka. Dia meraup wajahnya dengan sebelah tangan lalu perlahan bangkit dari kasurnya.

Tubuhnya masih terasa linu setelah semalam tadi dia habiskan untuk bekerja secara part time di sebuah club malam sebagai seorang cleaning service.

Marcello Antariksa, biasa dipanggil Mars.

Dia seorang lelaki dewasa berusia dua puluh tujuh tahun yang masih melajang.

Kesibukannya bekerja membuat Mars tak memiliki waktu untuk sekadar mencari pacar atau PDKT dengan lawan jenis. Semua pekerjaan disabetnya tanpa berpikir dua kali. Full time dalam waktu satu minggu dia bekerja dari pagi sampai malam, bahkan terkadang sampai pagi lagi, tanpa ada libur.

Dan semua itu dia lakukan bukan tanpa alasan.

Nugrahita Dwi Sari, adik semata wayangnya, sekaligus satu-satunya sanak saudara yang dimilikinya kini sedang sakit parah dan harus segera di operasi.

Hita mengalami gagal jantung sehingga harus menjalani perawatan di ICU sejak satu bulan yang lalu. Sementara Mars yang seorang yatim piatu dan hanya lulusan SMA tak mempunyai pilihan lain selain mencari pekerjaan tambahan agar bisa melunasi seluruh biaya perawatan medis adiknya.

Belum lagi untuk biaya operasi nanti yang di gadang-gadang bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Jika sudah memikirkan hal itu, Mars hanya bisa tersenyum getir. Tapi demi adiknya, Mars tidak akan menyerah. Tak perduli selelah apa pun dia bekerja, Mars akan terus berusaha keras demi terkumpulnya uang itu dan berharap akan kesembuhan Hita.

Pagi ini seperti biasa Mars selalu menyempatkan diri mengunjungi rumah sakit untuk sekadar tahu kondisi kesehatan sang adik. Dan lagi, kebetulan juga pagi ini dia ada janji untuk bertemu dengan dokter Jihan yang selama ini menangani Hita di rumah sakit.

Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul, lelaki berperawakan jangkung itu pun beranjak dari atas kasurnya untuk segera mempersiapkan diri.

Sebab, selepas dari rumah sakit nanti, pekerjaannya di warnet, di cafe dan di Club malam sudah menanti.

*****

Mars mendesah berat saat dirinya baru saja diberitahu mengenai kisaran biaya operasi yang harus segera dia cicil dalam waktu dekat.

Uang senilai dua ratus lima puluh juta, dari mana Mars bisa memperoleh uang sebanyak itu dalam waktu dekat?

Jika pun di cicil, dia tetap harus membayar uang muka yang jumlahnya juga tidak sedikit.

Donor jantung untuk Hita sudah tersedia dan operasi harus segera dilakukan, begitulah kata dokter Jihan tadi pagi.

Hebatnya, pihak rumah sakit hanya memberi waktu satu minggu pada Mars untuk melunasi biaya cicilan pertama senilai lima pulih juta rupiah, agar operasi bisa segera dilaksanakan.

Sepulangnya dari rumah sakit, kepala Mars mendadak pening. Untungnya pagi ini pengunjung warnet tempatnya bekerja sedang sepi. Setidaknya Mars bisa menyisihkan waktu sejenak untuk menjernihkan pikiran.

Setelah berganti pakaian dengan kaus polo, Mars duduk di bangku kebesarannya sebagai tukang jaga warnet. Tentunya setelah dia memastikan terlebih dahulu kebersihan di ruangan warnet yang dijaganya.

Mars baru saja selesai menyalakan komputer server. Jika biasanya Mars akan langsung menghibur diri dengan bermain game online, kali ini berbeda. Mars langsung membuka situs lowongan kerja yang bisa menawarkan penghasilan besar dalam waktu dekat.

Dan saat itu, muncul sebuah iklan di pojok layar internet yang dia buka. Mars membacanya sejenak.

*

Dicari, sukarelawan sebagai suami sewaan sementara, jangka waktu tiga bulan.

Tanpa kriteria.

Tanpa ijazah.

Cukup kirim foto dan data diri pribadi anda ke nomor yang tersedia di bawah.

Bersedia mengikuti apapun persayaratan yang kami ajukan.

Menjanjikan penghasilan besar dalam waktu dekat.

Sebagai uang muka, seratus juta rupiah.

Jika berkenan harap hubungi nomor yang tertera di bawah ini.

*

Kedua bola mata Mars jelas terbelalak.

Meski pada awalnya dia sempat meragu, iklan ini seperti sebuah iklan abal-abal yang sama sekali tidak meyakinkan, tapi apa salahnya jika dicoba?

Siapa tahu, ini salah satu petunjuk dari Tuhan atas masalah yang kini dialaminya.

Hingga setelahnya, tanpa berpikir panjang Mars langsung mencatat nomor di layar komputer itu dan men-save-nya.

Untuk sejenak dia menatap kembali nomor itu sebelum akhirnya dia bertekad untuk menghubunginya.

Saat itu, Mars tidak langsung menelepon melainkan hanya mengirim sebuah pesan singkat. Sayang-sayang pulsa jika dia harus menelepon lebih dulu. Jika memang ini Iklan sungguhan pasti akan langsung mendapat respon.

"Hayo loh, ngapain?" sapa sebuah suara secara tiba-tiba, membuat Mars terkaget-kaget dibuatnya.

Tepukan keras di bahunya membuat kepala lelaki jangkung itu reflek menoleh. "Aduh Bang Kinong, ngagetin aja nih!" keluh Mars dengan wajah setengah kesal.

Lelaki bertubuh gempal bernama Kinong itu hanya tercengir lebar. Dia adalah sahabat karib Mars sedari SMA.

Harusnya sih dia itu menjadi Kakak kelas Mars, tapi berhubung kadar kepintarannya di bawah rata-rata, Kinong sempat tinggal kelas selama dua tahun berturut-turut hingga dia pun akhirnya satu kelas dengan Mars.

Selepas lulus SMA, tidak tahan melihat Kinong hanya luntang-lantung tidak jelas di rumah, kedua orang tuanya berinisiatif memberinya uang modal untuk membuka usaha warnet.

Jadilah sekarang, Kinong berprofesi sebagai juragan warnet di daerah tempat tinggalnya. Usaha warnetnya maju pesat dan dia sudah memiliki empat anak cabang warnet di tempat yang berbeda di mana salah satu dari cabang warnetnya, Kinong memperkerjakan Mars, sang sahabat.

"Serius amat Bray ngeliatin Hp? Lagi nonton bokep lo ya?" ejek Kinong yang mengambil posisi duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi yang di duduki Mars.

"Kampret! Nggak jauh-jauh ya otak lo!" Mars hendak menoyor kepala Kinong yang cekatan menangkis tangannya.

"Eitsss... Itu sih naluri ilmiah lelaki Bray..." Kinong terkekeh geli.

Saat itu Mars kembali serius dengan layar ponselnya sampai dia mengacuhkan keberadaan Kinong.

Merasa kepo, Kinong pun melongok ke arah layar ponsel Mars seraya bertanya, "lo lagi smsan sama siapa sih? Serius amat? Mabar yuk," ajaknya.

"Nanti dulu ah, gue lagi nyoba kirim pesan ke iklan di internet ini Bang, siapa tahu rejeki," Mars menunjuk ke layar komputer tepat ke arah iklan itu tertera.

Setelah membaca isi iklan di layar komputer di hadapan Mars, Kinong langsung geleng-geleng kepala. "Mars-Mars, lo itu polos apa bloon sih? Iklan kayak gitu aja dipercaya! Awas lo, bukannya dapet untung yang ada lo bakal buntung kena tipu! Modus penipuan sekarang macem-macem," ujar Kinong memperingati.

"Ya makanya gue coba kirim pesan dulu."

Untuk sesaat Kinong memperhatikan ekspresi wajah Mars.

Bertahun-tahun mengenal Mars, Kinong tahu sepak terjang Mars selama ini. Bahkan tak jarang, Kinong menjelma menjadi pahlawan dalam setiap kesulitan yang dialami Mars.

Menurut Kinong, Mars itu adalah sosok lelaki yang kuat dan mandiri. Mars tidak pernah berkeluh kesah pada siapa pun jika tidak didesak atau dipaksa. Cenderung introvert meski sikapnya sangat ramah dan mudah berbaur dengan siapa saja.

Mars itu lelaki yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang, hal itu terbukti atas pengorbanan besarnya untuk kesembuhan sang adik hingga dia rela mengesampingkan segala hal yang menjadi kepentingan pribadinya.

Termasuk masalah wanita.

Sewaktu SMA, Mars pernah menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita bernama Jasmine.

Hubungan mereka awet sampai lulus dan terus berlanjut, hingga dua tahun yang lalu, Jasmine tahu perihal penyakit yang diderita Hita. Padahal saat itu, hubungan mereka sudah hampir mencapai tahap serius.

Selepas kejadian itu, sikap Jasmine perlahan berubah. Seolah menjaga jarak dari Mars. Perlahan tapi pasti, hubungan mereka renggang dan semakin menjauh. Mars sibuk mencari uang demi memenuhi biaya pengobatan Hita, sementara Jasmine sibuk dengan lelaki barunya.

Sampai pada akhirnya, perselingkuhan itu pun terbongkar.

Mars begitu kecewa terhadap Jasmine. Bahkan wanita yang teramat begitu dicintainya itu seperti tak merasa bersalah sedikit pun telah mengkhianati Mars yang selalu setia kepadanya.

Saat itu Jasmine justru memutar balikan fakta dengan menjadikan Mars sebagai pihak yang bersalah.

*

"Aku ini calon istri kamu! Mana janji kamu yang bilang sama orang tua aku bakal melamar aku dalam waktu dekat? Kamu terlalu sibuk ngurusin adik kamu sampai kamu mengabaikan aku gitu aja, Mars! Aku cape! Aku nggak bisa menjalani hubungan seperti ini terus! Dan lebih nggak mau lagi, kalau-kalau setelah kita menikah nanti, Hita bakal jadi benalu di tengah rumah tangga kita! Aku mau kita putus! Aku pikir, Rangga jauh lebih baik dari kamu. Seenggaknya dia nggak akan menggantung aku dan memberi aku harapan palsu kayak apa yang udah kamu lakuin ke aku dan keluargaku!"

*

Itulah serentetan kalimat menyakitkan yang terlontar dari mulut Jasmine di pertemuan terakhir mereka. Hingga tak lama setelah itu, Mars justru mendapat kabar tentang pernikahan Jasmine.

Saat itu, Kinong tahu Mars terluka, hatinya sangat tersakiti, meski pada kenyataannya, Mars tak menyalahkan Jasmine sepenuhnya.

Mars bahkan turut tersenyum di kala dirinya dan Kinong menghadiri acara resepsi pernikahan Jasmine.

Sungguh bukan hal yang mudah untuk dijalani. Dan hebatnya seorang Mars, lelaki itu terlihat sangat tegar dan tetap tersenyum, seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa.

"Lo lagi ada masalah, Mars?" tanya Kinong kemudian. Kinong bahkan sudah hafal di luar kepala mengenai ekspresi kusut Mars ketika sahabatnya itu sedang mengalami kesulitan.

Mars mendongak sekilas menatap Kinong, dia tersenyum tipis dan menggeleng. "Nggak bang," katanya pelan.

Kinong berdecak. "Nggak usah bohong sama gue! Lo pasti lagi butuh duitkan? Cepet bilang sama gue, lo butuh berapa?"

Mars membenarkan posisi duduknya. Ditanya seperti itu, Mars mendadak salah tingkah, sebab dia memang tak ingin melibatkan Kinong lagi dalam setiap masalah yang dihadapinya. Kinong sudah begitu banyak membantunya selama ini, tak sampai hati jika kini Mars harus kembali merepotkan Kinong.

"Gue nggak kenapa-napa kok Bang, selow-lah! Nyok mabar, tadi lo ngajakin mabarkan?" Mars menepuk bahu Kinong dengan cengiran lebar.

Kinong menepis tangan Mars dari bahunya. "Gue lagi males basa-basi nih, cepetan nggak cerita, lo lagi ada masalah apa sebenernya?" desak Kinong lagi.

Mars mendesah pasrah. Dia hendak bicara tapi sebuah dering di ponselnya membuat perhatian Mars teralihkan.

Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja server dan langsung membuka pesan masuk yang diterima.

Ternyata, itu pesan balasan dari nomor si pemuat Iklan di internet yang baru saja dia hubungi.

*

Selamat siang Tuan Marcello.

Saya mengundang anda secara resmi untuk bertemu besok di sebuah tempat yang nanti akan saya infokan lagi pada anda.

Mungkin akan ada beberapa syarat yang nantinya akan saya ajukan pada Anda sebelum menandatangani kontrak di surat perjanjian.

Semoga kita berjodoh untuk urusan kali ini dan semoga saja anda tidak mengecewakan saya.

Sekian dan terima kasih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status