Share

7. INGATAN YANG KEMBALI

Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.

Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.

Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen.

"Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.

Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.

Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil.

"Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar.

"Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.

Sayangnya, ucapan Suci saat itu bak suara dengung yang hanya masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Venus tak sama sekali buka suara. Lelaki itu malah terus melangkah masuk menuju kamarnya. Meninggalkan Suci yang masih berdiri mematung di ruang tamu apartemennya.

Suci tahu bahwa kini Venus sudah menghilang dari hadapannya setelah dia mendengar suara derap langkah kaki lelaki itu yang menjauh, menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar di lantai dua.

Suci menelan salivanya yang terasa pahit. Pelupuk matanya kian memanas dan berkaca-kaca. Dia meraba sofa lalu duduk kembali di sana. Sudut matanya kian basah, tapi Suci segera menyekanya. Dia tidak mau terlihat cengeng dan lemah.

Terlebih setelah tahu akan keberadaan Hanni di dalam apartemen ini dan apa-apa yang kedua manusia itu lakukan sejauh ini.

Suci tak akan menyerah begitu saja.

Apapun yang terjadi, dia akan tetap memperjuangkan Venus.

*****

Suci masih belum bergeming dari sofa di dalam apartemen Venus bahkan setelah lima jam berlalu usai kepulangan Venus ke apartemennya tadi sore.

Dia masih ingin menunggu.

Menunggu Venus keluar dari kamarnya dan menghampirinya di sini.

Kini di atas meja di hadapan Suci sudah tersedia sekotak kue ulang tahun yang sudah di pesan Suci sebelumnya. Kue itu datang diantar oleh kurir sekitar empat jam yang lalu.

"Lo mau sampai kapan di sini? Ini udah hampir jam sebelas malem loh," sapa Hanni yang jadi terkejut begitu dirinya kembali dari luar dan masih mendapati keberadaan Suci di apartemen Venus.

Hanni benar-benar tak percaya dengan kegigihan Suci mengambil hati Venus. Padahal dirinya sudah berusaha membuat wanita itu sadar akan kekeliruannya untuk menjadikan Venus calon pendampingnya.

Suci tidak menjawab pertanyaan Hanni. Dia terus menunduk dengan kedua tangan yang meremas ponsel. Pikirannnya kacau, hatinya sakit. Hari ini Suci benar-benar dibuat kecewa oleh Venus.

Hanni mengesah berat. "Atau mungkin lo mau nginep di sini? Lo bisa tidur di kamar gue kalau mau," tambah Hanni kemudian. Meski dia tak menyukai Suci, namun melihat Suci diabaikan sedemikian kejam oleh Venus, Hanni pun jadi tak tega.

Kali ini, Suci hendak menjawab, tapi suaranya sudah lebih dulu disela oleh seseorang.

"Jangan Han, biar gue yang anter dia pulang sekarang," ucap Venus tiba-tiba. Lelaki itu terlihat melangkah turun dari tangga dengan pakaian santainya.

"Tapi, Nus, itu masakan di meja makan banyak begitu, lo nggak mau nyicipin dulu sedikit? Suci udah susah payah loh masakin buat lo," beritahu Hanni pada Venus.

"Gue nggak pernah minta dia untuk masakin gue apa pun, apalagi tiba-tiba datang ke sini cuma buat kasih surprise ulang tahun. Gue bukan anak kecil yang harus merayakan hal-hal konyol seperti itu, lo tahu itu kan, Han?" jawab Venus panjang lebar. Suaranya terkesan dingin. Menusuk dan tajam.

Suci kembali tertegun dalam kepedihannya. Merasakan kejanggalan suara Venus dalam diam.

Suara Venus malam ini, persis dengan suara Venus di hari pertunangan mereka.

"Aku antar kamu pulang sekarang," suara Venus kembali terdengar. Lelaki itu menggamit pergelangan tangan Suci dan menariknya paksa.

"Aku mau ambil tasku dulu," ucap Suci setengah berteriak.

"Tasmu sudah kubawa," balas Venus cepat.

Saat itu, Hanni hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Venus terhadap Suci.

Meski, begitu bayangan kedua manusia itu menghilang dari pandangannya, sebuah senyuman tampak di wajah manis Hanni.

*****

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Suci, hanya ada kebisuan yang meraja.

Suci yang menangis dalam diam.

Sementara Venus yang terus berusaha mengendalikan perasaannya pada Suci yang semakin terasa aneh.

Ini kali pertama Venus merasakan hal seperti ini, hebatnya perasaan itu hadir setiap kali dirinya berada di dekat Suci.

Nggak!

Ini nggak boleh terjadi!

Masa sih gue jatuh cinta sama perempuan buta macem Suci?

Venus terus menggeleng. Berusaha mengusir segala kecemasan, kegugupan dan kegundahan hatinya.

Lelaki itu bahkan melajukan kendaraan dengan sangat kencang.

Tanpa perduli pada teriakan Suci di dalam mobil yang ketakutan.

"Mas, berhenti Mas! Kita bisa kecelakaan kalau kamu membawa mobil ugal-ugalan seperti ini!" teriak Suci ketakutan. Kedua tangan Suci berpegangan ke jok mobil.

Apa yang Suci takuti hampir saja terjadi ketika di dengarnya suara klakson panjang dari kendaraan lain yang hendak bertubrukan dengan mobil Venus.

Untungnya saat itu Venus mampu mengendalikan situasi hingga mobilnya lekas terselamatkan.

Meski tak bisa melihat, Suci bisa merasakan dengan jelas bagaimana keadaan di sekitarnya.

Hingga akhirnya...

Satu detik setelah Venus berhasil terbebas dari kecelakaan yang hampir saja menimpa dirinya dan Suci tadi, sebersit ingatan hadir dalam benak Venus begitu saja, secara tiba-tiba.

*

"Lepasin gue, Venus! Lo mau bawa gue kemana?" teriak seorang wanita yang duduk di samping jok kemudi. Dia menangis terisak dengan kedua tangan dan kaki yang terikat. "Berhenti! Lo udah gila! Kita bisa mati, Venus!"

"Gue bakal aduin ke Mama dan Papa atas semua kelakuan bejat lo sama gue malam ini, Venus! Berhenti...."

"Arrrgghhhhh...." teriakan wanita itu melengking nyaring seiring dengan dua benda keras yang saling bertubrukan dengan hebatnya.

*

Venus membanting setir mobil ke kiri dan menekan rem mendadak, membuat Suci terkaget-kaget.

Peluh menetes deras dari kedua pelipis lelaki itu.

Dia menoleh ke arah Suci dan menatap lama wajah perempuan yang tampak ketakutan di sisinya.

Ya Tuhan...

Ingatan apa ini?

Tanya Venus membatin masih dengan wajah syok.

Hingga setelahnya, seluruh ingatan tentang kisah masa lalu antara dirinya dengan Suci berkelebatan dalam benak Venus, merasuk secara cepat, silih berganti dan terus berputar di kepalanya.

Sampai pada sebuah ingatan tentang kejadian malam itu.

Malam di mana dirinya hendak membawa Suci ke suatu tempat untuk dia perkosa, lalu diperjalanan mereka mengalami kecelakaan hebat.

Ya, kecelakaan.

Aku ingat semuanya...

Aku sudah mengingat semuanya sekarang...

Racau Venus dalam hati.

Diiringi dengan buliran bening air matanya yang menetes di pipi.

Ternyata Suci itu adalah...

*****

Jangan lupa Vote dan komen kalau suka 🙏🙏😘🤗

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status