Share

Bab 3 PRIA YANG TIDAK DIHARAPKAN

"Usir Kirana dari kampung ini! Usir wanita hamil tanpa suami itu!"

Teriak riuh segerombolan warga berbondong menghampiri rumah kediaman Kirana serta keluarga Pak Jamil. Mereka nampak kecewa dengan berita yang saat ini sangat trending menjadi buah bibir, dari mulut ke mulut berita tersebut menyebar luas, hingga akhirnya sampai terdengar pada telinga Pak RT.

Padahal Kirana serta sang bapak baru juga sampai dan hendak menghempaskan pantat pada kursi sofa, akan tetapi teriakan warga itu telah mengganggu dan membuat lelaki setengah baya itu penasaran.

"Ada apa di luar Bu, nampaknya rame sekali?" tak Pak Jamil pada sang istri yang sedang sibuk makan kue.

"Gak tau Pak, kok kayaknya suara warga kesini ya, jangan-jangan mau demo soal kehamilan anakmu mungkin?" tebak sang ibu tiri membuat wanita muda yang telah hamil itu sedikit gelisah.

Pak Jamil pun mengambil tindakan ia melenggang untuk melihat situasi yang terjadi di halaman rumahnya. Suara warga begitu riuh hingga membuat telinga lelaki berbaju kotak-kotak itu kebingungan.

"Ada apa ini Pak RT?" tanya lelaki setengah baya itu terus terang.

Nampak Bu Siti berada di samping suaminya bersama dengan Kirana yang juga memberanikan diri untuk melihat segerombolan warga tersebut.

"Pak Jamil! Kita sudah tau kalau anak Bapak telah hamil tua! Kenapa gak di nikahkan saja?! Kenapa juga malah dibiarkan melahirkan tanpa suami yang akhirnya akan membawa kesialan untuk kampung kita ini!" teriak salah seorang warga ibu-ibh berbaju oren begitu lantang.

"Iya betul sekali, dengan Bapakembiarkan Kirana hamil di luar nikah saja kampung kita sudah pasti akan kena akibatnya. Saya gak mau tau kalau Kirana sampai besok belum menikah juga lebih baik Kirana pergi dari kampung ini, kamu tak mau menerima kesialan hanya karena ulah anak Bapak!" timpal Pak RT setuju dengan pertanyaan salah satu warganya.

"Iya betul sekali, usir saja wanita murahan dari kampung ini, kamu tidak mau generasi anak kami juga ikut-ikutan nantinya," sahut ibu-ibu bertubuh gempal dengan sangat tegas.

Sedangkan ibu tiri dari Kirana nampak sumringah tatkala mendengar cemoohan dan juga gunjingan dari segerombolan warga tersebut.

Pak Jamil hanya tertegun sembari pandangan mengarah pada sang istri yang kala itu berada di sebelahnya. Ia heran bagaimana semua warga dan tetangganya pada tau soal kehamilan sang anak, sedangkan rahasia ini masih ia sembunyikan serapat mungkin.

"Bu, bagaimana orang pada tau kalau anakku hamil, bukankah tidak ada siapapun yang tahu?" bisik lelaki setengah baya itu pada telinga sang istri tercinta.

"Pak, perut Kirana sudah terlihat besar dan membuncit, bisa saja mereka tau dari situ," jelas Bu Siti membisikan kembali pada telinga sang suami.

Disana wanita muda berparas lugu itu nampak kebingungan, wajahnya terus saja menunduk sedih, ia sangat merasa terpukul sebab telah mengotori kampungnya dan juga membuat sang Bapak terbebani.

"Bapak, Ibu, terutama Pak RT jangan khawatir, besok saya akan menikahi Kirana, sebab bayi yang dikandung dia adalah anak saya. Maka dari itu besok saya akan bertanggung jawab."

Serentak wanita muda malang itu tercengang dengan jawaban yang diucapkan Juragan anton. Bagaimana bisa seorang juragan beristri tiga itu bisa mengakui bahwa bayi yang sedang dikandung Kirana adalah darah dagingnya, sedangkan bersentuhan pun ia tidak pernah terhadap Juragan Anton.

"Juragan, apa yang anda lakukan?!" sergah Kirana sembari membulatkan mata selebar-lebarnya.

Begitupun dengan kedua orang tua Kirana dan juga segerombolan warga, semua pandangan kini menuju pada arah pria yang mengaku-ngaku sebagai ayah dari anak yang saat ini Kirana kandung.

"Oh, bagus kalau begitu, kenapa Juragan gak nikah saja dari dulu. Saya gak mau tau, besok Juragan bawa keluarga serta mahar yang super besar sebab Juragan telah mempermalukan keluarga saya sekaligus menodai anak perawan sulungku," sahut ibu tiri tersenyum puas, merasa senang sebab Kirana akhirnya akan menikah dengan juragan terkaya dikampunya. Mungkin dengan pernikahan ini, wanita muda itu bisa menghilangkan beban Pak Jamil sekaligus mengangkat derajat keluarganya yang kekurangan itu.

"Huuh, kenapa gak tanggung jawab dari dulu, dasar kalian sepasang pengotor kampung ini!"

Salah seorang warga melempari buah tomat pada kediaman Kirana.

"Baiklah kalau begitu, besok kami tidak mau tau, Juragan Anton harus menikahi wanita yang telah di hamili ini. Kalau begitu kami semua pamit."

Akhirnya Pak RT serta semua warga pun memaklumi dan mereka pun berbalik arah untuk pulang.

Pak Jamil nampak menghela nafasnya yang terasa sesak, pada akhirnya pikirannya tenang sebab anak sulungnya esok hari akan mempunyai seorang suami, walaupun harus menjadi istri ke empat.

Walaupun telah merasa dikecewakan oleh anak sulungnya, akan tetapi hati Pak Jamil sangat lunak, bahkan untuk memarahi Kirana pun ia sangat tidak tega, sebab hanya dialah yang menyayangi Kirana. Semenjak ibu kandung Kirana pergi dengan lebih memilih lelaki yang kaya dibanding dirinya. Saat kejadian itu hanya Kirana yang sempat ia miliki.

"Juragan! Maksud anda apa?! Kenapa Juragan mengaku sebagai ayah dari anak yang ku kandung. Seharusnya anda tidak melakukan itu sama sekali!"

Bukannya merasa bahagia sebab akan dinikahi Juragan, akan tetapi wanita muda itu nampak marah dan kesal pada lelaki yang mengaku sebagai ayah dari anak yang dikandungnya itu.

Kirana melenggang cepat setelah tangannya selesai mendorong tubuh Juragan hingga hampir terjengkang.

Wajah wanita muda itu nampak memerah memendam emosi yang telah memuncak pada pria tersebut. Tidak seharusnya pria itu melakukan ini, sebab sama sekali tidak bisa membuat hati wanita berbaju merah itu bahagia.

"Kirana tunggu."

Dengan sigap tangan Juragan Anton mengulur memegang tangan wanita yang saat ini bersamanya, berharap ia mau menghentikan langkahnya.

"Juragan tak harus melakukan ini! Karena sebenarnya bukan anda yang menghamiliku!" pekik Kirana nampak kecewa dengan pengakuan bohong pria beristri 3 itu.

"Aku melakukan itu, sebab aku tidak mau kamu diusir dari kampung ini Kirana. Kalau kamu pergi dari rumah ini, lantas kamu mau tinggal di mana?! Mau tinggal sama siapa? Sedangkan keluargamu hanya Bapakmu saja! Dan keadaanmu sudah hamil tua! Aku kasihan melihatmu!"

Pria muda itu tak ingin kehilangan Kirana. Apalagi kalau harus sampai diusir dari kampung ini.

"Aku tak butuh dikasihani oleh Juragan! Seharusnya anda tidak usah melakukan ini! Sebab aku tak butuh pertolongan dari siapapun!"

Dengan begitu angkuhnya wanita muda itu menolak. Kirana melenggang kedalam kamar yang saat ini berada di hadapannya, meninggalkan Juragan Anton yang masih mematung.

"Kirana, sebenarnya aku mencintaimu," seru Juragan dengan begitu lantang, suaranya mampu menghentikan langkah wanita muda yang saat itu meninggalkannya beberapa langkah ke depan.

Tatkala mendengar ungkapan pria yang baru saja di marahinya, tiba-tiba saja wanita muda berparas cantik itu menitikkan air mata. Ia begitu sedih mendengar ucapan Juragan Anton yang seharusnya diucapkan oleh Alvin.

Kirana hanya bisa berandai-andai yang mengucapkan hal itu adalah Alvin, sudah pasti ia akan bahagia sekali.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
Istri keempat? ...
goodnovel comment avatar
Cindi82
ada penolong kirana
goodnovel comment avatar
Weka
Haduh ada ada aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status