Lalu apa maksudnya hubungan kita selama 5 tahun itu! Lantas anak yang dikandung ku ini adalah anak dari hasil kita yang selalu melakukan dosa terbesar bersama. Apa kamu lupa Mas, atau jangan-jangan kamu tidak mengakui semuanya sebab ada wanita cantik itu disebelah kamu! Payah!" murka Kirana, sengaja membocorkan rahasianya tepat di hadapan wanita berambut panjang lurus itu. Kirana sengaja mengeluarkan uneg-unegnya agar wanita yang kini berada disebelah Alvin tau, bahwa lelaki yang dibanggakannya bukan pria baik-baik melainkan pria tak berperikemanusiaan.
Terlihat Alvin membulatkan mata selebar-lebarnya dengan dada yang naik turun menghembuskan nafas, darahnya seakan mendidih sebab menahan emosi."Mas, maksud wanita ini apa?!" tanya wanita cantik yang kini berada disebelah Alvin begitu terkejut tatkala mendengarnya."Tiara, kamu jangan percaya sama dia, Ayo kita pergi sekarang juga!" ajak pria muda bertubuh tinggi itu mulai menuntun tangan Tiara- wanita cantik yang saat ini menjadi pacar Alvin."Jawab dulu pertanyaanku Mas, siapa dia?! Mengapa dia mengenalmu, dan tadi dia bilang mengandung anakmu?!" pekik Tiara bertanya sembari menatap pada arah Alvin dengan tatapan begitu tajam."Tiara apaan sih kamu, aku tidak tau wanita ini siapa dan dari mana? Bisa saja dia ingin menghancurkan hubungan kita, dia orang jahat. Sebentar lagi kita akan menikah, kamu jangan percaya pada wanita manapun!" sahut Alvin sembari memegang pipi Tiara dengan kelembutan dan menatap wajahnya begitu penuh rasa kasih sayang.Dibalik kemesraan Tiara dan Alvin, Kirana yang memperhatikan semakin tambah emosi melihat tingkah Alvin."Oyah! Kamu bilang barusan aku orang jahat Mas? Yang jahat itu kamu atau aku?!" serobot Kirana membentak."Diam kamu! Kamu butuh ini 'kan?"Alvin mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dari dapat dompetnya, ia pun menyodorkan uang tersebut akan tetapi Kirana enggan untuk menerima."Ambil uang ini?! Ini 'kan yang kamu mau?! Ayo ambil? Tunggu apa lagi, wanita seperti kamu hanya menginginkan uang bukan?" ucap Alvin sembari mendekatkan tangannya pada arah tubuh Kirana.Serentak Kirana meneteskan air mata, hatinya begitu nyeri tatkala dia hanya dianggap wanita matre atau bahkan mungkin pengemis."Maksud kamu apa Mas?" gegas wanita muda yang berbadan dua itu bertanya."Jangan banyak basa-basi, kedatangan kamu kesini hanya untuk meminta uang. Dan dengan cara mengaku-ngaku jika aku adalah ayah dari anak kamu. Kalau bukan untuk menghancurkan hubunganku dengan Tiara lantas mau apa lagi? Aku sudah paham maksud dan tujuan kamu! Sekarang kamu tinggal ambil saja uang ini, lalu silahkan pergi dan kalau bisa jangan pernah muncul lagi dihadapanku. Wanita penipu seperti kamu tidak pantas bersanding denganku!"Dengan angkuhnya Alvin berbicara seperti itu, seolah dia tidak pernah menjalin kasih dengan wanita yang dihamilinya. Seolah rada cintanya telah sirna dan hilang ditepis angin. Hingga Alvin dengan semudah itu melupakan semuanya. Tapi, setidaknya ada benih di dalam perut Kirana. Jika saja membenci Kirana apakah dia tega tidak mengakui anak yang memang darah dagingnya."Nih ambil Mas Alvin yang terhormat! Uang kamu tidak akan cukup untuk membayar ku!"Kirana dengan kasar mengambil uang yang disodorkan Alvin barusan, lalu dia melemparkan secara sengaja pada muka pria tampan tersebut."Kamu ambil saja Mas uang ini, aku tidak butuh uang itu! Jika kamu suatu saat tidak mencariku, aku yakin, kamu akan mencari anakmu! Kamu akan menyesal sebab telah mencampakkan ku dan mencampakkan anakmu juga!" Ancam Kirana sembari mengelap air mata yang terus terjun dari pelupuk.Alvin hanya melotot saat wajahnya dilempari uang dengan lancang oleh Kirana.Sedangkan Tiara hanya terheran dengan pemandangan adu mulut antara pacarnya dan juga wanita yang sama sekali tidak dikenalnya itu.Memang Tiara dan Alvin sudah menjalankan hubungan 3 tahun lamanya, akan tetapi mereka berdua hanya bisa menjalankan hubungan pacaran. Sebab status Tiara sampai saat ini adalah istri orang. Tiara berani kabur meninggalkan suami serta anak yang saat ini masih bayi demi hanya untuk bisa bersama dengan pria yang disayanginya, yaitu Alvin. Awalnya Tiara susah meminta perceraian pada sang suami, akan tetapi suami dari Tiara sama sekali tak ingin perceraian itu terjadi. Hingga akhirnya kabur dari rumah pun adalah solusi, padahal Tiara baru saja usai melahirkan."Aku benci kamu!"Setelah melemparkan uang pada wajah pria yang amat dicintainya, gegas Kirana pun melenggang untuk segera meninggalkan kediaman Alvin dan juga pacarnya yang cantik itu.Alvin dan juga pacarnya hanya mematung, mereka mendadak membisu seribu bahasa.Kirana mengepal kedua tangan di sisi sembari berjalan terhuyung-huyung. Ia terus berjalan menyusuri jalan yang tak berujung itu, kakinya terasa lelah dengan pikiran berkecamuk hebat."Kamu jahat Mas, andai aku tau semuanya akan seperti ini, mungkin sejak dulu aku tidak mau mengenalmu Mas, kamu pria pengecut Mas! Aku pastikan suatu saat nanti kamu akan menyesali perbuatanmu ini!" teriak Kirana sembari air mata yang turun deras membasahi pipi.Wanita muda itu amat menyesal dengan kelakuan Alvin yang menolak untuk bertanggung jawab.Air matanya tak henti turun membanjiri pipi terus menerus, andai waktu bisa diputar kembali, ia tidak akan pernah mau mengenali Alvin lagi. Kini nasi sudah menjadi bubur, masa depan yang cerah kini berubah menjadi redup dengan hadirnya bayi di rahim Kirana sebelum akad pernikahan."Pergi kamu dari sini, saya tidak butuh pegawai yang dekil dan Kumal seperti kamu! Kamu tidak pantas bekerja disini! Kamu pantasnya jadi seorang gelandangan! Pergi sana, dan jangan kembali!" hardik seorang wanita muda cantik dengan penampilan elegan mengusir Kirana sembari mendorong tubuh Kirana keluar dari restoran yang baru saja Kirana meminta pekerjaan.Maksud kedatangan Kirana ke restoran ini, yakni untuk melamar pekerjaan. Wanita hamil itu berharap bahwa di restoran ini membutuhkan pegawai.Akan tetapi pada saat Kirana masuk kedalam ruangan tersebut, dan bertanya pada wanita yang saat itu sedang berdiri sambil mengawasi para pegawai. Namun, Kirana malah diusir dan dianggap sebagai pengemis, dikarenakan memang penampilan wanita muda itu yang acak-acakkan dan baju telah lusuh."Tapi Mbak, saya sedang butuh pekerjaan. Kalau hanya bekerja sebagai pelayan restoran disini, saya bisa Mbak. Saya mohon," ucap Kirana penuh permohonan mencoba membujuk wanita yang nampak terlihat galak dan ju
"Selamat ya Bu, bayinya sudah lahir dengan normal tanpa ada yang kurang satupun."Seorang wanita setengah baya menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Kirana secara normal, dia adalah Bidan Desi. "Alhamdulillah Bu bidan," sahut Kirana sembari mengambil alih bayinya dari gendongan Bidan Desi."Hari ini ibu Kirana sudah bisa pulang," ucapnya membuat mata Kirana seketika membelak."Bi-bisa pulang Bu?" tanya Kirana terkejut tatkala dirinya sudah bisa pulang serta membawa bayi yang baru saja dilahirkan. "Iyah," sahut Bidan Desi sembari tersenyum ramah dan menggangguku kepala. "Bagaimana saya bilang pulang sedangkan saya belum…" Tiba-tiba Bidan Desi menyerobot ucapan Kirana, "Tadi suami Bu Kirana sudah membayar semua biaya lahiran Ibu. Mungkin suaminya seorang pekerja kantoran ya? Makannya dia tadi buru-buru," ujarnya.Tanpa bertanya Bidan Desi menebak dengan asal-asalan jika pria yang mengantarkan Kirana sekaligus membayar biyaya lahirannya itu adalah suaminya. Padahal Kirana tak ke
"Kirana kenalkan ini adalah Mis Dini, dia yang kemarin ibu bilang, orang butuh pekerjaan itu." Suara Bu Kartini terdengar jelas memperkenalkan antara Kirana dan juga Mis Dini. Mis Dini adalah orang dalam yang akan memasukan Kirana pada kerjaannya yang baru."Saya Kirana Mis, senang bertemu denganmu," sahut Kirana mengulurkan tangan untuk bersalaman pada pria gemulai yang disebut Mis Dini itu."Saya Mis Dini, saya juga senang bertemu denganmu Kirana. Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mis Din ya, awas jangan sampai salah Mis Din," ujar Mis Din memperagakan tata cara berucap tatkala memanggil namanya nanti."Baik Mis Din,"Usai Bu Tini memperkenalkan, Mis Dini pun menelisik dengan saksama pada seluruh tubuh Kirana dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki."Kamu pernah kerja dimana saja, dan bisa kerja apa saja Kirana?" tanya pria gemulai itu sembari melambai-lambaikan tangan dengan lemah gemulai."Saya kerja apa saja bisa Mis, tapi kalau jadi model dan main sinetron saya gak bisa
Siang pun berlalu, detik demi detik jarum jam berputar menunjuk jam 16:00. Di luar rintikan hujan mulai reda berganti dengan gerimis dan udara yang lumayan dingin. Banyak air bergelinang di halaman. "Bu, titip bayiku ya, semoga aku betah dengan pekerjaanku sekarang. Aku janji akan membagi dua gajiku untukku dan Bu Tini," ujar Kirana menatap Bu Tini. Kirana berdiri diambang pintu kosannya sembari menggendong bayi mungilnya dengan penuh kehangatan, didekapnya. Wanita muda itu nampak sedang menunggu dijemput Mis Dini. "Kamu jangan khawatir Kiran, serahkan semuanya pada Ibu, anggap saja ibu ini ibumu. Lagi pula semua anak-anakku jauh dibawa suaminya. Jadi aku hanya seorang diri disini. Maka akan dengan senang hati mengurus bayimu. Bahkan ibu sangat senang sekali mengurus bayimu rasanya seperti cucuku sendiri," tutur Bu Tini dengan sangat ramah.Kini Kirana menatap perempuan setengah baya yang saat ini berada di sebelahnya. Pandangannya Kirana semakin merasa bahagia, akhirnya dirinya sep
Meli lebih dulu berjalan diikuti dengan Kirana dari belakang. "Ini kamar kamu," ucap Meli menunjukan kamar yang dimana akan ditempati oleh Kirana. Meli adalah asisten rumah tangga yang cukup lama. Dia kerja dirumah keluarga Bos Reza sudah hampir 7 tahun. Maka dari itu dialah pembantu yang paling dipercayai Bos Reza dan keluarga yang lainnya. "Serius Mbak Mel? Gak salah ini kamar sebesar ini buat aku?"Kirana sungguh ternganga tatkala dirinya dinyatakan akan menempati kamar yang luas dan megah layaknya kamar tuan putri. Kamar di rumahnya yang dulu saja tidak seluas ini. Bahkan kamar ini hampir sama dengan rumah Kirana dikampung."Yaelah kampuangan banget sih loh! Baru lihat ya kamar yang semewah ini?! Dasar orang kampung, udah kampungan, udik lagi," hina Meli sembari bergidik geli tatkala ia menoleh pada penampilan Kirana.Kirana hanya terdiam sembari melemparkan senyum tipis menyakitkan. "Di lemari itu gue udah siapin beberapa baju bagus untuk Lo!" Tunjuk Meli pada lemari yang ber
"Tadi saya kan sudah bilang kamu harus ganti baju dan berdandan, terus kenapa masih dekil begini?" "Tadi saya sedang memilih baju yang bersih tapi Mbak Meli memanggil saya, katanya baby Grizli menangis, akhirnya saya berlari untuk melihat keadaannya. Tapi saya tidak tau kamar baby Grizli di mana.""Jika kamu ingin menggendong bayi saya, sebaiknya kamu harus memakai baju yang bersih dulu. Itu apaan baju dekil begitu," ketus Reza. "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Kirana pun melenggang meninggalkan Bos Reza diruang tamu sendirian."Dasar orang kaya memang angkuh. Hingga aku bertanyapun dia malah membentakku dengan begith kejam. Apa salahnya tinggal menjawab. Beginilah kalau dari orang miskin, tidak ada harga sama sekali. Sabar, sabar, sabar," gumam Kirana semabri mengusap-usap dada.Jarum jam sudah menunjukan pukul 18 : 00, adzan magrib pun sudah berkumandang. Wanita muda itupun sudah siap memakai mukena. Setelah usai shalat ia berdoa, memohon ampunan atas segala dosa dan dosa
"Kamu!" Wanita yang saat ini sedang berdiri diambang pintu itu terkejut tatkala melihat Kirana sedang menggendong bayinya. "Kamu ngapain disini?! Jangan macam-macam dengan anakku! Kembalikan anakku!" Dengan lancar wanita yang baru datang itu mengambil alih baby Grizli dari tangan Kirana."Hati-hati dong," lirih Kirana disaat wanita itu tiba-tiba memangka mengambilnya."Sekarang saya tidak mau tau! Keluar kamu dari rumahku!" sentaknya pada Kirana sembari menunjuk ke arah ambang pintu kamar yang terbuka."Seharusnya saya yang tanya pada anda? Kenapa anda disini Tiara? Bukannya kamu adalah pa…""Dia istri saya," dengan cepat Reza menyerobot masuk dan menjawab pertanyaan Kirana yang tak menyangka dirinya bisa bertemu dengan wanita yang waktu itu ditemuinya bersama Alvin."Apa istri?!" Kirana sungguh terkejut tatkala mendengar itu. Berarti wanita yang dibanggakan Alvin pada saat itu adalah istri orang. "Kalau kamu sudah punya suami mengapa waktu itu kamu…""Diam! Tutup mulutmu atau saya
"Sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan Alvin? Mengapa waktu itu kamu meminta pertanggung jawaban padanya?" tanya Tiara penasaran.Kirana pun akhirnya menepiskan tangan Tiara yang masih menjabat rambutnya hingga terlepas. "Asal Nyonya Tiara tau kalau Alvin itu adalah ayah dari anakku!""Hah ngaco kamu, aku tidak percaya Alvin mempunyai anak darimu sedangkan kalian tidak pernah menikah bukan?!" Tiara tak mempercayainya sama sekali semua ucapan Kirana."Awalnya dia mau bertanggung jawab atas kehamilanku dan setelah adanya kamu dia menjadi berubah. Dan aku yakin perubahan dia pasti gara-gara kamu Tiara!" Jari telunjuk Kirana menunjuk kasar pada Tiara."Wanita udik dan miskin seperti kamu, memang sepantasnya dibuang ke dasar jurang. Karena apa? Jawabannya karena tidak berguna," bisik Tiara pada telinga Kirana dengan sengaja. Emosi Kirana semakin meluap, akan tetapi ia hanya bisa menahan emosi itu rapat-rapat. Sebab tidak mungkin ia harus menyerang wanita yang di hadapannya itu tak lain