"Kiran kamu mau kemana? Pagi-pagi sudah Rafi begini?" tanya ibu kos sembari tangan sibuk memegang pot bunga.
Kebetulan rumah Bu Kartini dekat sekali dengan kontrakkan Kirana, bahkan hanya tinggal beberapa langkah saja."Anu Bu, aku mau cari kerja, 'kan gak mungkin kalau aku berdiam diri mulu," sahut wanita muda berbaju merah itu menjawab."Memangnya kamu mau kerja apa? Kamu sanggup dengan kondisi kamu yang sedang berbadan dua ini?" tanya Bu Tini tak tega tatkala melihat perut Kirana. Walaupun memakai pakaian yang cukup besar dan longgar, akan tetapi Bu Tini bisa tau. Sebab ia pun pernah merasakan hamil sebelum akad pernikahan di masa lalu."Mau gimana lagi Bu, saya hidup disini cuma sebatang kara. Kalau saya tidak mencari kerja, lantas siapa yang akan menafkahi saya dan membayar kontrakan ini."Wanita bertubuh tinggi itu mengungkapkan isi hatinya. Sebenarnya ia malas mencari kerja, apalagi dalam kondisi hamil tua. Yang kebanyakan wanita lebih banyak beristirahat, akan tetapi ini malah harus menanggung beban hidup seorang diri."Kalau begitu saya berangkat dulu ya Bu," pamit Kirana sembari melenggang."Sama-sama Kirana, kalau kamu butuh bantuan atau pertolongan,kamu hubungi ibu saja, saya khawatir dengan keadaan kamu yang sudah hamil tua begini" ucapnya menyiratkan kecemasan membuat wanita muda yang kini sedang di hadapannya tercengang.Semenjak kecil wanita yang berstatus masih perawan ini belum pernah mendapatkan kasih sayang ataupun hanya sekedar perhatian kecil dari ibunya. Namun sekarang ia dapat dari ibu kontrakan, walaupun hanya perhatian biasa, tetapi sudah membuat hatinya mulai bersemangat seperti sedia kala."Terimakasih Bu," sahut Kirana sembari menatap Bu Tini dengan tatapan penuh kesedihan.Kemudian wanita cantik itupun melenggang, kembali lagi dengan maksud pertama yaitu mencari kerja. Melanjutkan hidup dikota yang serba harus banyak uang ini ia terpaksa menjalani hidup seorang diri. Jauh dari kerabat ataupun keluarga.Sesekali Kirana teringat sang bapak yang entah sedang apa dan bagaimana kabarnya? Akan tetapi kejadian kemarin membuatnya amat emosi dengan lancang akan menikahkan Kirana bersama Juragan Anton."Sudahlah aku tidak usah memikirkan semua keluargaku lagi. Papa tidak menyayangiku lagi. Mamaku sendiri tak tau dimana, haruskah nasibku sepedih ini. Beda dari orang lain yang mempunyai keluarga sempurna dan juga penuh kasih sayang." Gumamnya sambil melangkah mengarungi jalan raya yang amat ramai.Wanita bermata sipit itu rasanya sudah lelah menjalankan hidup yang endingnya entah bagaimana. Yang jelas sekarang ia merasakan sengsara dengan mengandung tanpa perhatian seorang lelaki.Kirana menjeda langkahnya dengan duduk dikursi yang berada di tepi jalan. Sebab kakinya terasa lelah dan juga pegal, perjalanannya pun cukup jauh, sehingga Kirana cepat merasakan kecapean."Sayang pokoknya kamu mau minta apapun pasti aku akan belikan, asalkan kamu harus melayaniku dan membuatku puas setiap malam, jangankan uang. Nyawa Pun pasti akan ku berikan," ucap salah seorang wanita yang sedang berdiri tak jauh dari kediaman Kirana saat ini.Wanita muda cantik dengan rambut lurus hitam pekat berkilau, badannya pun amat bagus bak model Indonesia. Namun pria yang digandengnya tak asing sekali terlihat dari belakang postur tubuhnya. Ia tak lain adalah?'Mana mungkin Alvin ada disini?' batin Kirana bertanya.Mereka berdua nampak membelakangi sehingga Kirana tak mampu untuk melihat lebih jelas lagi.Kirana hanya menghela nafas pelan, mungkin karena terlalu memikirkan seorang Alvin terus menerus akhirnya penglihatannya pun tidak normal, ia yakin bahwa pria yang menghamilinya itu tidak akan berada disini."Mas Alvin sekarang kita mau kemana?" tanya wanita berkulit putih itu pada seorang pria yang berada di sebelahnya.Seketika Kirana yang sedang duduk santai pun terperanjat tatkala mendengar jika nama pria itu sama dengan pria yang sedang dicarinya."Tadi wanita itu bilang Mas Alvin. Apa jangan-jangan Alvin yang dia maksud adalah Alvinku?" gumam Kirana pelan.Karena ia penasaran Kirana pun memberanikan diri untuk menghampiri dua sejoli yang saat ini membelakanginya. Mereka tak jauh dari kediaman Kirana.Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu, seperti yang sedang gelisah dilihat dari wajah wanita cantik itu.Kirana melangkah tergesa sebab tak sabar ingin menemui pria yang dipanggil Alvin oleh wanita yang tak dikenalnya itu.Kirana melangkah sembari mata menatap postur tubuh pria itu dari belakang, memang sangat mirip dengan Alvin yang sedang dicarinya. Hatinya begitu yakin bahwa pria itu memang Alvin yang menghamilinya.Tatkala akan mendekat tiba-tiba saja datang mobil mewah di hadapan mereka, mobil itu dibawa oleh lelaki paruh baya dengan memakai seragam supir. Sepertinya memang itu adalah seorang supir."Lama banget sih benerin mobilnya, saya 'kan mau jalan-jalan sama pacar saya," gerutu perempuan cantik itu pada supir yang masih didalam mobil.Sepertinya mobil itu adalah mobil wanita cantik itu. Kirana hanya menyaksikan dari belakang tanpa tau wajah asli wanita dan pria yang kini berada tak jauh dari kediamannya."Tunggu!" seru Kirana tatkala wanita tersebut akan masuk pada mobil mewahnya diiringi pria tersebut ikut akan masuk dan menggantikan pak sopir dengan duduk di kursi depan, tepat di hadapan stir.Lantas wanita berbaju dres mewah itupun menoleh kearah suara yang membuatnya gagal untuk masuk kedalam mobil.Sedangkan pria bertubuh kekar itu pun menoleh ke arah Kirana, betapa ia tercengang tatakala melihat wanita yang dicampakkannya kian berada tempat yang sama."Ternyata dugaanku benar, kalau kamu ada disini Mas Alvin," sapa Kirana sembari mendekat."Anda siapa?" tanya wanita berbadan molek itu bertanya."Saya Kirana," ucap Kirana memperkenalkan diri.Alvin yang berada di sebelah wanita cantik itu pun menelan ludahnya dengan susah payah. Ia begitu heran mengapa bisa dirinya harus dipertemukan dengan Kirana disaat ada pacar kaya nya."Saya gak kenal sama sekali dengan anda!" ketus wanita yang saat ini bersama Alvin."Anda mungkin tidak mengenali saya, tapi saya mengenali pria yang saat ini bersama anda," sahut Kirana pada intinya.Alvin hanya terdiam membisu, dengan pandangan nyalang menatap Kirana.Wajah Alvin nampak tegang sebab takut pacarnya tau kalau wanita yang saat ini di hadapannya adalah mantan pacarnya sekaligus ayah dari anak yang dikandung Kirana."Sayang dia siapa? Apa kamu mengenalnya?"Alvin hanya menggeleng lemah tatkala sang kekasih bertanya terhadap wanita yang mengaku kenal dengannya."Jangankan mengenalinya, bertemu pun aku baru sekarang," ucap Alvin begitu angkuh meyakinkan sang pacar.Bagai disambar petir siang bolong, hati Kirana begitu nyeri bagai ditusuk pedang panjang tembus sampai ke jantung. Tak terkira bahwa pria yang dulu berbuat manis padanya kini mengaku tak mengenali dihadapan wanita yang lebih cantik bahkan lebih modis darinya."Apa kamu bilang Mas, kamu tidak mengenalku hah! Dasar kamu lelaki pengecut! Lelaki bajingan yang gak tau diri! Bisa-bisanya mulutmu berkata seperti itu!"Emosi Kirana nampak naik keubun-ubun. Tak menyangka pria yang dicintainya malah berucap yang kian membuat hatinya hancur bagai berkeping.Lalu apa maksudnya hubungan kita selama 5 tahun itu! Lantas anak yang dikandung ku ini adalah anak dari hasil kita yang selalu melakukan dosa terbesar bersama. Apa kamu lupa Mas, atau jangan-jangan kamu tidak mengakui semuanya sebab ada wanita cantik itu disebelah kamu! Payah!" murka Kirana, sengaja membocorkan rahasianya tepat di hadapan wanita berambut panjang lurus itu. Kirana sengaja mengeluarkan uneg-unegnya agar wanita yang kini berada disebelah Alvin tau, bahwa lelaki yang dibanggakannya bukan pria baik-baik melainkan pria tak berperikemanusiaan.Terlihat Alvin membulatkan mata selebar-lebarnya dengan dada yang naik turun menghembuskan nafas, darahnya seakan mendidih sebab menahan emosi."Mas, maksud wanita ini apa?!" tanya wanita cantik yang kini berada disebelah Alvin begitu terkejut tatkala mendengarnya."Tiara, kamu jangan percaya sama dia, Ayo kita pergi sekarang juga!" ajak pria muda bertubuh tinggi itu mulai menuntun tangan Tiara- wanita cantik yang saat ini menjadi pacar
"Pergi kamu dari sini, saya tidak butuh pegawai yang dekil dan Kumal seperti kamu! Kamu tidak pantas bekerja disini! Kamu pantasnya jadi seorang gelandangan! Pergi sana, dan jangan kembali!" hardik seorang wanita muda cantik dengan penampilan elegan mengusir Kirana sembari mendorong tubuh Kirana keluar dari restoran yang baru saja Kirana meminta pekerjaan.Maksud kedatangan Kirana ke restoran ini, yakni untuk melamar pekerjaan. Wanita hamil itu berharap bahwa di restoran ini membutuhkan pegawai.Akan tetapi pada saat Kirana masuk kedalam ruangan tersebut, dan bertanya pada wanita yang saat itu sedang berdiri sambil mengawasi para pegawai. Namun, Kirana malah diusir dan dianggap sebagai pengemis, dikarenakan memang penampilan wanita muda itu yang acak-acakkan dan baju telah lusuh."Tapi Mbak, saya sedang butuh pekerjaan. Kalau hanya bekerja sebagai pelayan restoran disini, saya bisa Mbak. Saya mohon," ucap Kirana penuh permohonan mencoba membujuk wanita yang nampak terlihat galak dan ju
"Selamat ya Bu, bayinya sudah lahir dengan normal tanpa ada yang kurang satupun."Seorang wanita setengah baya menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Kirana secara normal, dia adalah Bidan Desi. "Alhamdulillah Bu bidan," sahut Kirana sembari mengambil alih bayinya dari gendongan Bidan Desi."Hari ini ibu Kirana sudah bisa pulang," ucapnya membuat mata Kirana seketika membelak."Bi-bisa pulang Bu?" tanya Kirana terkejut tatkala dirinya sudah bisa pulang serta membawa bayi yang baru saja dilahirkan. "Iyah," sahut Bidan Desi sembari tersenyum ramah dan menggangguku kepala. "Bagaimana saya bilang pulang sedangkan saya belum…" Tiba-tiba Bidan Desi menyerobot ucapan Kirana, "Tadi suami Bu Kirana sudah membayar semua biaya lahiran Ibu. Mungkin suaminya seorang pekerja kantoran ya? Makannya dia tadi buru-buru," ujarnya.Tanpa bertanya Bidan Desi menebak dengan asal-asalan jika pria yang mengantarkan Kirana sekaligus membayar biyaya lahirannya itu adalah suaminya. Padahal Kirana tak ke
"Kirana kenalkan ini adalah Mis Dini, dia yang kemarin ibu bilang, orang butuh pekerjaan itu." Suara Bu Kartini terdengar jelas memperkenalkan antara Kirana dan juga Mis Dini. Mis Dini adalah orang dalam yang akan memasukan Kirana pada kerjaannya yang baru."Saya Kirana Mis, senang bertemu denganmu," sahut Kirana mengulurkan tangan untuk bersalaman pada pria gemulai yang disebut Mis Dini itu."Saya Mis Dini, saya juga senang bertemu denganmu Kirana. Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mis Din ya, awas jangan sampai salah Mis Din," ujar Mis Din memperagakan tata cara berucap tatkala memanggil namanya nanti."Baik Mis Din,"Usai Bu Tini memperkenalkan, Mis Dini pun menelisik dengan saksama pada seluruh tubuh Kirana dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki."Kamu pernah kerja dimana saja, dan bisa kerja apa saja Kirana?" tanya pria gemulai itu sembari melambai-lambaikan tangan dengan lemah gemulai."Saya kerja apa saja bisa Mis, tapi kalau jadi model dan main sinetron saya gak bisa
Siang pun berlalu, detik demi detik jarum jam berputar menunjuk jam 16:00. Di luar rintikan hujan mulai reda berganti dengan gerimis dan udara yang lumayan dingin. Banyak air bergelinang di halaman. "Bu, titip bayiku ya, semoga aku betah dengan pekerjaanku sekarang. Aku janji akan membagi dua gajiku untukku dan Bu Tini," ujar Kirana menatap Bu Tini. Kirana berdiri diambang pintu kosannya sembari menggendong bayi mungilnya dengan penuh kehangatan, didekapnya. Wanita muda itu nampak sedang menunggu dijemput Mis Dini. "Kamu jangan khawatir Kiran, serahkan semuanya pada Ibu, anggap saja ibu ini ibumu. Lagi pula semua anak-anakku jauh dibawa suaminya. Jadi aku hanya seorang diri disini. Maka akan dengan senang hati mengurus bayimu. Bahkan ibu sangat senang sekali mengurus bayimu rasanya seperti cucuku sendiri," tutur Bu Tini dengan sangat ramah.Kini Kirana menatap perempuan setengah baya yang saat ini berada di sebelahnya. Pandangannya Kirana semakin merasa bahagia, akhirnya dirinya sep
Meli lebih dulu berjalan diikuti dengan Kirana dari belakang. "Ini kamar kamu," ucap Meli menunjukan kamar yang dimana akan ditempati oleh Kirana. Meli adalah asisten rumah tangga yang cukup lama. Dia kerja dirumah keluarga Bos Reza sudah hampir 7 tahun. Maka dari itu dialah pembantu yang paling dipercayai Bos Reza dan keluarga yang lainnya. "Serius Mbak Mel? Gak salah ini kamar sebesar ini buat aku?"Kirana sungguh ternganga tatkala dirinya dinyatakan akan menempati kamar yang luas dan megah layaknya kamar tuan putri. Kamar di rumahnya yang dulu saja tidak seluas ini. Bahkan kamar ini hampir sama dengan rumah Kirana dikampung."Yaelah kampuangan banget sih loh! Baru lihat ya kamar yang semewah ini?! Dasar orang kampung, udah kampungan, udik lagi," hina Meli sembari bergidik geli tatkala ia menoleh pada penampilan Kirana.Kirana hanya terdiam sembari melemparkan senyum tipis menyakitkan. "Di lemari itu gue udah siapin beberapa baju bagus untuk Lo!" Tunjuk Meli pada lemari yang ber
"Tadi saya kan sudah bilang kamu harus ganti baju dan berdandan, terus kenapa masih dekil begini?" "Tadi saya sedang memilih baju yang bersih tapi Mbak Meli memanggil saya, katanya baby Grizli menangis, akhirnya saya berlari untuk melihat keadaannya. Tapi saya tidak tau kamar baby Grizli di mana.""Jika kamu ingin menggendong bayi saya, sebaiknya kamu harus memakai baju yang bersih dulu. Itu apaan baju dekil begitu," ketus Reza. "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Kirana pun melenggang meninggalkan Bos Reza diruang tamu sendirian."Dasar orang kaya memang angkuh. Hingga aku bertanyapun dia malah membentakku dengan begith kejam. Apa salahnya tinggal menjawab. Beginilah kalau dari orang miskin, tidak ada harga sama sekali. Sabar, sabar, sabar," gumam Kirana semabri mengusap-usap dada.Jarum jam sudah menunjukan pukul 18 : 00, adzan magrib pun sudah berkumandang. Wanita muda itupun sudah siap memakai mukena. Setelah usai shalat ia berdoa, memohon ampunan atas segala dosa dan dosa
"Kamu!" Wanita yang saat ini sedang berdiri diambang pintu itu terkejut tatkala melihat Kirana sedang menggendong bayinya. "Kamu ngapain disini?! Jangan macam-macam dengan anakku! Kembalikan anakku!" Dengan lancar wanita yang baru datang itu mengambil alih baby Grizli dari tangan Kirana."Hati-hati dong," lirih Kirana disaat wanita itu tiba-tiba memangka mengambilnya."Sekarang saya tidak mau tau! Keluar kamu dari rumahku!" sentaknya pada Kirana sembari menunjuk ke arah ambang pintu kamar yang terbuka."Seharusnya saya yang tanya pada anda? Kenapa anda disini Tiara? Bukannya kamu adalah pa…""Dia istri saya," dengan cepat Reza menyerobot masuk dan menjawab pertanyaan Kirana yang tak menyangka dirinya bisa bertemu dengan wanita yang waktu itu ditemuinya bersama Alvin."Apa istri?!" Kirana sungguh terkejut tatkala mendengar itu. Berarti wanita yang dibanggakan Alvin pada saat itu adalah istri orang. "Kalau kamu sudah punya suami mengapa waktu itu kamu…""Diam! Tutup mulutmu atau saya