Share

SOSOK MISTERIUS

SOSOK MISTERIUS

Di kediaman Reynaldi.

Sosok lelaki dewasa dengan rahang tegas, hidung mancung, sorot mata tajam, sedang duduk memainkan goresan-goresan kuas di atas kanvas, Reynaldi adalah seorang pelukis ternama berkelas internasional, namanya tidak di kenal oleh banyak orang karena satu alasan ia tidak mencantumkan nama asli dalam setiap karyanya, akan tetapi semua karyanya bernilai ratusan dolar.

Reynaldi adalah anak seorang pengusaha terbesar di Asia Tenggara perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang elektronik.

Rianti,Wanita yang sangat ia sayangi dan ia cintai, sebagai seorang ibu sosok Rianti menjadi pelabuhan cinta dan rindunya hingga saat ini, wanita lemah, hidup dalam siksaan batin dari sang ayah yang hanya menjadikannya sebagai mesin pencetak anak demi kerajaan bisnis.

Reynaldi remaja pun tidak tahan dengan perlakuan sang ayah terhadap ibunya karena alasan itulah Reynaldi pergi dari rumah belasan tahun silam, mencoba hidup tanpa bayangan keluarga, meninggalkan sang ibu bersama ayah dan dua adik tirinya hasil peselingkuhan sang ayah dengan wanita lain.

Reynaldi terpaksa tidak melanjutkan kuliah, saat itu karena ia hidup menjadi pelukis jalanan, Hingga suatu hari ia menemukan selebaran pameran lukis di ibu kota, ia pun memberanikan diri untuk mendaftar dengan membawa lukisan-lukisan yang ia miliki.

Pameran lukis yang ia ikuti membawa keberuntungan, Lukisan Reynaldi yang menggunakan teknik Aquarel (Teknik lukis basah diatas basah hingga mengasilkan warna yang transparan) di minati para kolektor manca negara, Masuk pasar lelang dengan harga yang sangat tinggi, Ratusan dolar ia kantongi di setiap pameran, hingga saat ini.

Setelah memiliki banyak uang Reynaldi menghubungi keluarganya Om Om Reynaldi yang nota bene semua adalah pengusaha, Untuk menanamkan modal dan saham di berbagai perusahaan, semua itu berkembang dengan sangat pesat didikan bisnis dari sang ayah yang otoriter sejak ia kecil melekat kuat pada diri Reynaldi.

Reynaldi menyandingkan dua lukisan wanita di hadapannya, Lukisan sang ibunda Rianti dan lukisan Renata. “Aku mencintai Kalian dua wanita lemah, bodoh dan naif yang hidup dalam derita cinta laki-laki tidak bermoral,” gumamnya.

Reynaldipun melangkah kesudut kamar memandang kearah rumah Renata. “Re… aku tau kamu sangat menderita atas siksaan batin yang diberikan suamimu,” ujarnya pelan.

Di kediaman Renata, sepasang kekasih masih menautkan diri di balik selimut tebal, Davin menyibakkan selimut dan berjalan menuju kamar mandi, setelah membersihkan badan, Davin pun bersiap untuk pergi kekantor.

“Kanza… bangun lekas bersiap aku akan mengantarmu pulang hari ini,” ucap Davin membangunkan Kanza seraya beranjak keluar dari kamar.

Davin berjalan menuju kamar Renata, sejak tadi malam ia terus mengingat istrinya tersebut, “Renata… apa kamu sudah bangun?” panggil Davin di balik pintu kamar Renata.

Berkali-kali Davin mengetuk dan memanggil, namun tidak ada jawaban, handle pintu ditekan dan terbuka, “Ternyata tidak dikunci” gumam Davin, Namun ia tidak menemukan Renata di kamarnya, bergegas Davin mencari keberadaan Renata.

“Re… ternyata kamu disini,” ucap Davin melihat Renata sedang bersama bi Imah, belum sempat Renata menjawab, Kanza sudah berada di belakang Davin.

“Sayang, kita mau jalan jam berapa?” tanya Kanza seraya pamer kemesraan di hadapan Renata, meski kenyataannya saat ini Kanzalah yang sedang di landa rasa iri dan cemburu, karena sikap Davin yang dingin terhadapnya sejak kemarin.

Kanza memperhatikan tatapan Davin kepada Renata, tatapan yang tidak seperti biasanya. “Aku yakin kamu sudah mulai ada rasa sebagai seorang suami mas” batin Kanza, ada kabut kebencian dan nyeri menyelimuti palung hatinya.

Kanza terus saja memamerkan kemesraan di hadapan Renata, namun Renata seolah sudah kebal dengan semua yang ia lihat tidak ada lagi rasa cemburu yang ada hanya rasa muak dengan semua sikap tidak tahu malu mereka.

“Re… nanti sore aku jemput, kamu bersiap kita akan makan malam keluarga untuk merayakan kehamilan kamu,” ucap Davin.

Renata hanya terdiam untuk sekedar menimpali pembicaraan Davin saja rasanya enggan, Ketika Davin hendak mendekatinya Renata mundur beberapa langkah.

“Stop Davin, uughh!” entah kenapa setiap kali mencium aroma tubuh Davin rasa mual kembali menyerang Renata, Renata pun berlari ke kamar mandi, Meninggalkan Davin dengan raut wajah kesalnya.

Kehamilan Renata seakan menjadi celah untuk Reynaldi, Ia tahu Renata masih belum bisa makan dengan olahan rumahnya, karena itu Reynaldi mengirimkan 1 kotak Shusi dengan salmon matang untuk sarapan pagi ibu hamil.

“Non… ada titipan dari tetangga sebelah,” ujar bi Imah seraya menyodorkan kotak makanan kepada Renata.

“Apa Bi?” tanya Renata sambil membuka isi kotak tersebut.

“Waaah… susi salmon Bi, aku suaka banget sama ini,” sambungnya sumringah, Setelah mengetahui isi kotak.

“Mau di ambilkan piring non?” tawar bi Imah.

“Tidak perlu, aku makan di wadahnya saja, pasti langsung habis,” ucapnya bersemangat dan langsung memakan isi kotak pemberian sang tetangga.

Tanpa Renata sadari sepertinya ia sudah mulai nyaman dengan sosok laki-laki selain suaminya, Padahal awal bertemu Renata sangat membenci Reynaldi yang dianggap terlalu sok tau dengan kehidupannya.

Namun kenyataan saat ini untuk makan pun Renata hanya bisa makan dari pemberian Reynaldi, Meski tanpa sepengetahuan Davin, Karena jika Davin tahu dia pasti akan marah besar.

Kehadiran bi Imah sangat membantu untuk Renata, Untungnya bi Imah sosok yang peka terhadap situasi dan kondisi, Tanpa di minta bi Imah merahasiakan semua ini dari Davin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status