MasukSetelah keluar dari rumah ibunya, Avyan bertemu dengan Gibran. Dia mulai mengeluh pada pria itu.
"Apakah menurutmu hati seseorang bisa berubah seiring bertambahnya usia?" Avyan bertanya gelisah."Maksud kamu Nara?" Gibran langsung menebak. Dia juga tidak terlalu menyukai wanita itu dan masih belum bisa menerimanya untuk menjadi pasangan Avyan."Terlalu banyak perubahan dalam dirinya." Avyan mendesah kasar. "Apa karena kehidupannya yang terlalu berat sejak kecil?""Aku kurang paham dengan itu, Tuan. Baik buruknya hanya Tuan yang bisa menilai." Gibran tidak berani berasumsi, dan dia selalu menghargai keputusan dari atasannya itu.Namun jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Gibran berharap Avyan tetap mempertahankan hubungannya dengan Ivy.Kepala Avyan bertambah sakit ketika Gibran menyuruhnya untuk menilai sikap Nara. Hanya dengan melihat sekilas saja, dia tidak bisa menerima wanita itu berada di sisinya. Kebersamaan merekaSetahun kemudian.Perceraian Kimmy dan Avyan terjadi tak lama setelah Ivy berpisah dari Avyan. Ivy menggapai cita-citanya, menjadi penyanyi terkenal atas bantuan Ahan.Nirvana mungkin tidak setuju dengan perpisahan Ivy dan Avyan, namun karena ini adalah keputusan yang diambil Ivy yang bersikeras untuk meninggalkan semua kenangan pahitnya bersama Avyan, Nirvana mau tak mau menyetujuinya.Pada suatu hari, Ivy menggelar konser besar. Tentu saja dia didampingi oleh Ahan sebagai partner terbaiknya.Avyan di satu sisi belum bisa move on. Meski Nara masih bersamanya dan menghidupi wanita itu secara sukarela, tapi Avyan masih belum bisa menerima wanita itu sebagai pasangan hidup secara sah."Kamu tahu tidak siapa sponsor utama kita?" Tita bertanya setelah mereka selesai berdandan."Siapa?" Ivy tampak acuh tak acuh. "Avyan," Tita berkata dengan tenang. "Begitu dia tahu kamu akan menggelar konser besar di kota ini, dia langsung mendaftar sebagai sponsor utama. Aku rasa dia masih berharap pada
Avyan tidak sabar menunggu. Terlebih setelah nomor Ivy tidak bisa dihubungi, dia memutuskan untuk keluar dari mobil dan berjalan menuju klub.Saat baru saja menginjakkan kaki di pintu utama klub, aroma alkohol langsung tercium. Avyan bukan sosok pria yang suka menghabiskan waktu di klub malam, hingga dia tidak terbiasa dan itu juga membuatnya enggan untuk memasuki tempat tersebut.Di dalam klub.Gibran terkejut dengan kedatangan Ahan Pradipta."Tuan Ahan, kamu di sini juga?" Gibran mencoba untuk berbasa-basi. "Apa ada hal penting atau semacam pertemuan yang diadakan di tempat ini?" tebaknya.Ahan menunjuk ke arah Ivy dan Tita. "Aku datang untuk mereka."Baik Ivy dan Tita sama-sama berdiri untuk menyambut pria itu. "Tuan Ahan, selamat datang," Tita menyambut dengan bersemangat. "Kami sudah lama menunggumu, Ivy bahkan sudah mulai minum sejak tadi."Dengan mengatakan itu, Tita mengharapkan kesadaran Gibran dan akh
Setelah keluar dari rumah ibunya, Avyan bertemu dengan Gibran. Dia mulai mengeluh pada pria itu."Apakah menurutmu hati seseorang bisa berubah seiring bertambahnya usia?" Avyan bertanya gelisah. "Maksud kamu Nara?" Gibran langsung menebak. Dia juga tidak terlalu menyukai wanita itu dan masih belum bisa menerimanya untuk menjadi pasangan Avyan. "Terlalu banyak perubahan dalam dirinya." Avyan mendesah kasar. "Apa karena kehidupannya yang terlalu berat sejak kecil?""Aku kurang paham dengan itu, Tuan. Baik buruknya hanya Tuan yang bisa menilai." Gibran tidak berani berasumsi, dan dia selalu menghargai keputusan dari atasannya itu.Namun jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Gibran berharap Avyan tetap mempertahankan hubungannya dengan Ivy.Kepala Avyan bertambah sakit ketika Gibran menyuruhnya untuk menilai sikap Nara. Hanya dengan melihat sekilas saja, dia tidak bisa menerima wanita itu berada di sisinya. Kebersamaan mereka
Setelah mengirimkan pesan pada Ivy, Nirvana pura-pura bengis di hadapan putranya."Bagaimana bisa kamu berselingkuh di belakang Kimmy, apa kamu tidak takut daddy mengetahuinya?" Nirvana mencoba untuk tidak berpihak pada Avyan, padahal dalam hati dia bersorak ria untuk kemajuan hubungan putranya bersama Ivy."Lalu bagaimana dengan Kimmy?" Avyan memutar pertanyaan itu. "Laki-laki waras tidak akan tinggal diam melihat istrinya berselingkuh berulang kali dan itu dengan saudara dari suaminya sendiri." Nirvana tidak ingin langsung menunjukkan kebahagiaannya terhadap keputusan Avyan. Dia sedikit mengorek, "Apa kamu punya bukti?" "Bukan hanya bukti, banyak saksi juga yang bisa aku hadirkan dalam perceraian nanti."Nirvana pasrah dan menyerahkan semuanya pada Avyan. "Kalau begitu lanjutkan saja. mommy juga akan bersaksi bahwa dia bukan menantu yang baik selama menjadi istrimu." Setelah mendapat dukungan dari ibunya, Avyan masih saja mendesah kasar sembari bersandar di sofa."Ada apa lagi, Y
Setelah Mary memberitahu kondisi Ivy saat meninggalkan villa, Avyan tidak bisa tenang. Dia harus segera bertemu dengan Ivy untuk mendapat kepastian. Sementara itu, Ivy memilih tujuan ke rumah Tita. Dikarenakan kesibukan Ivy akhir-akhir ini, sudah lama mereka tidak saling bertemu. Ketika bertatap muka dengan Tita, Ivy langsung memeluk sahabatnya itu. Dia mulai menangis, menumpahkan keluh kesahnya di pundak sang sahabat. "Kamu yang kuat!" Tita menyemangati, kemudian membawa Ivy untuk duduk di sofa. "Sebelumnya cobaan yang kamu hadapi lebih dari ini, tapi kamu tidak pernah serapuh ini."Ivy tidak menyangkalnya. Rasa sakit yang dirasakannya kali ini jelas berbeda dari sebelumnya. "Aku rasa kamu benar-benar jatuh cinta pada tuan Avyan, itu sebabnya kamu sulit untuk menerima perpisahan," kata Tita dengan jelas."Kamu benar, Tita." Tangis Ivy semakin kencang. "Bodohnya aku telah menggunakan perasaan, padahal dari awal tujuannya hanya untuk seks.""Oh, Ivy." Tita segera memeluk Ivy d
Avyan segera turun dari ranjang dan mendekati Ivy. Niat utamanya untuk mengajak wanita itu tidur bersama."Kamu belum mengatakan apapun padaku," Avyan mengingatkannya. "Ayo cerita di ranjang!" ajaknya sembari merangkul pundak Ivy.Sudah tidak ada harapan dalam hubungan itu, Ivy pun segera menolak. "Lupakan saja, aku juga kurang yakin dengan ceritaku ini.""Apapun itu aku akan mendengarnya," Avyan berusaha untuk tetap membujuk. "Ayo, Ivy, aku juga ingin tidur sambil memelukmu.""Memelukku?" Ivy mengulanginya, lalu terdengar desahan berat yang menyakitkan dari mulutnya. 'Ya, hanya itu yang Avyan inginkan dariku. Dia tidak mungkin melepaskan aku begitu saja karena tubuhku ini masih dibutuhkan di atas ranjang,' pikiran Ivy semakin menyakiti dirinya sendiri."Bukankah kamu juga merindukan aku?" Avyan mengutarakan keinginannya. "Sudah lama kita tidak tidur bersama, ayo kita habiskan malam ini dengan bercerita sambil berpelukan!""Baiklah." Ivy menurut karena tidak ingin Avyan mencurigainya.







