Share

3. DIPUTUSIN

last update Last Updated: 2024-04-18 20:45:49

Semuanya bermula saat suatu malam Alex tiba-tiba datang ke rumahku dengan raut muka yang terlihat syok dan panik.

Karena khawatir, aku berusaha menenangkannya seraya berkata,"Tidak biasanya kamu datang jam segini, lex? Ada apa?"

Alex tak menjawab.

Dia hanya mengangkat wajahnya lalu memandangiku dengan mata yang berkaca-kaca dan raut wajah yang di penuhi kesedihan mendalam.

Seketika itu juga aku mengerti...

Hanya satu orang saja yang bisa membuatnya bertingkah seperti ini.

"Ada apa dengan Erna, Lex?" tanyaku sambil mendekatinya perlahan.

"Dia... mutusin aku, An." Mata Alex tampak berkaca-kaca dan tangannya yang bergerak terus, menampakkan betapa gelisahnya dia.

Kontan saja setelah mendengar itu, aku terkejut bukan main. Bagaimana bisa??? Sepulang sekolah, Erna dan Alex masih terlihat sangaaat... mesra. Mana mungkin dalam waktu beberapa jam saja tiba-tiba putus?

Daripada menghabiskan waktu menduga-duga, aku memutuskan menelepon Erna. Tapi sampai beberapa kali pun aku telepon, yang terdengar hanyalah nada sibuk.

Keesokan harinya, aku yang penasaran, segera mendatangi kelas Erna, tapi ternyata dia tidak masuk sekolah. Hal tersebut berlanjut sampai tiga hari setelahnya. Aku yang tidak sabaran menunggu lagi, akhirnya memutuskan menyeret Alex, yang saat itu kelihatan stress berat, kerumah Erna. Aku kuatir jangan-jangan dia sakit atau ada hal yang buruk terjadi padanya.

Namun betapa kagetnya kami sesampainya di sana.

Rumah Erna yang biasanya megah dan indah, saat itu terlihat kotor dan tak berpenghuni. Dan yang paling mengagetkan adalah tulisan besar yang terpampang di depan rumah Erna.

RUMAH INI DI SITA DAN SUDAH MENJADI MILIK BANK

Aneh! Nggak mungkin! Ini pasti halusinasiku saja.

Semenit...

Sepuluh menit...

Hingga lima belas menit berlalu...

Tetap saja tak ada yang berubah. Tulisan besar itu masih saja ada di sana.

Kepanikan dan kebingungan yang lima belas menit lalu kurasakan, perlahan-lahan berubah menjadi kemarahan. Aku marah karena merasa dibohongi. Tidakkah sebagai sahabat, kita seharusnya saling berbagi satu sama lain. Bagaimana dia bisa menyembunyikan masalah separah itu dariku.

Bodohnya aku lupa.

Aku lupa kalau bukan hanya aku saja yang kecewa. Bukan hanya aku saja yang marah dan sakit hati. Masih ada yang jauh lebih merasa kecewa dan sakit hati.

Aku berbalik perlahan.

Kulihat Alex berdiri mematung dengan raut muka tegang dan terus memandangi tulisan di depan rumah Erna.

Perlahan aku menghampirinya. Tapi semakin aku melangkah mendekat, dia malah mundur menjauh. Dan saat aku mempercepat langkahku, dia tiba-tiba berbalik dan berlari menjauh menuju motor yang di parkirkannya di seberang jalan.

Aku ingin berlari mengikutinya.

Tapi kemudian aku menghentikan langkahku karna aku pikir Alex pasti perlu waktu menenangkan diri dan keberadaanku pasti malah membuat dia tidak nyaman.

Besoknya... Alex juga ikut-ikutan membolos. Tapi mengingat kejadian sehari sebelumnya, aku pikir sahabatku itu mungkin masih perlu waktu lebih untuk menyendiri.

Yang menjadi kekuatiranku adalah Erna. Aku coba lagi mendatangi kelasnya. Siapa tau dia sudah masuk.

Salah!

Benar-benar salah dugaanku!

Aku pikir setelah rumahnya disita bank, Erna cuma akan pindah rumah dan tetap kembali lagi bersekolah seperti biasa. Sehingga ketika diberi tau oleh wali kelasnya kalau Erna sudah berhenti dari sekolah dua hari sebelumnya, kontan saja aku tidak habis pikir. Sahabat yang aku kira kukenal dekat luar dan dalam, tapi ternyata... menyimpan banyak kejutan yang tak pernah aku duga sebelumnya.

Kemarahanku lenyap...

Yang merayap di hati dan pikiranku saat itu adalah rasa kehilangan yang mendalam.

Sahabat yang selama ini selalu menceritakan semua rahasianya padaku, tiba-tiba pergi tanpa memberi penjelasan sedikit pun. Bagaikan orang yang ditelan 'lubang hitam', keberadaan Erna tiba-tiba lenyap dari sisiku.

Tidak ada lagi orang yang akan mendengarkan ceritaku, menertawakan leluconku, dan menasehatiku jika aku mulai membuat masalah.

Benar-benar kejam.

Tidakkah aku berhak mendapatkan penjelasan?! Apakah keberadaanku tidak penting baginya?

Tak terasa aku mulai menangis tersedu-sedu di bangku kelasku. Aku menangis terus sampai mataku terasa perih dan panas seperti terbakar. Sebenarnya, aku benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu dengan menangis saja. Aku ingin pergi mencari Erna, tapi aku bingung harus mencari ke mana.

Saat itulah aku baru terpikir Alex. Dia pasti belum tau tentang keluarnya Erna dari sekolah. Aku harus memberitahunya sepulang sekolah. Dengan begitu, aku bisa bersama-sama dia mulai mencari informasi tentang keberadaan Erna.

Sesampainya di rumah Alex, aku langsung berlari ke kamar Alex di lantai atas. Aku hampir setiap hari main ke rumah Alex, jadi sudah dianggap seperti anggota keluarga yang tak perlu permisi-permisi lagi jika masuk ke dalam.

Sayangnya aku tidak menemukan dia di kamarnya. Aku lantas mencarinya di ruang belajar, ruang musik, dan ruang makan tapi aku tetap tidak menemukannya. Akhirnya aku memutuskan ke dapur untuk bertanya pada pembantu Alex sambil mengambil segelas air untuk menghilangkan rasa hausku akibat mondar-mandir mencari sahabatku itu.

"Halooo... mbak Sari. Apa kabarrr??? Tambah cantik saja," sapaku seperti biasa.

"Lho, Non kok ada di sini?"

"Biasaaa... mbak. Nyariin Alex. Dia dimana sih mbak? Dari tadi dicariin kok nggak nongol-nongol? Pergi ya dia?" cerocosku sambil meneguk air yang baru aku ambil dari lemari pendingin.

"Ya ampun... berarti Non nggak tau to," serunya sambil seketika wajahnya di liputi kesedihan.

"Tau apa mbak?" Perasaanku mulai nggak enak.

"Mas Alex kecelakaan kemaren, Non. Motornya nabrak pembatas jalan. Sekarang masih dirawat di rumah sakit. Lukanya parah lho!"

Aku masih tak bisa mempercayai pendengaranku. Semuanya terjadi terlalu beruntun dan terlalu mengejutkan sehingga terkesan seperti sinetron.

"Sekalian aja Non kesana, soalnya Pak Tino mau kesana juga nganterin baju-baju Nyonya."

Perasaanku benar-benar campuk aduk. Belum lagi hilang keterkejutanku karena perginya Erna, sekarang aku harus dikejutkan lagi dengan berita kecelakaan Alex.

Sahabat macam apa aku ini. Jelas sekali dari hari pertama Alex datang padaku dengan raut wajah yang kalut dan frustasi. Seharusnya, aku tak meninggalkannya sendirian dan hanya larut pada kesedihanku sendiri.

Parahnya lagi, setelah dari rumah Erna kemarin, aku terlalu menyepelekan luka di hati Alex. Aku bahkan tak meneleponnya dan tak menanyakan kabarnya. Aku pikir Alex bisa mengatasi ini sendirian tanpa bantuanku. Nyatanya, bocah itu malah menabrakkan dirinya sendiri dan menambah daftar kekhawatiranku sekarang.

Saat kami sampai di rumah sakit, ketakutan mulai merayap di benakku. Suasana di rumah sakit yang muram dan bau-bau obat-obatan di sana, membuatku berpikiran yang tidak-tidak. Berlebihan memang... tapi aku benar-benar ketakutan.

Bagaimana jika Alex jadi cacat? Bagaimana pula jika dia meninggal? Bagaimana jika...

Bagaimana jika cacatnya sedemikian parahnya dan membuatnya tak bisa bergerak dan tak bisa menyapanya lagi. Selamanya!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   34. AKU BISA PECAT KAMU!

    “Gimana hasilnya? Berhasilkah misi yang kuberikan?”tanya Erick pada saat aku baru saja sampai. Dia tampaknya sudah menungguku di dapur sedari tadi sambil mempersiapkan bahan-bahan apa saja yang akan dipakai hari ini. “Kayaknya sih enggak. Masih aja marah-marah terus kerjaannya. Malah tambah parah tingkat marah-marahnya sekarang.” Erick tersenyum mendengar jawabanku. “Justru bagus itu. Artinya dia bereaksi terhadap kamu dan malah lebih intens dari semula. Sudah siap kalau gitu untuk misi yang kedua.” “Misi kedua? Apa memangnya?”tanyaku penasaran. Bisa aja nih bocah nyiptain misi-misi seperti ini, pikirku. “Rayu dan campakkan!”jawabnya singkat tanpa penjelasan apapun.  “Ha? Apa maksudnya ‘rayu dan campakkan’?” “Ya sama seperti kata yang kau dengar itu maksudnya. Aku mau kau merayunya terus dan waktu dia mulai mengikuti rayuanmu dan terperangkap di dalamnya, kejutkan dia dengan penolakan. Buat dia semakin bingung, semakin pena

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   33. ISTRIKU TERNYATA GALAK

    "Pak, kalau ada masalah itu bisa diselesaikan baik-baik. Jangan main tangan kayak gini dong! Saya juga bisa pak, kalau main pukul!" Kelihatan sekali tampang bapak itu ingin menantangku. Dia maju selangkah mendekatiku dan tangannya meraih bagian depan kemejaku dan mencengkramnya."Kamu lihat dulu anakku, baru kau bisa komentar kayak gitu! Lihat itu badan anakku bentol-bentol semua gara-gara alergi. Kan sudah aku wanti-wanti dari awal kalau makanannya jangan ada udangnya. Anakku nggak bisa konsumsi makanan apapun yang memakai udang di dalamnya. Tapi lihat ini, saus yang dibawa pelayanmu ini ada udangnya. Dan anak saya sudah terlanjur memakannya. Untung saja baru sedikit masuk ke mulutnya. Kalau sampai kami nggak curiga dan memeriksanya tadi, anak saya pasti sudah memakannya semua dan langsung mengalami shock. Kalian tau alergi yang parah bisa mengakibatkan kematian! Dan sedikit saja, nyawa anak saya hampir terancam. Itu gara-gara keteledoran kalian!"bentaknya sambil menunjuk

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   32. TAMPARAN DI PIPI

    ALEX’S POINT OF VIEWTak pernah sebelumnya, aku membayangkan akan menikah dengan paksaan seperti ini. Jaman sudah modern dan seharusnya tak ada lagi jenis pernikahan yang seperti ini. Tapi ya… di sinilah aku, menjadi salah satu korban dari sebuah pernikahan konyol, yang direncanakan orang tuaku dengan si iblis rakus, Anna Karenina. Ditambah lagi, saat teman-teman kuliah datang dan menggodaku waktu berada di pelaminan. Mereka sama sekali tak tahu kalau aku menikah karena dijodohkan. Pikir mereka aku dan Anna menikah karena sama-sama cinta. Itulah yang membuatku geram. Masalahnya, sepanjang pesta, mereka memaksaku untuk berfoto bersama istriku dengan pose-pose mesra yang diarahkan oleh mereka. Aku disuruh meluk Anna lah, nyium pipi dan keningnya lah, dan semua pose-pose yang membuatku ingin menendang mereka semua. Aku tau mereka sengaja mengerjai aku. Masalahnya, mereka nggak tau perasaanku sebenarnya. Dikiranya aku suka apa meluk-meluk sama nyium Anna?!

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   31. DIPERLAKUKAN BURUK OLEH SUAMI

    Alex mengekoriku dari belakang dan menarik tanganku seketika. Tubuhku langsung tersentak ke arahnya dan mendarat tepat di lengannya. “Apa-apaan sih, lex?! Lepas! Tanganku sakit,” teriakku sambil mencoba menarik tanganku kembali. “Aku nggak akan lepaskan tanganmu kalau kau masih belum menarik keputusanmu itu. Gila apa kamu, berani-beraninya ingin bekerja di restoranku! Mau cari gara-gara ya. Mentang-mentang kamu tau Erna juga bekerja di sana!” amuk Alex dengan kasar. Wajahnya terlalu dekat dan cengkramannya pada tanganku pun semakin kuat terasa. “Kenapa harus bertanya lagi. Bukannya kamu tau kalau aku menikahimu karna memang mau memisahkanmu dari Erna?! Jadi ya suka atau tidak, kau harus siap melihatku sebulan lagi berkeliaran di restoran yang kau agung-agungkan itu. Aku ingin lihat, apa teman kencanmu itu masih bisa bertingkah, kalau aku ada di sana?!” Kemarahan di mata Alex semakin menyala. Dia bahkan terlihat seperti akan memakanku hidup-hidup. Mata h

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   30. SERUMAH DENGAN SUAMI GALAK

    Paginya aku dibangunkan oleh nada dering ponsel yang sejak tadi berbunyi terus. Ingin sekali aku tak menghiraukannya karna masih mengantuk. Tapi karna deringnya berbunyi terus menerus tanpa ampun dan memekakkan telingaku, terpaksa aku mengulurkan tanganku dan meraih ponsel yang berada di atas meja lampu, di samping ranjang. Mataku terbelalak saat melihat nama mertuaku di layar ponsel. Entah kenapa, aku merasa ada hal yang buruk terjadi saat menerima panggilan mertuaku kali ini. Segera aku menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.Nada suara mama mertuaku itu saat panggilan tersambung, terdengar seperti nada orang yang sedih dan khawatir. “Anna… kamu kenapa nggak terus terang sama mama? Kenapa nggak bilang kalau Alex nggak tinggal sama kamu di Bali? Ya ampun, An… kalau ada hal seperti ini, jangan disembunyikan dari papa mama. Jangan disimpan sendiri.”Aku tak menyangka mama mertuaku ini bisa mengetahui hal memalukan ini. Padahal aku sudah dengan h

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   29. WANITA DALAM PELUKAN SUAMIKU

    Masih jam lima sore dan aku sudah kehabisan ide untuk melakukan apa saja di kamar sendirian. Kakiku sih sudah agak mendingan setelah dikompres dan diberi balsam. Tapi untuk keluar sendiri sore-sore begini untuk mengelilingi sekitar daerah sini, aku tak begitu berani. Takutnya nanti nyasar nggak bisa balik ke hotel gimana.  Mungkin lebih baik aku turun ke bawah, ke restoran hotel dan makan malam di sana. Sekalian biar ganti suasana. Bosan soalnya diam terus di dalam kamar. Siapa tahu nanti makanan yang disajikan jauh lebih enak dari yang aku pesan kemarin. Setelah mandi dan merapikan barangku, aku keluar dari kamarku dan langsung masuk ke dalam lift. Aku memeriksa penampilanku di depan cermin besar yang ada di dinding lift. Pintu lift terbuka saat sudah sampai di lantai yang kutuju. Dengan girang, aku melangkahkan kakiku keluar. Tapi, betapa kagetnya aku saat berpapasan dengan Alex dan Erna pas keluar dari lift. Pria yang sebenarnya adalah suamiku itu, m

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   28. DIGENDONG PRIA LAIN

    Busyet! Orang ini jalannya cepat sekali. Manalagi tadi saat mengejar maling kakiku terkilir, jadi sekarang dibuat jalan cepat kayak gini rasanya jadi sakit banget. Menyesal aku tadi pakai sepatu yang ada haknya, jadi malah memperparah rasa sakit yang ada di pergelangan kakiku. Ngapain juga aku sok-sokan dandan pakai sepatu cantik yang senada dengan baju yang aku pakai. Toh tak ada yang memperdulikan penampilanku di sini.  Hasilnya, jadi gini kan. Kaki uda mau patah rasanya. Jalanpun jadi nggak nyaman banget, sampai-sampai terkadang terpincang-pincang saat mengikuti cepatnya jalan si bule ini. Dia sih enak, posturnya tinggi, jadi bisa jalan lebih cepat. Lagipula, kakinya nggak cidera, jadi enak saja jalan tanpa beban.  Setelah lebih dari sepuluh menit kami berjalan, sampailah kami di sebuah restoran Prancis yang bernama ‘Le Ciel’, yang berarti 'Surga'. Restorannya sedikit lebih kecil daripada restoran Alex, tapi suasana di dalam restorannya benar-benar nyaman dan

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   27. SEMEJA DENGAN PRIA ASING

    Bila hati sudah tercabik-cabik, keindahan macam apapun tetap takkan bisa mengubah keadaan. Aku tahu bahwa kamar yang disewa mertuaku ini termasuk mewah, indah dan lengkap dengan fasilitas yang super fantastis. Mataku tau itu. Tapi masalahnya hatiku sama sekali tak tertarik. Aku hanya memandang sekilas desain hotel yang unik itu dan tak begitu tertarik lagi. Hatiku sakit, bahkan sekarang badanku pun ikut-ikutan nyeri. Kepalaku begitu berdenyut-denyut seperti mau pecah rasanya. Tak kuat lagi untuk membongkar isi koper yang aku bawa, kubaringkan saja tubuhku di ranjang yang super besar itu sambil menatap nanar ke arah jendela yang ditutupi tirai besar nan berat berwarna merah maroon itu. Entah apapun yang ada di dunia luar saat ini, aku tak tahu dan aku tak peduli. Yang pasti takkan sememuakkan yang kualami hari ini. Mungkin lebih baik aku tidur. Mungkin dengan itu aku bisa merasa lebih baik dan melupakan semuanya. Semoga saja ketika aku bangun nanti, semua ingatan

  • WANITA SIMPANAN MILIK SUAMIKU   26. BULAN MADU YANG MENYAKITKAN

    Kuangkat gaunku yang basah tinggi-tinggi saat membuka pintu dan masuk ke dalam. Aku nggak mau air yang menetes dari gaunku mengenai lantai. Yah... memang nggak terlalu berguna karna baru saja aku melangkah ke dalam, lantai rumah itu jadi becek dan kotor seketika. Kakiku yang tak beralas kaki waktu berjalan di jalanan lah yang menyebabkan itu. Bodohnya, aku lupa hal itu dan masuk saja.Nanti saja aku pel lagi, pikirku sambil terus berjalan masuk dan naik ke lantai atas menuju kamar Alex. Saat itulah, aku melihat koper-koperku yang diletakkan begitu saja di luar, di samping pintu kamar Alex. Bocah itu rupanya mengeluarkan lagi barang-barangku dari kamarnya. Kurang ajar! Tak hanya aku, dia juga jijik rupanya dengan barang-barangku. Kuangkat koper itu dengan sedih dan bermaksud membawanya masuk ke dalam, tanpa sepengetahuan si setan itu. Sial! Pintunya ternyata dikunci dari dalam. Alex belum selesai menghukumku rupanya hari ini. Kali ini dia bahkan tak memperbolehkanku masuk ke ruangann

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status