Share

Bab 6 BERTEMU PRIA PENGECUT

"Kiran kamu mau kemana? Pagi-pagi sudah Rafi begini?" tanya ibu kos sembari tangan sibuk memegang pot bunga.

Kebetulan rumah Bu Kartini dekat sekali dengan kontrakkan Kirana, bahkan hanya tinggal beberapa langkah saja.

"Anu Bu, aku mau cari kerja, 'kan gak mungkin kalau aku berdiam diri mulu," sahut wanita muda berbaju merah itu menjawab.

"Memangnya kamu mau kerja apa? Kamu sanggup dengan kondisi kamu yang sedang berbadan dua ini?" tanya Bu Tini tak tega tatkala melihat perut Kirana. Walaupun memakai pakaian yang cukup besar dan longgar, akan tetapi Bu Tini bisa tau. Sebab ia pun pernah merasakan hamil sebelum akad pernikahan di masa lalu.

"Mau gimana lagi Bu, saya hidup disini cuma sebatang kara. Kalau saya tidak mencari kerja, lantas siapa yang akan menafkahi saya dan membayar kontrakan ini."

Wanita bertubuh tinggi itu mengungkapkan isi hatinya. Sebenarnya ia malas mencari kerja, apalagi dalam kondisi hamil tua. Yang kebanyakan wanita lebih banyak beristirahat, akan tetapi ini malah harus menanggung beban hidup seorang diri.

"Kalau begitu saya berangkat dulu ya Bu," pamit Kirana sembari melenggang.

"Sama-sama Kirana, kalau kamu butuh bantuan atau pertolongan,kamu hubungi ibu saja, saya khawatir dengan keadaan kamu yang sudah hamil tua begini" ucapnya menyiratkan kecemasan membuat wanita muda yang kini sedang di hadapannya tercengang.

Semenjak kecil wanita yang berstatus masih perawan ini belum pernah mendapatkan kasih sayang ataupun hanya sekedar perhatian kecil dari ibunya. Namun sekarang ia dapat dari ibu kontrakan, walaupun hanya perhatian biasa, tetapi sudah membuat hatinya mulai bersemangat seperti sedia kala.

"Terimakasih Bu," sahut Kirana sembari menatap Bu Tini dengan tatapan penuh kesedihan.

Kemudian wanita cantik itupun melenggang, kembali lagi dengan maksud pertama yaitu mencari kerja. Melanjutkan hidup dikota yang serba harus banyak uang ini ia terpaksa menjalani hidup seorang diri. Jauh dari kerabat ataupun keluarga.

Sesekali Kirana teringat sang bapak yang entah sedang apa dan bagaimana kabarnya? Akan tetapi kejadian kemarin membuatnya amat emosi dengan lancang akan menikahkan Kirana bersama Juragan Anton.

"Sudahlah aku tidak usah memikirkan semua keluargaku lagi. Papa tidak menyayangiku lagi. Mamaku sendiri tak tau dimana, haruskah nasibku sepedih ini. Beda dari orang lain yang mempunyai keluarga sempurna dan juga penuh kasih sayang." Gumamnya sambil melangkah mengarungi jalan raya yang amat ramai.

Wanita bermata sipit itu rasanya sudah lelah menjalankan hidup yang endingnya entah bagaimana. Yang jelas sekarang ia merasakan sengsara dengan mengandung tanpa perhatian seorang lelaki.

Kirana menjeda langkahnya dengan duduk dikursi yang berada di tepi jalan. Sebab kakinya terasa lelah dan juga pegal, perjalanannya pun cukup jauh, sehingga Kirana cepat merasakan kecapean.

"Sayang pokoknya kamu mau minta apapun pasti aku akan belikan, asalkan kamu harus melayaniku dan membuatku puas setiap malam, jangankan uang. Nyawa Pun pasti akan ku berikan," ucap salah seorang wanita yang sedang berdiri tak jauh dari kediaman Kirana saat ini.

Wanita muda cantik dengan rambut lurus hitam pekat berkilau, badannya pun amat bagus bak model Indonesia. Namun pria yang digandengnya tak asing sekali terlihat dari belakang postur tubuhnya. Ia tak lain adalah?

'Mana mungkin Alvin ada disini?' batin Kirana bertanya.

Mereka berdua nampak membelakangi sehingga Kirana tak mampu untuk melihat lebih jelas lagi.

Kirana hanya menghela nafas pelan, mungkin karena terlalu memikirkan seorang Alvin terus menerus akhirnya penglihatannya pun tidak normal, ia yakin bahwa pria yang menghamilinya itu tidak akan berada disini.

"Mas Alvin sekarang kita mau kemana?" tanya wanita berkulit putih itu pada seorang pria yang berada di sebelahnya.

Seketika Kirana yang sedang duduk santai pun terperanjat tatkala mendengar jika nama pria itu sama dengan pria yang sedang dicarinya.

"Tadi wanita itu bilang Mas Alvin. Apa jangan-jangan Alvin yang dia maksud adalah Alvinku?" gumam Kirana pelan.

Karena ia penasaran Kirana pun memberanikan diri untuk menghampiri dua sejoli yang saat ini membelakanginya. Mereka tak jauh dari kediaman Kirana.

Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu, seperti yang sedang gelisah dilihat dari wajah wanita cantik itu.

Kirana melangkah tergesa sebab tak sabar ingin menemui pria yang dipanggil Alvin oleh wanita yang tak dikenalnya itu.

Kirana melangkah sembari mata menatap postur tubuh pria itu dari belakang, memang sangat mirip dengan Alvin yang sedang dicarinya. Hatinya begitu yakin bahwa pria itu memang Alvin yang menghamilinya.

Tatkala akan mendekat tiba-tiba saja datang mobil mewah di hadapan mereka, mobil itu dibawa oleh lelaki paruh baya dengan memakai seragam supir. Sepertinya memang itu adalah seorang supir.

"Lama banget sih benerin mobilnya, saya 'kan mau jalan-jalan sama pacar saya," gerutu perempuan cantik itu pada supir yang masih didalam mobil.

Sepertinya mobil itu adalah mobil wanita cantik itu. Kirana hanya menyaksikan dari belakang tanpa tau wajah asli wanita dan pria yang kini berada tak jauh dari kediamannya.

"Tunggu!" seru Kirana tatkala wanita tersebut akan masuk pada mobil mewahnya diiringi pria tersebut ikut akan masuk dan menggantikan pak sopir dengan duduk di kursi depan, tepat di hadapan stir.

Lantas wanita berbaju dres mewah itupun menoleh kearah suara yang membuatnya gagal untuk masuk kedalam mobil.

Sedangkan pria bertubuh kekar itu pun menoleh ke arah Kirana, betapa ia tercengang tatakala melihat wanita yang dicampakkannya kian berada tempat yang sama.

"Ternyata dugaanku benar, kalau kamu ada disini Mas Alvin," sapa Kirana sembari mendekat.

"Anda siapa?" tanya wanita berbadan molek itu bertanya.

"Saya Kirana," ucap Kirana memperkenalkan diri.

Alvin yang berada di sebelah wanita cantik itu pun menelan ludahnya dengan susah payah. Ia begitu heran mengapa bisa dirinya harus dipertemukan dengan Kirana disaat ada pacar kaya nya.

"Saya gak kenal sama sekali dengan anda!" ketus wanita yang saat ini bersama Alvin.

"Anda mungkin tidak mengenali saya, tapi saya mengenali pria yang saat ini bersama anda," sahut Kirana pada intinya.

Alvin hanya terdiam membisu, dengan pandangan nyalang menatap Kirana.

Wajah Alvin nampak tegang sebab takut pacarnya tau kalau wanita yang saat ini di hadapannya adalah mantan pacarnya sekaligus ayah dari anak yang dikandung Kirana.

"Sayang dia siapa? Apa kamu mengenalnya?"

Alvin hanya menggeleng lemah tatkala sang kekasih bertanya terhadap wanita yang mengaku kenal dengannya.

"Jangankan mengenalinya, bertemu pun aku baru sekarang," ucap Alvin begitu angkuh meyakinkan sang pacar.

Bagai disambar petir siang bolong, hati Kirana begitu nyeri bagai ditusuk pedang panjang tembus sampai ke jantung. Tak terkira bahwa pria yang dulu berbuat manis padanya kini mengaku tak mengenali dihadapan wanita yang lebih cantik bahkan lebih modis darinya.

"Apa kamu bilang Mas, kamu tidak mengenalku hah! Dasar kamu lelaki pengecut! Lelaki bajingan yang gak tau diri! Bisa-bisanya mulutmu berkata seperti itu!"

Emosi Kirana nampak naik keubun-ubun. Tak menyangka pria yang dicintainya malah berucap yang kian membuat hatinya hancur bagai berkeping.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status