Share

Bab 4 PENGANTIN WANITA KABUR

Duaar!

Ledakan demi ledakan begitu berdenging terdengar pada gendang telinga. Para rombongan seserahan pengantin pria sudah datang bersamaan dengan mahar yang dibawa oleh istri pertama Juragan Anton.

Di halaman rumah tampak pria yang berumur 35 tahun itu tersenyum sumringah, sebab sebentar lagi dirinya akan menjadikan Kirana sebagai istri ke 4.

Dengan memakai Jas serba hitam dan kemeja putih membuat Juragan Anton nampak gagah perkasa.

Sebenarnya telah lama pria bertubuh tinggi itu memendam perasaan pada gadis sulung Pak Jamil, akan tetapi Kirana menolaknya secara mentah-mentah sebab tidak ingin dijadikan istrinya. Dan sekarang mungkin kemenangan telah berpihak kepadanya, walaupun keadaan Kirana telah hamil tua, akan tetapi ia begitu senantiasa menerima wanita muda itu untuk menjadi istrinya dengan lapang dada.

Sedangkan di dalam rumah Pak Jamil serta keluarga ketar-ketir kebingungan, mencari sosok wanita hamil itu yang kini entah dimana.

"Pak, jangan-jangan Kirana kabur semalam. Makannya sekarang dia tidak ada. Aduh gimana ini Pak. Kita bisa malu kalau Kirana tidak ada. Dan bisa saja Juragan Anton akan ngamuk," sahut Bu Siti bimbang.

Padahal kemarin ia sudah terlalu senang, sebab akan mempunyai menantu yang kaya raya, setidaknya Juragan Anton akan mengutamakan istri muda. Tapi sekarang Kirana malah menghilang entah kemana, membuat seluruh keluarga kerepotan mencarinya.

"Anisa coba kamu hubungi Kakak kamu, siapa tau dia mau mengangkat teleponnya," titah Pak Jamil pada Anisa yang sedang santai memakan bolu sembari mengutak-ngatik ponsel miliknya.

"Dasar ngerepotin, punya Kakak perempuan satu, bisanya bikin riweh. Eneg banget aku sama dia!" gerutu Anisa sebab tak mau di perintah oleh sang Bapak.

"Anisa! Bukan waktunya untuk ngedumel! Cepat hubungi Kakak kamu!" sentak Bu Siti.

Wanita setengah baya ikut ketar-ketir bukan karena ada kecemasan pada anak tirinya, melainkan ia akan gagal mempunyai menantu yang tajir melintir.

Anisa pun mencoba menghubungi sang Kakak yang entah ada di mana. Akan tetapi panggilannya terabaikan begitu saja. Tidak ada sahutan ataupun jawaban sama sekali.

"Pak Jamil, rombongan keluarga Juragan Pak Anton sudah siap. Apa suruh masuk saja? Mereka sudah kelelahan menunggu dari tadi," ucap salah seorang warga memberitahukan pada Pak Jamil.

"Tunggu saja sebentar lagi!" sahut Pak Jamil penuh kecemasan.

Dibenaknya ia pun merasa bersalah, sebab akan menikahkan anak sulungnya dengan juragan Anton yang sudah mempunyai istri 3. Tapi kalau tidak dinikahkan Kirana akan melahirkan tanpa seorang suami dan pastinya akan merasa malu. Semua itu membuat Pak Jamil susah untuk melakukan tindakan. Dan sekarang Kirana entah dimana, betapa pikirannya terguncang.

Detik demi detik waktu pun berlalu, matahari semakin naik di atas kepala, sinarnya pun begitu menyengat.

Pak Jamil beserta istrinya terpaksa melangkahkan kaki menuju halaman untuk melihat calon menantunya yang sejak tadi menunggu.

Wajah pria paruh baya itu nampak lusuh sebab isi kepalanya tak henti terus berputar memikirkan nasib sang anak. Sekarang ditambah lagi harus menghadapi Juragan Anton, yang sudah pasti akan marah dan kecewa jika tahu Kirana sudah kabur dari rumah.

"Loh kok cuma kalian berdua, mana istri saya?!" tanya Juragan Anton menyelidik saat melihat tak ada Kirana menyambutnya.

"Pasti belum beres didandani ya, makannya calon istri saya yang super cantik itu belum keluar?" ulangnya lagi.

Tak ada penggubrisan sama sekali, Pak Jamil serta sang istri hanya menundukkan kepala.

"Kok kalian malah diam saja? Mana istri saya Pak Jamil?" tanya Juragan Anton.

"Se-sebenarnya Kirana kabur dari rumah kami Juragan, maafkan kami tidak bisa menjaganya dengan baik. Semua ini kelalaian kami juragan. Maafkan kami," sahut Bu Siti sembari menangkupkan kedua tangan di dada.

"Apa, kabur! Bagaimana bisa calon istri saya kabur! Kalian pasti bohong! Dia sedang hamil tua! Mana mungkin dia bisa kabur! Dodi, Arsan pukuli Pak Jamil sampai babak belur, saya tidak terima, saya dipermainkan seperti ini." Juragan Anton yang sangat emosi itu memerintah.

Pria bertubuh kekar itu tak terima jika dirinya dipermalukan di hadapan orang banyak, sedangkan dirinya hari ini telah membawa rombongan yang lumayan banyak, juga membawa ketiga istrinya untuk menyaksikan pernikahannya yang ke empat.

Namun, kini hanya malulah yang didapat, pengantin wanita kabur entah kemana.

"Sial, saya tak terima dengan semua ini. Jeki coba kamu cari di dalam gubuk reot itu!" tunjuk Rujagan mengarah kedalam rumah Pak Jamil.

"Baik Bos," ucap Jeki sambil menghentakkan kaki melenggang dengan kasar masuk kedalam rumah Pak Jamil tanpa permisi.

Pria bertubuh tinggi besar dan berotot itu dengan kasar membanting-bantingkan barang dirumah keluarga Kirana untuk mencari wanita hamil tua itu.

Seluruh ruangan dan penjurupun ditelusuri, akan tetapi tak terlihat sesosok wanita yang dicarinya. Dan tak lama kemudian Jeki Pun kembali dengan tangan kosong, memberitahukan bahwa Kirana tidak ada di rumah itu.

"Memang benar Bos, disini tidak ada siapapun," ucapnya Jeki yakin.

"Apa!... Sekarang kalian habisi Pak Jamil." Dengan angkuh Juragan Anton memerintah anak buahnya untuk memukuli Pak Jamil.

"Jangan Juragan, jangan apa-apakan saya, saya tidak tahu apa-apa atas kaburnya anak saya. Tapi saya janji saya akan mencarinya lagi," ungkap Pak Jamil bersimpuh dihadapan Juragan meminta maaf dengan semua ini.

"Saya sudah terlanjur kecewa!" bentaknya.

Jeki dan anak buah yang lainnya akhirnya mengeroyok Pak Jamil hingga babak belur dan juga terbaring lemah. Membuat Bu Siti teriak-teriak histeris menyaksikan sang suami yang pukuli oleh beberapa orang anak buah dari Juragan terkaya di kampung ya.

Akan tetapi dibalik semua itu, ia hanya bisa melihat tanpa mau menolong sang suami miskinnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status