MASA SEBELUM PROLOG...
Kriiinggg...Bunyi weker tua itu berdering memekik telinga.Mentari pagi terlihat berpendar dari balik gorden usang biru tua di dalam petak kontrakan sederhana itu. Cahayanya mengena tepat ke arah sesosok tubuh lelaki yang saat itu sedang terlelap dalam tidurnya.Selimut tipis yang tadinya menutupi tubuh lelaki di atas kasur busa itu tersingkap. Sebuah tangan merayap mencari asal muasal bunyi berisik di dalam ruangan itu. Di tekannya tombol off untuk mematikan alarmnya.Sayup-sayup kedua mata bening milik sang lelaki pun terbuka. Dia meraup wajahnya dengan sebelah tangan lalu perlahan bangkit dari kasurnya.Tubuhnya masih terasa linu setelah semalam tadi dia habiskan untuk bekerja secara part time di sebuah club malam sebagai seorang cleaning service.Marcello Antariksa, biasa dipanggil Mars.Dia seorang lelaki dewasa berusia dua puluh tujuh tahun yang masih melajang.Kesibukannya bekerja membuat Mars tak memiliki waktu untuk sekadar mencari pacar atau PDKT dengan lawan jenis. Semua pekerjaan disabetnya tanpa berpikir dua kali. Full time dalam waktu satu minggu dia bekerja dari pagi sampai malam, bahkan terkadang sampai pagi lagi, tanpa ada libur.Dan semua itu dia lakukan bukan tanpa alasan.Nugrahita Dwi Sari, adik semata wayangnya, sekaligus satu-satunya sanak saudara yang dimilikinya kini sedang sakit parah dan harus segera di operasi.Hita mengalami gagal jantung sehingga harus menjalani perawatan di ICU sejak satu bulan yang lalu. Sementara Mars yang seorang yatim piatu dan hanya lulusan SMA tak mempunyai pilihan lain selain mencari pekerjaan tambahan agar bisa melunasi seluruh biaya perawatan medis adiknya.Belum lagi untuk biaya operasi nanti yang di gadang-gadang bisa mencapai ratusan juta rupiah.Jika sudah memikirkan hal itu, Mars hanya bisa tersenyum getir. Tapi demi adiknya, Mars tidak akan menyerah. Tak perduli selelah apa pun dia bekerja, Mars akan terus berusaha keras demi terkumpulnya uang itu dan berharap akan kesembuhan Hita.Pagi ini seperti biasa Mars selalu menyempatkan diri mengunjungi rumah sakit untuk sekadar tahu kondisi kesehatan sang adik. Dan lagi, kebetulan juga pagi ini dia ada janji untuk bertemu dengan dokter Jihan yang selama ini menangani Hita di rumah sakit.Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul, lelaki berperawakan jangkung itu pun beranjak dari atas kasurnya untuk segera mempersiapkan diri.Sebab, selepas dari rumah sakit nanti, pekerjaannya di warnet, di cafe dan di Club malam sudah menanti.*****Mars mendesah berat saat dirinya baru saja diberitahu mengenai kisaran biaya operasi yang harus segera dia cicil dalam waktu dekat.Uang senilai dua ratus lima puluh juta, dari mana Mars bisa memperoleh uang sebanyak itu dalam waktu dekat?Jika pun di cicil, dia tetap harus membayar uang muka yang jumlahnya juga tidak sedikit.Donor jantung untuk Hita sudah tersedia dan operasi harus segera dilakukan, begitulah kata dokter Jihan tadi pagi.Hebatnya, pihak rumah sakit hanya memberi waktu satu minggu pada Mars untuk melunasi biaya cicilan pertama senilai lima pulih juta rupiah, agar operasi bisa segera dilaksanakan.Sepulangnya dari rumah sakit, kepala Mars mendadak pening. Untungnya pagi ini pengunjung warnet tempatnya bekerja sedang sepi. Setidaknya Mars bisa menyisihkan waktu sejenak untuk menjernihkan pikiran.Setelah berganti pakaian dengan kaus polo, Mars duduk di bangku kebesarannya sebagai tukang jaga warnet. Tentunya setelah dia memastikan terlebih dahulu kebersihan di ruangan warnet yang dijaganya.Mars baru saja selesai menyalakan komputer server. Jika biasanya Mars akan langsung menghibur diri dengan bermain game online, kali ini berbeda. Mars langsung membuka situs lowongan kerja yang bisa menawarkan penghasilan besar dalam waktu dekat.Dan saat itu, muncul sebuah iklan di pojok layar internet yang dia buka. Mars membacanya sejenak.*Dicari, sukarelawan sebagai suami sewaan sementara, jangka waktu tiga bulan.Tanpa kriteria.Tanpa ijazah.Cukup kirim foto dan data diri pribadi anda ke nomor yang tersedia di bawah.Bersedia mengikuti apapun persayaratan yang kami ajukan.Menjanjikan penghasilan besar dalam waktu dekat.Sebagai uang muka, seratus juta rupiah.Jika berkenan harap hubungi nomor yang tertera di bawah ini.*Kedua bola mata Mars jelas terbelalak.Meski pada awalnya dia sempat meragu, iklan ini seperti sebuah iklan abal-abal yang sama sekali tidak meyakinkan, tapi apa salahnya jika dicoba?Siapa tahu, ini salah satu petunjuk dari Tuhan atas masalah yang kini dialaminya.Hingga setelahnya, tanpa berpikir panjang Mars langsung mencatat nomor di layar komputer itu dan men-save-nya.Untuk sejenak dia menatap kembali nomor itu sebelum akhirnya dia bertekad untuk menghubunginya.Saat itu, Mars tidak langsung menelepon melainkan hanya mengirim sebuah pesan singkat. Sayang-sayang pulsa jika dia harus menelepon lebih dulu. Jika memang ini Iklan sungguhan pasti akan langsung mendapat respon."Hayo loh, ngapain?" sapa sebuah suara secara tiba-tiba, membuat Mars terkaget-kaget dibuatnya.Tepukan keras di bahunya membuat kepala lelaki jangkung itu reflek menoleh. "Aduh Bang Kinong, ngagetin aja nih!" keluh Mars dengan wajah setengah kesal.Lelaki bertubuh gempal bernama Kinong itu hanya tercengir lebar. Dia adalah sahabat karib Mars sedari SMA.Harusnya sih dia itu menjadi Kakak kelas Mars, tapi berhubung kadar kepintarannya di bawah rata-rata, Kinong sempat tinggal kelas selama dua tahun berturut-turut hingga dia pun akhirnya satu kelas dengan Mars.Selepas lulus SMA, tidak tahan melihat Kinong hanya luntang-lantung tidak jelas di rumah, kedua orang tuanya berinisiatif memberinya uang modal untuk membuka usaha warnet.Jadilah sekarang, Kinong berprofesi sebagai juragan warnet di daerah tempat tinggalnya. Usaha warnetnya maju pesat dan dia sudah memiliki empat anak cabang warnet di tempat yang berbeda di mana salah satu dari cabang warnetnya, Kinong memperkerjakan Mars, sang sahabat."Serius amat Bray ngeliatin Hp? Lagi nonton bokep lo ya?" ejek Kinong yang mengambil posisi duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi yang di duduki Mars."Kampret! Nggak jauh-jauh ya otak lo!" Mars hendak menoyor kepala Kinong yang cekatan menangkis tangannya."Eitsss... Itu sih naluri ilmiah lelaki Bray..." Kinong terkekeh geli.Saat itu Mars kembali serius dengan layar ponselnya sampai dia mengacuhkan keberadaan Kinong.Merasa kepo, Kinong pun melongok ke arah layar ponsel Mars seraya bertanya, "lo lagi smsan sama siapa sih? Serius amat? Mabar yuk," ajaknya."Nanti dulu ah, gue lagi nyoba kirim pesan ke iklan di internet ini Bang, siapa tahu rejeki," Mars menunjuk ke layar komputer tepat ke arah iklan itu tertera.Setelah membaca isi iklan di layar komputer di hadapan Mars, Kinong langsung geleng-geleng kepala. "Mars-Mars, lo itu polos apa bloon sih? Iklan kayak gitu aja dipercaya! Awas lo, bukannya dapet untung yang ada lo bakal buntung kena tipu! Modus penipuan sekarang macem-macem," ujar Kinong memperingati."Ya makanya gue coba kirim pesan dulu."Untuk sesaat Kinong memperhatikan ekspresi wajah Mars.Bertahun-tahun mengenal Mars, Kinong tahu sepak terjang Mars selama ini. Bahkan tak jarang, Kinong menjelma menjadi pahlawan dalam setiap kesulitan yang dialami Mars.Menurut Kinong, Mars itu adalah sosok lelaki yang kuat dan mandiri. Mars tidak pernah berkeluh kesah pada siapa pun jika tidak didesak atau dipaksa. Cenderung introvert meski sikapnya sangat ramah dan mudah berbaur dengan siapa saja.Mars itu lelaki yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang, hal itu terbukti atas pengorbanan besarnya untuk kesembuhan sang adik hingga dia rela mengesampingkan segala hal yang menjadi kepentingan pribadinya.Termasuk masalah wanita.Sewaktu SMA, Mars pernah menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita bernama Jasmine.Hubungan mereka awet sampai lulus dan terus berlanjut, hingga dua tahun yang lalu, Jasmine tahu perihal penyakit yang diderita Hita. Padahal saat itu, hubungan mereka sudah hampir mencapai tahap serius.Selepas kejadian itu, sikap Jasmine perlahan berubah. Seolah menjaga jarak dari Mars. Perlahan tapi pasti, hubungan mereka renggang dan semakin menjauh. Mars sibuk mencari uang demi memenuhi biaya pengobatan Hita, sementara Jasmine sibuk dengan lelaki barunya.Sampai pada akhirnya, perselingkuhan itu pun terbongkar.Mars begitu kecewa terhadap Jasmine. Bahkan wanita yang teramat begitu dicintainya itu seperti tak merasa bersalah sedikit pun telah mengkhianati Mars yang selalu setia kepadanya.Saat itu Jasmine justru memutar balikan fakta dengan menjadikan Mars sebagai pihak yang bersalah.*"Aku ini calon istri kamu! Mana janji kamu yang bilang sama orang tua aku bakal melamar aku dalam waktu dekat? Kamu terlalu sibuk ngurusin adik kamu sampai kamu mengabaikan aku gitu aja, Mars! Aku cape! Aku nggak bisa menjalani hubungan seperti ini terus! Dan lebih nggak mau lagi, kalau-kalau setelah kita menikah nanti, Hita bakal jadi benalu di tengah rumah tangga kita! Aku mau kita putus! Aku pikir, Rangga jauh lebih baik dari kamu. Seenggaknya dia nggak akan menggantung aku dan memberi aku harapan palsu kayak apa yang udah kamu lakuin ke aku dan keluargaku!"*Itulah serentetan kalimat menyakitkan yang terlontar dari mulut Jasmine di pertemuan terakhir mereka. Hingga tak lama setelah itu, Mars justru mendapat kabar tentang pernikahan Jasmine.Saat itu, Kinong tahu Mars terluka, hatinya sangat tersakiti, meski pada kenyataannya, Mars tak menyalahkan Jasmine sepenuhnya.Mars bahkan turut tersenyum di kala dirinya dan Kinong menghadiri acara resepsi pernikahan Jasmine.Sungguh bukan hal yang mudah untuk dijalani. Dan hebatnya seorang Mars, lelaki itu terlihat sangat tegar dan tetap tersenyum, seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa."Lo lagi ada masalah, Mars?" tanya Kinong kemudian. Kinong bahkan sudah hafal di luar kepala mengenai ekspresi kusut Mars ketika sahabatnya itu sedang mengalami kesulitan.Mars mendongak sekilas menatap Kinong, dia tersenyum tipis dan menggeleng. "Nggak bang," katanya pelan.Kinong berdecak. "Nggak usah bohong sama gue! Lo pasti lagi butuh duitkan? Cepet bilang sama gue, lo butuh berapa?"Mars membenarkan posisi duduknya. Ditanya seperti itu, Mars mendadak salah tingkah, sebab dia memang tak ingin melibatkan Kinong lagi dalam setiap masalah yang dihadapinya. Kinong sudah begitu banyak membantunya selama ini, tak sampai hati jika kini Mars harus kembali merepotkan Kinong."Gue nggak kenapa-napa kok Bang, selow-lah! Nyok mabar, tadi lo ngajakin mabarkan?" Mars menepuk bahu Kinong dengan cengiran lebar.Kinong menepis tangan Mars dari bahunya. "Gue lagi males basa-basi nih, cepetan nggak cerita, lo lagi ada masalah apa sebenernya?" desak Kinong lagi.Mars mendesah pasrah. Dia hendak bicara tapi sebuah dering di ponselnya membuat perhatian Mars teralihkan.Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja server dan langsung membuka pesan masuk yang diterima.Ternyata, itu pesan balasan dari nomor si pemuat Iklan di internet yang baru saja dia hubungi.*Selamat siang Tuan Marcello.Saya mengundang anda secara resmi untuk bertemu besok di sebuah tempat yang nanti akan saya infokan lagi pada anda.Mungkin akan ada beberapa syarat yang nantinya akan saya ajukan pada Anda sebelum menandatangani kontrak di surat perjanjian.Semoga kita berjodoh untuk urusan kali ini dan semoga saja anda tidak mengecewakan saya.Sekian dan terima kasih.Cuaca hari ini begitu cerah.Mentari pagi bersinar hangat.Mars baru saja selesai mandi. Tubuhnya yang lengket terasa jauh lebih segar.Malam tadi ada keributan yang terjadi di Club malam tempatnya bekerja, untuk itulah pekerjaan Mars jadi berlipat ganda setelah keributan itu memancing perkelahian antar dua kelompok anak muda yang menjadi pelanggan tetap di Club. Kabarnya, keributan tersebut dipicu karena masalah asmara.Keadaan Club yang berantakan akibat perkelahian itu membuat Mars diwajibkan untuk bekerja lembur hingga pukul tiga dini hari tadi.Untungnya jarak antara Club itu dengan kontrakan Mars cukup dekat, jadi Mars bisa memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat.Dan rencananya, pagi ini Mars akan bertemu dengan si pemuat Iklan di Internet yang dia hubungi kemarin.Shubuh tadi dia baru saja dihubungi oleh asisten pribadi kliennya itu yang bernama Roger.Roger bilang dia akan menjemput Mars pukul delapan pagi dan mengajak Mars ke suatu tempat untuk menemui seseorang. Untuk
Satu minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Venus di taman kota hari itu, Suci sangat bahagia ketika menyadari kalau Venus tidak sedingin yang dia kira.Hari itu, Suci memperbincangkan banyak hal dengan Venus. Bahkan untuk pertama kalinya Suci mendengar Venus tertawa.Suci bersyukur jika pada akhirnya, hubungan antara dirinya dengan Venus mengalami kemajuan. Setidaknya, perasaan bersalah yang selama ini terus menggerogoti hati Suci kian terkikis sedikit demi sedikit. Suci tak akan menyerah untuk terus berjuang dan berjuang demi kebahagiaan Venus.Dan hari ini, adalah hari dimana dirinya dan Venus akan bertunangan.Sudah sejak satu jam yang lalu, tiga orang penata rias pilihan Mama berkutat di kamar untuk mendandani sang calon pengantin.Mama senantiasa menemani.Senyumnya terus terkulum dari wajah cantiknya yang terlihat awet muda.Nyonya Liliana Diningrat, Ibunda dari Raja Venus Diningrat, merasa sangat bahagia jika pada akhirnya, Suci bisa menjadi menantu dalam keluarga Diningrat.
Sejak dirinya resmi bertunangan dengan Suci, paras cantik nan paripurna milik gadis tunanetra itu seolah terus menghantui pikiran Venus.Merasa sosok Suci seperti tidak asing, Venus terus bertanya-tanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya saat ini.Kenapa pikirannya tak bisa lepas dari sosok Suci?Kenapa dirinya seolah merindu ingin bertatapan lagi dengan Suci?Ada apa dengan dirinya sebenarnya?Venus bahkan sudah meyakinkan dirinya sejak jauh-jauh hari sebelum hari pertunangan itu berlangsung bahwa dirinya tak akan mungkin terpesona apalagi terpikat pada sosok Suci.Tapi nyatanya, semua yang terjadi justru mengatakan hal yang sebaliknya.Sosok Suci sukses membuat Venus tak mampu berpaling, bahkan setelah dia menghindar terlalu lama. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pertemuan mereka, Venus langsung jatuh pada sosok wanita buta yang selama ini dia hindari.Merasa frustasi dengan keadaan, seperti biasa, Venus pun membooking wanita bayaran kelas atas melalui Rog
Hari ini, Venus berulang tahun.Berkat bantuan Liliana dan Adhiguna, Suci kini sudah berada di apartemen Venus tanpa sepengetahuan pemiliknya.Suci hendak membuat surprise untuk Venus.Dan semua ide ini bermula dari Liliana dan Adhiguna sendiri.Setelah mengantar Suci ke apartemen sang anak, lalu Liliana membantu Suci memasak sejenak, kedua orang tua itu pun pamit pada Suci sebab sore ini mereka harus kembali terbang ke Swiss untuk melanjutkan pengobatan yang dijalani Liliana."Kenapa sih Mama harus pergi lagi? Kenapa Mama tidak menjalani pengobatan di Indonesia saja Ma?" ucap Suci dengan bibir cemberut."Sayang, Mama melakukan ini semata-mata karena Mama ingin hidup lebih lama lagi, semua Mama lakukan demi kamu dan Venus, karena pengobatan di sana lebih bagus, lebih canggih. Mama nggak mau melewati masa-masa emas sebagai seorang nenek di mana Mama harus terbaring di tempat tidur tanpa bisa ikut menimang cucu-cucu Mama nanti," jawab Liliana dengan sikap lembutnya.Suci mengesah berat.
Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen."Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil."Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar."Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.Sayangnya, ucapan
Seorang lelaki masuk secara paksa ke dalam kamar seorang wanita yang sudah dia kenal sejak kecil.Seorang wanita yang selama ini tinggal dan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama.Seorang wanita yang begitu dia cintai, tapi selalu menolaknya.Seorang wanita yang begitu dia sayang, tapi tak pernah mau melihat ke arahnya.Dan Venus muak!Venus muak dengan semua keangkuhan Suci."Venus? Lo mau apa?" Tanya Suci kaget ketika Venus tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Suci yang sedang berpakaian langsung menutupi bagian tubuh atasnya yang hanya mengenakan tank top saja."KELUAR! KELUAR!" Hardik Suci dengan wajah marah.Sayangnya Venus tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu terus saja melangkah ke arahnya.Tubuh Suci sudah terdesak ke dinding ketika Venus kini mengunci tubuhnya dengan ke dua tangan. Ekspresi wajah lelaki itu tak jauh beda dengan wajah Suci.Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kemarahan di sana."Apa salah gue? Apa kurangnya gue?
Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-gel
Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t