Share

10. HARI PERNIKAHAN

Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.

Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.

Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.

Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.

Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.

Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.

Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.

Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.

Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus tetap melanjutkan rencana konyolnya itu di karenakan dirinya yang tak ingin membuat Suci terlibat ke dalam penderitaan baru akibat ulahnya untuk yang ke sekian kali.

Venus sadar semua ini tidak mudah untuk dia lalui, tapi demi kebaikan Suci, Venus harus melakukannya.

Dengan mengusung tema pernikahan classic romance, pernikahan Venus dan Suci tampak menakjubkan.

Suci yang tampak cantik dengan gaun brokat berdetail flower berkilauan bersanding di pelaminan dengan Venus yang mengenakan kemeja hitam berpadu dengan jas putih dan dasi kupu-kupu. Mereka terlihat begitu serasi.

Hari itu Venus memang tak banyak bicara, dia lebih banyak diam saat sedang bersama Suci. Venus hanya tak ingin Suci curiga jika kenyataannya, malam nanti wanita itu harus bersanding dengan lelaki lain di kamar pengantinnya.

Setelah seharian penuh acara resepsi digelar di sebuah aula hotel terelit dan termegah di Jakarta, malam harinya segenap keluarga besar Venus mengadakan acara barbeque di kediaman utama keluarga Diningrat.

Sebuah rumah mewah bak istana di negeri dongeng yang nantinya akan menjadi tempat tinggal baru bagi Suci dan Venus. Sebuah rumah yang menjadi saksi tentang bagaimana kehidupan masa kecil Suci dan Venus dahulu.

Malam ini, Suci tampil dengan busana formal yakni sebuah kebaya merah menyala. Suci turun bersama Venus setelah selesai di make over.

Sebelah tangan Suci melingkar di pergelangan tangan Venus. Wajahnya yang cantik bak bidadari terlihat berbinar dan berseri-seri. Senyum di wajahnya terus terkembang. Bagi Suci, ini adalah hari paling istimewa dalam hidupnya.

"Duh, pengantin baru ini bener-bener bikin gemes deh, yang ceweknya cuantik, yang lelakinya guanteng, kita selfie dulu dong..." seru Tante Mika dengan penuh antusias.

Beberapa keluarga tampak mendekat hendak berselfie ria dengan pasangan pengantin baru itu. Beberapa pose mereka coba.

Puas berfoto, Suci dan Venus dibimbing Liliana untuk sekedar berbincang-bincang dengan para anggota keluarga lain yang sebelumnya memang belum mengenal Suci di karenakan kebanyakan dari mereka tinggal di luar negeri.

Saat sedang asik bercakap dengan para kerabat jauh itu, tiba-tiba saja Venus meminta izin untuk mengangkat telepon.

Roger yang meneleponnya.

Venus pun berjalan menjauhi kerumunan manusia di taman rumah itu dan mencari tempat yang lebih sepi.

"Halo Roger, bagaimana? Sudah dapat kabar dari Mars?" tanya Venus memulai percakapan.

"Sudah Bos. Mars bilang sekarang dia sedang di daerah puncak, mengantar teman. Nanti malam dia pasti akan datang ke kediaman Diningrat seperti yang sudah di sepakati sebelumnya," jawab Roger dari seberang.

Venus mendesah lega. "Baiklah kalau begitu, gue tunggu kedatangan dia di rumah malam ini."

"Eh tapi Bos, bagaimana nanti dengan keluarga Bos sendiri? Apa mereka nggak akan curiga?" suara Roger terdengar khawatir.

"Mereka tahu kalau besok pagi-pagi sekali gue akan bertolak ke Maldives, lagi pula mereka semua orang-orang sibuk, malam ini setelah acara barbeque selesai mereka pasti langsung pulang semua dan masalah orang tua gue, malam ini juga mereka sudah harus kembali ke Swiss, karena lusa adalah jadwal operasi pertama Mama. Gue pastikan, sebelum Mars datang, rumah ini pasti sudah sepi," tutur Venus dengan yakinnya.

Roger hanya ber-oh dengan sedikit perasaan lega yang hinggap di hatinya. Benar juga apa yang dikatakan oleh Tuan Venus.

"Lalu, bagaimana sama lo sendiri? Apa lo udah bersiap untuk mendampingi Mars dan Suci ke Maldives besok?"

Roger tersenyum semringah. "Oh, kalau masalah itu sih jangan di tanya Bos, gue semangat banget malah buat pergi ke sana, hitung-hitung refreshing. Apalagi kalau gue di kasih izin bawa pasangan, pasti saya akan lebih senang lagi, Bos," ungkap Roger dengan seringai mesumnya.

Venus tertawa hambar. "Lo pikir, gue mengirim lo ke sana untuk enak-enakan tidur dengan perempuan? Tugas lo di sana itu mengawasi Mars dan Suci! Gue nggak mau Mars cari-cari kesempatan untuk mengambil hati Suci!" ungkap Venus dengan gertakan keras di kedua rahangnya.

"Iya Bos, maaf. Gue kan cuma bercanda tadi, hehehe..." Roger terkekeh meski dalam hati dia keki setengah mati.

Ya kali gue harus terus jadi obat nyamuk liatin Mars sama Suci mesra-mesraan!

Lagian, si Venus ini emang udah nggak waras kayaknya! Jelas-jelas dia yang udah nyemplungin Suci ke kandang buaya, bisa-bisanya dia suruh orang untuk jagain buaya supaya nggak memakan Suci! Apes banget gue!

Nggak ngerti deh, sama pikiran nih orang! Hadeh...

Keluh Roger membatin.

Sambungan telepon itu akhirnya terputus ketika Venus mendengar suara teriakan dari arah taman yang memanggil namanya. Itu suara sang Mama, Liliana.

Venus pun bergegas ke taman untuk kembali berkumpul dengan para kerabatnya.

*****

Perkiraan Venus memang tidak pernah meleset.

Mendekati pukul dua belas malam suasana kediaman Diningrat sudah terlihat sepi. Hanya ada para pekerja yang sedang membenahi rumah itu. Seluruh keluarga telah kembali ke kediaman masing-masing dikarenakan kesibukan mereka yang telah menanti di esok hari.

Suci sudah berganti pakaian dengan pakaian tidur ketika dirinya diminta turun oleh Liliana dan Adhiguna.

Saat itu Liliana hendak izin pamit untuk kembali terbang ke Swiss malam itu juga.

"Kamu jangan marah dong sayang, lusa jadwal operasi Mama yang pertama, sebenarnya sih Mama juga berat untuk ninggalin kamu di sini. Tapikan, besok juga kamu sama Venus mau bulan madu dan malam ini adalah malam pertama kalian, nggak mungkinkan kamu bakal sama Mama terus, iyakan Pa?" Liliana tertawa di akhir kalimatnya.

"Iya Suci. Semoga kalian bisa menikmati masa liburan kalian di Maldives ya? Papa dan Mama udah nggak sabar menunggu kabar baik dari kalian," tambah Adhiguna. Lelaki berkepala setengah botak itu melirik jahil ke arah sang anak yang sejak tadi hanya diam di sisi istrinya.

Dalam sekejap, pipi Suci merona. Dia tertunduk malu, menyembunyikan senyumnya yang manis.

"Venus, ingat pesan Mama dan Papa, tolong jaga Suci baik-baik, oke? Awas kalau sampai terjadi sesuatu hal yang membuat Suci sedih, Mama nggak akan segan-segan untuk menghukum kamu," tegas Liliana setengah bercanda.

Venus mencebik. Namun dia tetap diam.

"Oh ya Venus, nanti tolong kamu hubungi Dokter Sam di Amerika ya, tanyakan apa Donor mata untuk Suci sudah di dapat? Soalnya kemarin, dia sempat calling Papa tapi berhubung Papa sedang sibuk, jadi Papa tidak angkat. Waktu Papa telepon balik nomornya sudah tidak aktif," tutur Adhiguna.

Venus mengangguk. "Baik Pa," jawabnya acuh.

"Mama dan Papa hati-hati di jalan ya, langsung kabari Suci kalau sudah sampai di Swiss," ucap Suci dengan linangan air matanya.

Liliana memeluk Suci. Cukup lama mereka larut dalam momen haru, hingga akhirnya kedua orang tua itu pun pamit dari hadapan Suci dan Venus.

Venus memang tidak mengantar sebab Liliana yang melarangnya. Liliana dan Adhiguna cukup tahu diri untuk tidak merusak momen berharga sepasang pengantin baru itu.

Ketika mobil yang dikendarai Liliana dan Adhiguna sudah menghilang dari pandangan, Venus langsung beranjak dari teras dan masuk ke dalam tanpa sedikit pun memperdulikan Suci yang saat itu tampak kesulitan berjalan.

"Mas... Mas Venus..." panggil Suci yang terus meraba dengan tongkat di tangannya. Rumah ini sangat luas dan Suci belum hafal seluk beluknya.

"Mas... Mas Venus..." panggil Suci lagi, namun tak kunjung ada jawaban.

Hingga akhirnya, Bi Lia datang menghampiri Suci dan membantunya berjalan menuju kamar pengantinnya.

"Mas Venus mana Bi?" tanya Suci ketika dia sudah di dudukkan oleh Bi Lia di sisi ranjang tempat tidurnya.

"Hmm, tadi sih Bibi liat Tuan sedang di ruang keluarga, Non."

"Tadi kenapa Bibi nggak ajak aku ke situ aja?"

Bi Lia terlihat gelisah. Dia bingung harus menjawab apa. Sebab, tadi Venus sendiri yang memerintahkannya untuk membawa Suci ke dalam kamar.

Bukan rahasia lagi, bahwa setelah ini lelaki bernama Venus itu akan pergi meninggalkan pengantin wanitanya dengan seorang lelaki lain yang akan menggantikan posisinya di rumah ini.

Seluruh pembantu dan pekerja rumah tangga termasuk para security sudah diberitahu masalah ini termasuk Bi Lia. Mulut mereka sudah dikunci oleh lembaran rupiah agar tidak ada satu pun yang mengadukannya pada Tuan dan Nyonya besar, yaitu Liliana dan Adhiguna.

Selain itu, mereka juga diharuskan menandatangani berkas di atas hitam dan putih agar mereka tidak bisa berkutik dengan semua perjanjian yang sudah dibuat.

Bi Lia adalah orang terakhir yang mengetahui hal itu karena sebelumnya dia memang tidak tinggal di kediaman utama keluarga Diningrat, melainkan tinggal bersama Suci.

Wanita paruh baya itu sangat syok ketika tahu rencana Tuannya terhadap Suci, gadis yatim piatu yang selama ini diurus olehnya.

Bahkan Bi Lia sempat menentang hal itu, tapi ancaman Venus yang akan memecat dirinya jika dia sampai buka mulut, membuat Bi Lia mundur perlahan.

Apalah daya, dia hanya seorang pegawai kecil yang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di kampung, terlebih kini suaminya sudah tak bisa berbuat apa-apa setelah divonis terkena serangan stroke lima bulan yang lalu. Jadilah Bi Lia menjelma sebagai tulang punggung keluarga.

"Mungkin sebentar lagi Tuan Venus akan datang menyusul Non Suci ke sini," jawab Bi Lia mencari alasan. "Saya pamit dulu ya, Non. Kalau ada apa-apa panggil saya saja."

"Iya, Bi. Terima kasih."

Sepeninggal Bi Lia, Suci terdiam sesaat di tempatnya berada. Dia meraba seprai di kamar itu. Licin dan sangat halus. Pasti seprai ini berbahan sutra yang harganya sangat mahal.

Lalu, tangan Suci menyentuh sesuatu di atas seprai, seperti taburan bunga.

Saat dia mencium aromanya lebih dalam, harum bunga mawar terhirup oleh indra penciumannya. Ternyata, banyak sekali taburan kelopak bunga mawar di atas tempat tidur itu. Pantas kamar ini sangat wangi.

Entah seperti apa indahnya suasana di dalam kamar pengantinnya itu, Suci hanya bisa menerka dalam bayangan.

Malam ini, adalah malam yang mungkin tak akan pernah Suci lupakan seumur hidupnya.

Di mana dirinya akan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami tercinta.

Malam ini, Suci akan melakukan yang terbaik agar Venus tak kecewa padanya.

*****

Hayo lohh...

Penasaran???

Kuy di vote dan koment yang buanyak...

Salam herofah...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status