[Kata ayahku, takdirku sangat buruk, aku hanya anak pembawa sial baginya dan ucapan itu adalah doa, sepertinya kata-kata itu juga menjadi sebuah kutukan, makanya aku dan ibuku selalu ditimpa nasib sial.] 15 tahun lalu, kata-kata itu keluar dari mulut bocah berusia 5 tahun dan Avy masih mengingatnya dengan baik. Kala itu, Avy sudah berusia 10 tahun. Dia yang lebih tua akan memberi penghiburan setiap bertemu dengan si gadis kecil yang sering ditemuinya di tempat pembuangan sampah. {Dedek, bolehkah aku menghancurkan kutukan itu?}[Bagaimana caranya? Apa Kak Yan akan menjadi pangeran dan menciumku seperti dalam film?]{Ya, aku akan menciummu seperti adegan dalam film, tapi tidak sekarang. Suatu hari nanti, saat kamu sudah berusia 20 tahun. Saat itu, kita sudah sama-sama dewasa. Ketika aku memciummu, duniamu akan seketika berubah, kamu tidak perlu bersusah payah lagi untuk mendapatkan uang. Aku yang akan memenuhi semua keinginanmu.}[Kalau begitu, aku akan menunggumu.]Avyan membuka
Bab 6. tidak boleh jatuh cinta Sebagai wanita penghibur untuk tuan muda, Ivy hanya bisa menurut saja. Pakaian luar yang dikenakannya dilepas begitu saja. Tersisa lingerie berwarna peach yang mempertontonkan lekuk tubuhnya yang indah. "Telanj4ng ...,!" Avyan berseru lagi. Dia tidak peduli dicap mesum karena hubungan mereka telah resmi sebagai suami istri dan tujuan utamanya untuk menikmati tubuh wanita itu. "Apa ...?" Ivy merasa malu untuk melakukannya. Ini pengalaman pertama baginya. Untuk mengurangi rasa malu, dia pun hendak bergerak ke depan dan akan melepas gaun mininya setelah berada di ranjang yang sama. Akan tetapi suara Avy sudah terdengar melengking, membuat Ivy berhenti bergerak. "Apa kamu tuli?" Melihat Ivy masih mematung, Avyan tidak segan untuk menggertak. "Apa kamu tidak paham dengan kata yang baru saja aku sebutkan, atau kamu ingin membangkang di malam pertama ini?" Tubuh Ivy mulai bergetar. Dia kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. 'Apa dia selalu bersik
Masih ada kekhawatiran dalam dirinya, tapi Ivy tidak berani menanyakan langsung pada Avyan. Siapa dia yang berani bertanya tentang kehidupan pribadi tuan muda? Sebelum menjawab, Bibi Mary juga melirik sopir di depan sana. Dia mengenal keluarga Avyan dengan baik, tentu saja dia mengetahui banyak tentang kehidupan pribadi tuan mudanya itu. "Ehmm ...!" Sopir bernama Randiman itu berdehem dengan kuat seakan dia tidak setuju majikan mereka dibicarakan. "Sebentar lagi kamu akan menjadi istrinya, coba saja tanyakan nanti," bibi Mary memberi alasan. Ivy berdecak kesal mendengarnya. Dia juga memalingkan wajah. 'Apa mungkin si tuan muda tampan itu mau berbagi cerita padaku tentang istrinya? Rasanya sangat mustahil, kan dia hanya ingin menjadikan aku sebagai pemuas nafsunya bukan untuk tempat bercerita,' pikirnya. Setelah perjalanan selama lima belas menit, mobil itu berhenti di sebuah klinik kecantikan. Seketika Ivy tercengang melihat bangunan di depan mereka. Dia pernah beberapa ka
"Apa ...? Pernikahan?" Ivy tersentak dengan penuturan Avyan. "Tuan ingin menikahi saya? Bukankah Tuan sudah memiliki istri?" Dari ayahnya, Ivy sudah mengetahui status Avyan yang merupakan pria beristri. Meski belum terdengar memiliki keturunan dari istrinya, tapi di hadapan publik, pernikahan Avyan tergolong langgeng dan romantis. Ivy juga penasaran kenapa Avyan masih mencari wanita penghibur padahal pria itu sudah memiliki istri yang cantik jelita? Sudah menginjak tahun ke dua, tidak pernah terdengar berita miring dari pernikahan Avyan. Dengan terjadinya pernikahan kedua, tentu saja Ivy semakin takut dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Avyan tersenyum kecut. "Jadi kamu tidak ingin memiliki status yang jelas? Kamu hanya ingin melayaniku dan dicap sebagai wanita penghibur saja tanpa ada pernikahan?" "Bu ... bukan begitu maksud saya, Tuan." Ivy menjadi gugup. Tentu saja dia lebih memilih dinikahi daripada dijadikan pemuas nafsu saja. Akan tetapi, bagaimana jika istri
"Bawa dia ke ruanganku!" Avyan memberi perintah pada Gibran. Setelah itu, dia pun berbalik, berjalan lebih dulu menuju ruangan yang dimaksud. Kedua bola mata Zahir sontak terbelalak . 'Yes, berhasil,' ucapnya dalam hati. "Ayo ikuti aku, Nona!" Gibran langsung memberikan hormat pada Ivy. Sebentar lagi, gadis itu pasti akan menjadi pilihan majikannya, tentu saja dia harus bersikap sopan. Sebelum Ivy dibawa ke ruangan Avyan, Zahir tidak lupa mengutarakan niatnya. "Tuan, bagaimana dengan saya? Tolong jangan abaikan janji kita, sementara kalian sudah membawa putri kesayanganku ini!" Gibran menghembuskan napas kasar. Dia sedikit kesal melihat Zahir yang bersikap tamak. Namun demi untuk kelancaran semuanya, dia pun mengeluarkan sejumlah uang cash untuk pria tua itu. "Aku tidak sering membawa banyak uang cash." Gibran menyerahkan beberapa lembar uang kertas untuk Zahir. "Terima ini dan tidak perlu khawatir dengan perjanjian kita, semua pasti akan diberikan tepat waktu." Zahir seg
Ivy tidak sempat lulus dari sekolah menengah atas, dan karena alasan itu hingga hari ini dia mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Sebagai penunjang hidupnya, dia hanya mengikuti pekerjaan sampingan yang ditawarkan oleh beberapa temannya. Terkadang Ivy akan menjadi kurir makanan dan obat-obatan. Di lain waktu, dia juga bisa menjadi pelayan di tempat-tempat tertentu. Di usia muda, Ivy pun sudah menjadi pemburu uang. Demi tuntutan hidup, Ivy menjelma menjadi sosok yang materialistis, ke mana uang berhembus, dia akan mengikuti arahnya. Bersama sang ayah, Ivy berdiri di ruang tamu nan mewah itu. Ini pertama kalinya, dia memasuki villa megah bak istana itu. "Apapun yang mereka katakan, kamu tidak boleh membantah!" Zahir mengingatkan lebih dulu. Kali ini, dia harus memastikan jika kedatangan mereka pasti diterima. "Baiklah." Ivy mengangguk patuh. Di lantai 2. "Sepertinya kamu sangat mengenal baik keluarga si Pak tua itu," ucap Avyan sebelum turun ke lantai s