Home / Romansa / WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN / 6. PERNAH TIDUR BARENG

Share

6. PERNAH TIDUR BARENG

Author: Herofah
last update Last Updated: 2023-05-30 21:00:29

Hari ini, Venus berulang tahun.

Berkat bantuan Liliana dan Adhiguna, Suci kini sudah berada di apartemen Venus tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Suci hendak membuat surprise untuk Venus.

Dan semua ide ini bermula dari Liliana dan Adhiguna sendiri.

Setelah mengantar Suci ke apartemen sang anak, lalu Liliana membantu Suci memasak sejenak, kedua orang tua itu pun pamit pada Suci sebab sore ini mereka harus kembali terbang ke Swiss untuk melanjutkan pengobatan yang dijalani Liliana.

"Kenapa sih Mama harus pergi lagi? Kenapa Mama tidak menjalani pengobatan di Indonesia saja Ma?" ucap Suci dengan bibir cemberut.

"Sayang, Mama melakukan ini semata-mata karena Mama ingin hidup lebih lama lagi, semua Mama lakukan demi kamu dan Venus, karena pengobatan di sana lebih bagus, lebih canggih. Mama nggak mau melewati masa-masa emas sebagai seorang nenek di mana Mama harus terbaring di tempat tidur tanpa bisa ikut menimang cucu-cucu Mama nanti," jawab Liliana dengan sikap lembutnya.

Suci mengesah berat. Baru saja beberapa hari indah terlewati dengan keberadaan sang Mama, tapi kini Suci harus kembali berpisah dengan Liliana.

"Mamakan cuma sebentar di Swiss, nanti menjelang hari pernikahanmu dengan Venus, Mama dan Papa ke Jakarta lagi," Liliana mencoba menghibur Suci.

Suci mengangguk pasrah. Dia membalas pelukan Liliana sama erat.

Setelah kedua orang tua angkatnya itu berpamitan, Suci kini berada sendirian di dalam apartemen mewah milik calon suaminya.

Suci merasa asing dengan tempat itu karena memang ini pertama kalinya dia datang ke sini.

Setelah memastikan semua masakan terhidang rapi di atas meja makan, Suci hendak melepas celemeknya untuk mencuci tangan, tapi, dia urung melakukannya karena detik itu juga Suci mendengar suara pintu apartemen yang terbuka.

Suci buru-buru merapikan sedikit penampilannya, rambutnya dan pakaiannya. Sepertinya Venus sudah pulang, Suci akan menyambutnya.

Dengan langkah pelan dan bantuan tongkat di tangan, Suci melangkah ke luar dari dapur.

"Mas... Mas Venus? Itu kamu kan? Kamu sudah pulang Mas?" sapa Suci sambil meraba dinding. Langkahnya terhenti di ambang pintu pembatas antara meja makan dengan ruang TV.

"Oh, Suci? Lo di sini?" ucap sebuah suara dengan nada kaget.

Mendengar suara itu, Suci pun dibuatnya sama kaget. Sebab itu bukan suara Venus, melainkan suara seorang wanita asing yang tidak dia kenal.

"Ya, saya Suci. Kamu siapa?" tanya Suci dengan suara yang sedikit bergetar. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak.

"Oh, kenalin gue Hanni, gue temennya Venus," wanita bernama Hanni itu berjalan mendekati Suci dan menjabat tangan Suci.

"Oh..." gumam Suci pelan. Sangat pelan.

Hanni tahu, dari ekspresinya sepertinya Suci cukup syok mendapati dirinya masuk secara tiba-tiba ke apartemen Venus bahkan di saat laki-laki itu tidak ada.

Wajar sih, calon istri mana yang tidak curiga jika memergoki ada wanita lain masuk ke apartemen calon suaminya? Pikir Hanni membatin.

Wanita itu diam-diam menyeringai. Seperti sedang menertawakan nasib Suci yang malang.

"Udah, santai aja, nggak usah kaku begitu. Anggap aja rumah sendiri. Gue juga cuma mampir sebentar aja kok ke sini, mau ambil baju," ucap Hanni setelahnya. Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Suci yang terdiam membisu.

Mengambil baju?

Kalau memang cuma teman dekat, lalu kenapa dia bisa seleluasa itu masuk ke apartemen Mas Venus saat apartemen ini kosong?

Apa itu artinya dia juga memiliki kunci serep apartemen ini?

Atau memang dia juga tinggal di sini?

Berbagai pertanyaan hinggap dalam benak Suci.

"Maaf sebelumnya, kamu kenapa bisa masuk? Memangnya, kamu punya kunci apartemen ini?" tanya Suci memberanikan diri. Bagaimana pun dia berhak tahu.

Saat itu, Hanni baru saja keluar dari kamar sambil menenteng tas ransel berukuran sedang berisi pakaiannya.

"Loh, emangnya Venus belum cerita? Udah dua minggu gue tinggal menumpang di sini, kebetulan kan kamar di apartemen ini ada dua," jawab Hanni dengan entengnya.

Perasaan Suci semakin tidak karuan. "Tapi, Mas Venus nggak pernah cerita tentang kamu."

Hanni tersenyum tipis. "Oh begitu?" gumam Hanni memperdengarkan suaranya yang seperti orang terkejut.

Hanni berjalan ke arah meja makan, melewati tempat Suci berdiri. Wanita berambut coklat maroon itu menuang segelas air putih untuk dia minum.

"Gue lagi ada masalah keluarga, terus kabur dari rumah. Berhubung gue nggak bawa apa-apa pas gue kabur, jadi gue minta bantuan Venus buat nampung gue di apartemennya untuk sementara," tutur Hanni menjelaskan apa yang memang baru saja dia alami akhir-akhir ini.

Wanita itu menduduki salah satu kursi di meja makan. Kedua bola matanya membulat ketika mendapati begitu banyak masakan lezat terhidang di sana.

"Ini semua lo yang masak?" tanya Hanni seolah tak yakin.

Suci tersenyum tipis. "Kalau kamu mau, makan saja, tapi nasinya belum matang."

Hanni tersenyum miring. "Nggak salah deh Venus cari calon istri, ya walau pun buta, seenggaknya lo masih bisa ngurusin Venus nantinya, secara lo pinter masak."

Suci merasa dadanya sesak saat kata 'Buta' terlontar begitu saja dari mulut Hanni. Tampaknya, Hanni itu orangnya sangat blak-blakan.

Suci hanya diam. Dia berlalu melewati Hanni di meja makan sambil melepas celemeknya.

Suci mencuci tangan di wastafel.

Hanni masih asik menikmati hidangan di meja makan itu ketika Suci kembali dari dapur.

Suci duduk di salah satu kursi di meja makan tak jauh dari Hanni.

Hanni cuek saja dengan keberadaan Suci, toh Suci tidak bisa melihat apa yang kini sedang dia lakukan, pikir Hanni.

"Kamu sudah lama kenal dengan Mas Venus?" tanya Suci tiba-tiba.

Hanni mengunyah makanan di mulutnya dan menelannya bulat-bulat. "Ya lumayanlah," jawab Hanni acuh.

"Teman kuliah, atau teman satu kantor?"

"Gue ketemu Venus di Club malam beberapa tahun yang lalu, waktu itu Venus lagi mabuk, terus curhat sama gue, katanya dia lagi kesel sama cewek belagu yang udah nolak dia. Dia mau buat pelajaran ke cewek itu dengan memperkosa tuh cewek tapi sayangnya rencana dia gagal," cerita Hanni apa adanya. Hanni memandang Suci lekat, sekadar ingin tahu bagaimana ekspresi Suci setelah mendengar cerita itu.

Hanni bisa menebak sepertinya Suci kaget, meski perempuan itu berusaha menutupinya.

"Apa sebegitu buruk kelakuan Mas Venus selama ini?" tanya Suci setelah dia terdiam cukup lama. Entah kenapa, pikirannya mendadak aneh.

"Ya itulah Venus. Ada baiknya lo mempertimbangkan matang-matang niat lo untuk menikah sama dia. Venus itu nggak cocok sama lo," kata Hanni lagi, mengompori.

Kenapa dia mengatakan semua ini padaku?

Apa maksudnya?

Apa mungkin dia menyukai Mas Venus sehingga malah menjelek-jelekkan Mas Venus di hadapanku supaya aku membatalkan pernikahanku dengan Mas Venus?

Lagi-lagi, Suci hanya bisa berasumsi.

"Ini pertanyaan terakhir," ucap Suci lagi. Suaranya terdengar bergetar. Suci menelan salivanya yang mendadak pahit.

Hanni menunggu pertanyaan lanjutan dari Suci dengan sabar. Gayanya yang cuek tampak santai dengan satu kaki yang terangkat di kursi.

"Sedekat apa hubungan kalian sampai bisa tinggal bersama selama ini?" tanya Suci lagi menyudahi interogasinya.

Hanni menyudahi makannya. Dia mengelap mulutnya dengan tissue.

"Yakin lo mau tau?" tanya Hanni balik. Sepulas senyum miring terbit di wajah cantiknya.

Suci mengangguk yakin.

Hanni bangkit dari duduknya, menghampiri Suci dan mengambil posisi berdiri membungkuk di belakang Suci, mendekatkan bibirnya ke arah telinga Suci.

"Gue sama Venus, udah pernah tidur bareng..." bisik Hanni kemudian.

Mendengar pengakuan Hanni, mendadak, tubuh Suci membeku di tempat.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentarnya ya...

Salam Herofah...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Herofah
Dikuncinya dr mulai bab 12 ya Kakak ......
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
hadehhh harus beli koin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   104. EPILOG

    Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   103. TAK AKAN ADA PENGORBANAN YANG SIA-SIA

    SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   102. CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA

    Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   101. SIAPA YANG TERTEMBAK?

    Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   100. MENUJU LOKASI PENYEKAPAN

    Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet

  • WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN   99. VIDEO CALL

    Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status