Share

11. MALAM PERTAMA

Masa Setelah Prolog...

Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.

Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.

Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan.

"Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.

Mars mengangguk pelan.

"Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk.

"Ini uang mukanya, sisanya akan dibayar setelah Suci hamil. Seluruh keperluan Anda dan Suci nanti akan diurus oleh para asisten rumah tangga di rumah ini," Venus diam sejenak. Tatapannya saat itu sulit diartikan.

Mars mengambil uang di atas meja dan tersenyum pahit.

Mars merasa dirinya begitu jahat harus membohongi wanita sebaik Suci hanya karena uang.

Tapi, Mars sudah bertekad dalam hatinya, dia akan menyimpan sisa uang ini dan menggunakan seperlunya saja.

Mars berniat untuk mengembalikan uang-uang ini setelah perjanjian antara dirinya dengan Venus selesai. Oleh karena itu, Mars harus mencari pekerjaan baru di mana jam kerjanya bisa menyesuaikan dengan jam kerja orang kantoran. Supaya Suci tidak curiga.

"Mungkin nanti, dalam tiga bulan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk sekadar mengecek keadaan Suci. Jadi pastikan Anda tidak berbuat aneh-aneh padanya di luar tugas yang seharusnya Anda kerjakan! Paham, Mars?"

"Ya, saya mengerti," jawab Mars dengan anggukan kepalanya.

"Nice! Besok, Roger akan menjemput kalian untuk berangkat ke Maldives. Roger sudah mengurus semuanya," jelas Venus kemudian.

Mars hanya mengangguk, karena sebelumnya, Roger memang sudah mengetahui bahwa dirinya akan langsung berangkat ke luar negeri untuk berbulan madu di hari pertamanya bekerja.

Venus menatap Mars dengan selidik matanya yang menyipit. Sebuah tatapan yang sulit diartikan.

Lelaki itu memajukan posisi duduknya ke arah Mars. Setengah berbisik, Venus berkata, "sekali lagi aku ingatkan pada Anda, untuk tetap menjaga sikap dengan Suci. Bagaimana pun, Suci itu adalah istriku, jadi jangan pernah Anda berniat untuk mencuri hati Suci apalagi menyabotase Suci dengan hal-hal lain di luar tugas yang telah aku berikan untuk Anda. Dan aku mau, selama Anda bersama Suci nanti, Anda tidak usah banyak bicara. Tidak usah sok-sok menarik perhatian Suci dengan bersikap manis dan ramah kepadanya! Bersikaplah seperti sikapku selama ini ke Suci. Roger akan memantau semuanya di Maldives nanti," ungkap Venus menyampaikan isi hatinya. Kegelisahannya membayangkan kedekatan dan kemesraan yang pasti terjadi antara Suci dengan Mars nanti.

Venus harus tetap waspada. Jika dilihat dari wajahnya, Mars sepertinya berpotensi besar mengambil hati Suci darinya.

Mars tertawa kecil mendengar ucapan Venus. "Anda takut ya Suci akan jatuh cinta sama saya?" timpal Mars tanpa rasa takut.

Venus menggeram. Kedua tangannya terkepal keras. Meski wajahnya memulas senyuman sinis. "Kalau pun Suci jatuh cinta pada Anda, dia tetap tahu kalau Anda itu adalah aku! Jadi, Anda tidak usah terlalu percaya diri!" balas Venus.

"Kalau begitu kenyataannya, lalu kenapa Anda meminta Roger untuk memantau semua kegiatan saya dengan Suci di Maldives nanti? Pastinya, saya dan Suci akan bersenang-senang di sana," Mars tersenyum miring dan hal itu sukses membuat marah Venus kian terpancing.

Venus mendekati Mars dan meraih kerah baju lelaki itu kuat-kuat, membuat Mars hampir tercekik. Kedua wajah lelaki itu berhadapan dalam jarak yang sangat dekat.

"Sudah kukatakan, BERSIKAPLAH SEPERTI CARAKU BERSIKAP DI HADAPAN SUCI NANTI! ANDA INGIN BERMAIN-MAIN DENGANKU? HAH?" ancam Venus dengan wajah bengisnya.

Mars kembali tersenyum. "Saya tidak bisa janji. Karena apa yang Anda katakan hari ini tidak termasuk ke dalam perjanjian yang sudah saya tanda tangani kemarin. So, saya bebas bersikap di hadapan Suci sampai waktu tiga bulan ke depan. Lagi pula, seperti kata Anda tadi, seandainya pun saya bersikap manis ke Suci, Anda juga tidak akan rugi karena yang Suci tahu, saya ini Anda, iya kan?" balas Mars dengan tatapan menantang. Dalam hati Mars tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi lelaki bernama Venus itu.

Venus melepas cengkraman tangannya di kerah baju Mars dengan hentakan yang cukup keras.

Mars merapikan pakaiannya.

"Aku peringatkan sekali lagi, selama tiga bulan ke depan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk mengecek keadaan Suci. Aku tidak mau Suci sampai kenapa-napa! Dia harus tetap dalam keadaan sehat walafiat! Jadi, jangan sekali-kali Anda berbuat kasar pada Suci!" tegas Venus sebelum akhirnya, laki-laki itu hengkang dari hadapan Mars diikuti oleh beberapa pengawalnya yang berseragam serba hitam.

Venus tak punya pilihan.

Dia sudah memutuskan dan inilah konsekuensi yang harus dia terima.

*****

Malam pertama adalah momen yang amat dinantikan bagi kebanyakan pengantin baru.

Tentu para pengantin baru ingin malam pertama meninggalkan kesan yang begitu spesial, namun tak sedikit pula yang enggan berekspektasi terlalu tinggi setelah mereka berlelah diri menjalani serangkaian proses pernikahan plus resepsi.

Bagi sebagian orang, malam pertama itu tidak harus benar-benar dilaksanakan di malam usai mengucap ikrar suci pernikahan, tapi bagi sebagian yang lain malam pertama akan sangat disayangkan jika terlewat begitu saja.

Seperti halnya yang Suci rasakan malam ini.

Sebuah harapan besar bahwa malam ini dia bisa melayani suaminya dengan baik.

Sayangnya, Suci tidak yakin apa yang kini dia rasakan sama dengan yang dirasakan sang suami.

Buktinya, setelah memasuki kamar sejak satu jam yang lalu, Suci tak merasakan Venus mendekatinya. Entah apa yang kini sedang dilakukan suaminya itu? Sebab sejak tadi, tak ada suara apa pun di dalam kamar itu selain keheningan.

Suci yang terdiam di sisi tempat tidur, sementara Mars yang masih asik berdiri menatap jendela kaca di ujung kamar luas nan megah itu.

Tak ada percakapan yang berarti di antara keduanya.

Keterdiaman mereka justru semakin menghadirkan rasa canggung yang membuat keduanya merasa tidak nyaman. Hingga Mars memilih untuk menyingkir dari hadapan Suci, pada akhirnya.

"Mas..." panggil Suci, sekadar memastikan apakah sang suami ada di dalam kamar itu atau tidak.

Hingga setelahnya, pergeseran suara gorden dari ujung ruangan cukup membuat Suci tahu kalau Venus masih berada di dalam kamar.

Mars yang tadinya sedang menatap takjub ke arah luar jendela, di mana dia melihat sebuah taman luas dengan kolam renang besar di tengah-tengahnya, cukup terkejut saat mendengar suara Suci.

Melihat kondisi ruangan yang tak pernah Mars lihat sebelumnya membuat fokus Mars terbagi. Dekorasi kamar ini sungguh luar biasa. Bahkan barang-barang yang ada di dalamnya pun sudah dipastikan bukan barang sembarangan.

Semuanya pasti barang-barang branded dengan harga selangit.

"Iya, ada apa?" tanya Mars ketika dia menghampiri Suci.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Suci yang terus berusaha mencairkan kekakuan yang sempat tercipta. Lagi, Suci merasakan kembali kejanggalan dari perubahan suara Venus, malam ini.

"Aku lagi liat-liat sekeliling aja, kamar ini bagus banget," celetuk Mars dengan polosnya.

Suci mengerutkan kening, bingung. "Ini bukannya kamar kamu ya Mas?"

Mars jadi ikutan bingung.

Hingga setelahnya, dia justru menepuk jidatnya sendiri ketika dia sadar telah salah bicara. "Hahaha..." Mars jadi tertawa hambar. "Maksud aku itu, dekorasi kamar pengantin kita, bagus banget. Pasti ini kerjaan Mama dan Papa, iyakan?" ucap Mars mengalihkan pembicaraan.

"Oh..." Suci hanya ber-oh. Suara tawa Mars tadi jadi mengingatkan Suci pada pertemuan pertamanya dengan Venus di taman kota waktu itu. Dan sesungguhnya, Suci rindu pada suara tawa renyah Venus yang seperti itu.

Akhirnya, sikap dingin Venus bisa kembali hangat malam ini dan Suci sangat mensyukuri hal itu.

Saat itu, Suci hendak menaruh gelas kosong di tangannya ke atas nakas, tapi sayang gelas itu oleng karena tidak mendarat sempurna.

PRAAANG!

Jadilah gelas itu jatuh ke lantai dan pecah.

Suci dan Mars sama-sama kaget.

"Eh, maaf..." Suci jadi tidak enak hati. Dia buru-buru berjongkok untuk membenahi pecahan gelas itu, tapi dia lupa kalau dia tak tahu kemana saja pecahan gelas itu berserakan. Hingga mengharuskannya meraba-raba lantai terlebih dahulu.

"Aduh," Suci mengaduh ketika tangannya tertusuk salah satu pecahan gelas tadi.

Mars yang saat itu sedang membantu memunguti pecahan gelas, jadi reflek menarik pergelangan tangan Suci untuk melihat jari Suci yang terluka.

Dilihatnya pecahan kaca yang cukup besar menancap di ujung jari manis Suci.

"Tahan ya," ucap Mars mengingatkan.

Suci meringis ketika dia merasakan perih yang teramat sangat di jarinya. Sepertinya lukanya cukup besar.

"Kamu tahu di mana kotak obat?" tanya Mars dengan segala kebodohannya.

"Apa? Kotak obat? Kok kamu malah tanya aku? Inikan rumah kamu?"

Mars berdecak tanpa suara.

Sial! Bego banget sih lo Mars!

Umpatnya dalam hati.

"Sorry-sorry, aku suka gugup kalau liat darah. Luka kamu lumayan dalam, jadi darahnya lumayan banyak. Kamu duduk aja dulu di sini, aku ambil kotak obat dulu," Mars membimbing Suci untuk kembali duduk di sisi ranjang sementara dirinya langsung keluar dari kamar untuk meminta obat pada salah satu asisten rumah tangga di sana.

Beberapa saat kemudian, Mars kembali ke kamar dengan sekotak obat di tangan.

Dia mengobati luka di jari Suci dengan cukup telaten.

Sementara pecahan gelas di lantai kamar itu baru saja dibersihkan oleh Bi Lia.

Bi Lia yang saat itu diam-diam menatap ke arah Mars. Hatinya benar-benar terenyuh menyaksikan betapa lelaki itu seenaknya menyentuh majikan tersayangnya. Sebab, bagi Bi Lia, Suci itu sudah seperti anaknya sendiri. Bi Lia sangat menyayangi Suci. Meski ketidakberdayaannya justru membuatnya terlihat bodoh karena tak mampu berbuat banyak untuk menolong Suci.

"Saya pamit dulu Tuan," ucap Bi Lia setelah dia selesai dengan pekerjaannya.

Mars mengangguk sopan. "Ya, Terima kasih ya Bi," katanya disertai senyuman.

Sepeninggal Bi Lia, Mars sudah selesai mengobati luka di jari Suci. Dia membenahi peralatan obat-obatan itu dan menaruhnya di atas nakas.

"Terima kasih udah obatin luka aku, Mas," kata Suci memulai percakapan. Saat itu mereka duduk berdampingan di sisi ranjang dengan jarak yang cukup dekat.

"Ya, itu udah tugas aku sebagai seorang suami," jawab Mars setelah dia berpikir ulang sebelum bicara. Mars tidak mau sampai salah bicara lagi di depan Suci.

"Kamu mau tidur?" tanya Suci.

"Ng... I-iya. Aku mau tidur, ini udah lewat tengah malam. Besokkan kita berangkat ke Maldives pagi-pagi. Lagian aku juga capek banget," jawab Mars pada akhirnya.

Sampai detik ini, jangankan untuk menyentuh Suci, bahkan hanya sekedar menatap ke arah wajah Suci saja, Mars merasa tidak punya nyali. Hatinya mendadak kacau balau jika sudah bertatapan dengan Suci. Membuatnya jadi salah tingkah.

Setelah melepas sweaternya, dengan segala perasaannya yang bercampur aduk menjadi satu, perlahan Mars naik ke atas ranjang, menyingkap selimut hingga taburan bunga di atasnya bertebaran ke segala arah. Diliriknya ke arah Suci yang saat itu sudah lebih dulu merebahkan diri. Suci tertidur dengan posisi miring menghadap ke arahnya. Dan itu artinya, Mars harus tidur membelakangi Suci.

Mars tak bisa menjamin jika dia bisa tetap mengendalikan diri jika harus tidur berhadap-hadapan dengan Suci.

Sungguh, hal ini benar-benar tidak mudah bagi seorang Mars.

Berulang kali dia mengutuk dirinya yang begitu bodoh. Harusnya ini bukan pekerjaan sulit, tapi bagi Mars hal ini jelas sangat sulit.

Wajah Suci yang begitu polos membuat Mars tak tega untuk menyentuh lebih dari apa yang seharusnya dia lakukan. Mars sadar dirinya tidak berhak atas Suci. Lantas bagaimana bisa dia melakukan hal-hal yang tak senonoh terhadap Suci?

Jangankan terhadap Suci, bahkan saat dirinya berpacaran dulu, Mars sangat menjaga perasaan wanitanya dan tak ingin berbuat kurang ajar.

Seketika, bayangan Jasmine dengan senyumannya yang manis terlintas dalam benak Mars.

Jasmine Purnama, satu-satunya kekasih yang pernah Mars miliki seumur hidupnya.

Mereka berpacaran sejak SMA.

Jasmine termasuk salah satu siswi populer di sekolah. Meski dia berasal dari kalangan sederhana, tapi kecantikan Jasmine mampu menghipnotis hampir sebagian lelaki di sekolah mereka. Bahkan sebelum berpacaran dengan Mars, Jasmine pernah menjalin hubungan dengan Elvano, salah satu siswa terkaya di sekolah yang seringkali bergonta-ganti mobil jika datang ke sekolah.

Satu kekurangan Jasmine yang Mars ketahui saat itu adalah, Jasmine sedikit matre. Meski dia tak pernah menunjukkan hal itu jika bersama Mars. Mars sendiri sempat tak percaya jika pada akhirnya, Jasmine bersedia menjadi pacarnya. Bahkan hubungannya dengan Mars menjadi sebuah hubungan yang paling lama terjalin dalam hidup seorang Jasmine.

Selebihnya, Jasmine lebih banyak menyakiti lelaki yang pernah menjadi pacar-pacarnya terdahulu. Tapi bersama Mars, Jasmine mampu bertahan dalam kurun waktu hampir tujuh tahun berpacaran tanpa perempuan itu mengkhianati Mars.

Sampai akhirnya, Jasmine berubah.

Dia mulai menghindari Mars. Sering ketahuan berbohong dan seringkali mengata-ngatai Mars lelaki tak berguna. Lelaki yang tak bisa diandalkan karena status sosialnya.

Menurut Mars, hal itu jauh dari sosok Jasmine yang dia kenal sebelumnya. Untuk itulah, Mars tidak pernah menaruh dendam pada Jasmine meski wanita itu telah menyakitinya sekali pun.

Setidaknya, Mars bersyukur dan merasa sangat berterima kasih pada Jasmine yang pernah menorehkan kebahagiaan dan meninggalkan sejumput kenangan manis dalam hidup Mars.

Jasmine itu wanita yang cukup agresif. Sementara Mars sendiri, cukup bodoh sebagai seorang lelaki jika menyangkut hal sentuh menyentuh. Mars sangat tidak ingin Jasmine merasa bahwa Mars adalah sosok laki-laki yang kurang ajar terhadap perempuan. Terlebih dengan status mereka yang kini berpacaran. Mars takut Jasmine akan berpikiran buruk jika dirinya memulai hal itu lebih dulu. Mars takut Jasmine akan menganggapnya lelaki yang suka mencuri kesempatan dalam kesempitan.

Meski, setelahnya, semua itu terjadi begitu saja. Bahkan Mars sendiri sampai lupa bagaimana awal mulanya.

Tepat saat dirinya dan Jasmine tidur bersama.

Dan saat itulah, pertama kalinya Mars tahu bahwa ternyata, Jasmine sudah tidak perawan.

Sebuah pergumulan panjang antara dirinya dengan Jasmine adalah pengalaman paling membahagiakan dalam hidup Mars. Sebagai seorang lelaki, tentunya.

Mars sama sekali tidak mempersoalkan masalah kesucian Jasmine, yang dia tahu, dia meniduri Jasmine karena dia memang sangat mencintai wanita itu dan akan terus berusaha membuat Jasmine bahagia bersamanya.

Itulah awal mula, Mars merasa bahwa dirinya harus lekas berkomitmen dengan Jasmine. Dia sudah menikmati tubuh kekasihnya itu dengan sangat puas, maka sudah sepantasnya Mars mempertanggung jawabkan perbuatannya itu, yakni dengan berjanji pada kedua orang tua Jasmine bahwa dirinya akan melamar Jasmine dalam waktu dekat.

Meski, setelahnya hal itu tak pernah terealisasikan.

Karena Hita.

Pikiran Mars masih melayang tak tentu arah, sekelebat bayangan saat-saat di mana dirinya tengah bercumbu bersama Jasmine membuat tengkuk Mars kian meremang.

Mars buru-buru membuka mata.

Dia tidak boleh berpikir kotor di saat-saat seperti ini.

Mars menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan melalui mulut.

Berusaha menetralkan kembali perasaannya yang kian bergejolak.

Namun, sebuah pergerakan di atas ranjang itu membuat tubuh Mars tercekat.

Sampai akhirnya, Mars merasakan sesuatu melingkar di perutnya. Dan sebuah tarikan napas berhembus di tengkuknya.

Astaga...

Suci memeluknya dari belakang!

*****

Masih kepokah???

Di tunggu kelanjutannya...

Tentu setelah kalian vote dan koment di bab ini ya...

Salam herofah...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status