Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.
Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen."Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil."Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar."Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.Sayangnya, ucapan Suci saat itu bak suara dengung yang hanya masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Venus tak sama sekali buka suara. Lelaki itu malah terus melangkah masuk menuju kamarnya. Meninggalkan Suci yang masih berdiri mematung di ruang tamu apartemennya.Suci tahu bahwa kini Venus sudah menghilang dari hadapannya setelah dia mendengar suara derap langkah kaki lelaki itu yang menjauh, menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar di lantai dua.Suci menelan salivanya yang terasa pahit. Pelupuk matanya kian memanas dan berkaca-kaca. Dia meraba sofa lalu duduk kembali di sana. Sudut matanya kian basah, tapi Suci segera menyekanya. Dia tidak mau terlihat cengeng dan lemah.Terlebih setelah tahu akan keberadaan Hanni di dalam apartemen ini dan apa-apa yang kedua manusia itu lakukan sejauh ini.Suci tak akan menyerah begitu saja.Apapun yang terjadi, dia akan tetap memperjuangkan Venus.*****Suci masih belum bergeming dari sofa di dalam apartemen Venus bahkan setelah lima jam berlalu usai kepulangan Venus ke apartemennya tadi sore.Dia masih ingin menunggu.Menunggu Venus keluar dari kamarnya dan menghampirinya di sini.Kini di atas meja di hadapan Suci sudah tersedia sekotak kue ulang tahun yang sudah di pesan Suci sebelumnya. Kue itu datang diantar oleh kurir sekitar empat jam yang lalu."Lo mau sampai kapan di sini? Ini udah hampir jam sebelas malem loh," sapa Hanni yang jadi terkejut begitu dirinya kembali dari luar dan masih mendapati keberadaan Suci di apartemen Venus.Hanni benar-benar tak percaya dengan kegigihan Suci mengambil hati Venus. Padahal dirinya sudah berusaha membuat wanita itu sadar akan kekeliruannya untuk menjadikan Venus calon pendampingnya.Suci tidak menjawab pertanyaan Hanni. Dia terus menunduk dengan kedua tangan yang meremas ponsel. Pikirannnya kacau, hatinya sakit. Hari ini Suci benar-benar dibuat kecewa oleh Venus.Hanni mengesah berat. "Atau mungkin lo mau nginep di sini? Lo bisa tidur di kamar gue kalau mau," tambah Hanni kemudian. Meski dia tak menyukai Suci, namun melihat Suci diabaikan sedemikian kejam oleh Venus, Hanni pun jadi tak tega.Kali ini, Suci hendak menjawab, tapi suaranya sudah lebih dulu disela oleh seseorang."Jangan Han, biar gue yang anter dia pulang sekarang," ucap Venus tiba-tiba. Lelaki itu terlihat melangkah turun dari tangga dengan pakaian santainya."Tapi, Nus, itu masakan di meja makan banyak begitu, lo nggak mau nyicipin dulu sedikit? Suci udah susah payah loh masakin buat lo," beritahu Hanni pada Venus."Gue nggak pernah minta dia untuk masakin gue apa pun, apalagi tiba-tiba datang ke sini cuma buat kasih surprise ulang tahun. Gue bukan anak kecil yang harus merayakan hal-hal konyol seperti itu, lo tahu itu kan, Han?" jawab Venus panjang lebar. Suaranya terkesan dingin. Menusuk dan tajam.Suci kembali tertegun dalam kepedihannya. Merasakan kejanggalan suara Venus dalam diam.Suara Venus malam ini, persis dengan suara Venus di hari pertunangan mereka."Aku antar kamu pulang sekarang," suara Venus kembali terdengar. Lelaki itu menggamit pergelangan tangan Suci dan menariknya paksa."Aku mau ambil tasku dulu," ucap Suci setengah berteriak."Tasmu sudah kubawa," balas Venus cepat.Saat itu, Hanni hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Venus terhadap Suci.Meski, begitu bayangan kedua manusia itu menghilang dari pandangannya, sebuah senyuman tampak di wajah manis Hanni.*****Sepanjang perjalanan menuju kediaman Suci, hanya ada kebisuan yang meraja.Suci yang menangis dalam diam.Sementara Venus yang terus berusaha mengendalikan perasaannya pada Suci yang semakin terasa aneh.Ini kali pertama Venus merasakan hal seperti ini, hebatnya perasaan itu hadir setiap kali dirinya berada di dekat Suci.Nggak!Ini nggak boleh terjadi!Masa sih gue jatuh cinta sama perempuan buta macem Suci?Venus terus menggeleng. Berusaha mengusir segala kecemasan, kegugupan dan kegundahan hatinya.Lelaki itu bahkan melajukan kendaraan dengan sangat kencang.Tanpa perduli pada teriakan Suci di dalam mobil yang ketakutan."Mas, berhenti Mas! Kita bisa kecelakaan kalau kamu membawa mobil ugal-ugalan seperti ini!" teriak Suci ketakutan. Kedua tangan Suci berpegangan ke jok mobil.Apa yang Suci takuti hampir saja terjadi ketika di dengarnya suara klakson panjang dari kendaraan lain yang hendak bertubrukan dengan mobil Venus.Untungnya saat itu Venus mampu mengendalikan situasi hingga mobilnya lekas terselamatkan.Meski tak bisa melihat, Suci bisa merasakan dengan jelas bagaimana keadaan di sekitarnya.Hingga akhirnya...Satu detik setelah Venus berhasil terbebas dari kecelakaan yang hampir saja menimpa dirinya dan Suci tadi, sebersit ingatan hadir dalam benak Venus begitu saja, secara tiba-tiba.*"Lepasin gue, Venus! Lo mau bawa gue kemana?" teriak seorang wanita yang duduk di samping jok kemudi. Dia menangis terisak dengan kedua tangan dan kaki yang terikat. "Berhenti! Lo udah gila! Kita bisa mati, Venus!""Gue bakal aduin ke Mama dan Papa atas semua kelakuan bejat lo sama gue malam ini, Venus! Berhenti....""Arrrgghhhhh...." teriakan wanita itu melengking nyaring seiring dengan dua benda keras yang saling bertubrukan dengan hebatnya.*Venus membanting setir mobil ke kiri dan menekan rem mendadak, membuat Suci terkaget-kaget.Peluh menetes deras dari kedua pelipis lelaki itu.Dia menoleh ke arah Suci dan menatap lama wajah perempuan yang tampak ketakutan di sisinya.Ya Tuhan...Ingatan apa ini?Tanya Venus membatin masih dengan wajah syok.Hingga setelahnya, seluruh ingatan tentang kisah masa lalu antara dirinya dengan Suci berkelebatan dalam benak Venus, merasuk secara cepat, silih berganti dan terus berputar di kepalanya.Sampai pada sebuah ingatan tentang kejadian malam itu.Malam di mana dirinya hendak membawa Suci ke suatu tempat untuk dia perkosa, lalu diperjalanan mereka mengalami kecelakaan hebat.Ya, kecelakaan.Aku ingat semuanya...Aku sudah mengingat semuanya sekarang...Racau Venus dalam hati.Diiringi dengan buliran bening air matanya yang menetes di pipi.Ternyata Suci itu adalah...*****Jangan lupa Vote dan komen kalau suka 🙏🙏😘🤗Seorang lelaki masuk secara paksa ke dalam kamar seorang wanita yang sudah dia kenal sejak kecil.Seorang wanita yang selama ini tinggal dan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama.Seorang wanita yang begitu dia cintai, tapi selalu menolaknya.Seorang wanita yang begitu dia sayang, tapi tak pernah mau melihat ke arahnya.Dan Venus muak!Venus muak dengan semua keangkuhan Suci."Venus? Lo mau apa?" Tanya Suci kaget ketika Venus tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Suci yang sedang berpakaian langsung menutupi bagian tubuh atasnya yang hanya mengenakan tank top saja."KELUAR! KELUAR!" Hardik Suci dengan wajah marah.Sayangnya Venus tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu terus saja melangkah ke arahnya.Tubuh Suci sudah terdesak ke dinding ketika Venus kini mengunci tubuhnya dengan ke dua tangan. Ekspresi wajah lelaki itu tak jauh beda dengan wajah Suci.Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kemarahan di sana."Apa salah gue? Apa kurangnya gue?
Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-gel
Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t
Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn
Malam kian larut.Tapi Venus masih asik berkutat dengan lamunannya di dalam mobil yang dia parkir di tepi danau.Dering ponselnya terus saja berbunyi tapi tak juga dia hiraukan.Tatapannya terus tertuju lurus ke depan. Ke hamparan danau luas dihadapannya. Dia mencengkram kuat setir mobilnya dengan ke dua tangan. Menunduk dalam tangis penyesalan.Salivanya tertelan dan rasanya sangat pahit. Sepahit nasibnya saat ini.Satu titik air mata lelaki itu terjatuh.Venus buru-buru menyekanya seraya meraup wajah kasar, lalu dia membuka pintu mobilnya. Hawa dingin angin malam seketika menerpa tubuhnya kala itu.Lelaki itu berjalan ke tepi danau dan terduduk sendirian di sana. Dia duduk di atas rerumputan. Hamparan langit biru yang menggelap seolah menjadi pelindung kegelisahannya.Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya?Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling indah bagi dirinya bersama Suci?Sesuatu yang bahkan telah menjadi impian Venus sejak lama.
"Nih!"Venus menerima sebungkus kecil bubuk putih dari seorang teman yang dikenalnya di jalanan."Apaan nih bang?" tanya Venus bingung."Lo bilang, lo mau jadi orang yang lebih percaya dirikan? Jadi pemberani, jadi lelaki sejati?" ucap Lelaki dihadapan Venus yang kini berprofesi sebagai bandar narkoba.Venus mengangguk."Pake itu, gue jamin semua keinginan lo bakal terwujud dalam sekejap mata," lelaki itu menyeringai licik.Venus kelihatan tertarik meski belum percaya sepenuhnya. "Ah, masa sih bang?" tanya Venus sambil terus meneliti barang haram di tangannya."Makanya di coba dulu! Entar kalo udah ngerasain efeknya, baru lo boleh komentar. Untuk yang pertama ini gue kasih gratis ke lo, kalo emang nggak terbukti ampuh, lo boleh balikin ke gue,"Dan itulah, hari pertama dimana Venus mulai terlibat dalam pergaulan bebas.Berawal dari penggunaan narkoba itulah Venus perlahan menjelma menjadi sosok lelaki sejati versi dirinya sendiri.Dan sejak saat itu, Venus yang masih terus berusaha dal
"Kamu dari mana saja Hanni? Sudah dua hari tidak pulang!" tanya sebuah suara dari arah ruang tamu ketika Hanni masuk sambil berjalan mengendap-endap seperti maling ke dalam rumahnya sendiri.Hanni terkekeh pelan. "Eh Papa," ucapnya dengan cengiran lebar. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat mendapati aksinya yang dipergoki Raditya, sang Ayah."Biasalah Pah ada tugas kampus numpuk, makanya kemarin Hanni nginep di rumah temen," ucap Hanni beralasan."Kamu tidak usah membohongi Papa Hanni! Dengan pakaian serapi ini, mana mungkin kamu hanya pergi mengerjakan tugas? Hah?" Raditya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan beberapa gambar Hanni yang tertangkap sedang bersama seorang lelaki di apartemen elit."Kamu masih berhubungan dengan lelaki ini?" tanya Raditya dengan tatapan sinis. "Dia bahkan sudah menikah dengan wanita lain, dan kamu pun menghadiri acara pernikahannya kan malam ini? Tapi, kenapa kamu masih saja berhubungan dengannya?"Hanni berdecak, "Pa, hubungan Hanni dan