Akhirnya Nick mendapat data Mela dari dokter Feni selaku dokter kadungannya, dan sekaligus sahabat baik Frans.Meskipun awalnya dokter Feni tidak ingin memberi data pasiennya tersebut karena itu termasuk rahasia pasien.Tapi setelah mengetahui kenapa Nick ingin mendapatkan salah satu data pasiennya. Dengan terpaksa dokter Feni memberi tahu pada Nick data pasiennya tersebut.Tidak menunggu waktu lama, keesokan paginya. Nick langsung menuju alamat wanita yang sedang ia cari sesuai data yang diberikan oleh dokter Feni.Namun, ketika sudah tiba di alamat tersebut membuat Nick bingung.Kemudian ia menoleh pada Frans yang dengan suka rela menemani sahabatnya tersebut, ingin menemui wanita yang sedang mengandung anak Nick."Frans, apa Feni membohongi aku?" tanya Nick. Karena alamat yang di berikan oleh Feni, adalah rumah kosong yang sudah tidak terawat."Tidak mungkin Feni melakukan hal itu Nick." sahut Frans."Tapi lihatlah, rumah ini rumah kosong. Tidak mungkin dia akan tinggal di rumah s
Vian yang baru akan mulai melakukan rapat di perusahaan tempatnya bekerja, segera berpamitan pada pemimpin rapat. Setelah mendapat kabar jika Mela mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit.Setelah memarkirkan motornya di tempat parkir rumah sakit sederhana dimana Mela berada.Bergegas Vian langsung menuju ruang bersalin rumah sakit tersebut.Tentu saja ruang bersalin, dimana Mela sedang menjalani kuretase dadakan, karena dalam kecelakaan yang dialaminya, Mela mengalami keguguran.Vian menghela nafasnya panjang, setelah menghentikan langkahnya tidak jauh dari ruang bersalin.Lalu melangkahkan kakinya kembali mendekati Sasa yang sedang duduk di salah satu kursi tidak jauh dari ruang bersalin."Sa, apa yang terjadi?" tanya Vian pada Sasa.Dimana sahabat Mela tersebut, satu tangannya di lilit oleh kain perban. Bukan hanya itu saja, di bagian wajahnya juga terdapat beberapa luka yang sudah di bersihkan."Mobil Mela blong Vi, terpaksa dia membanting setir dan menabrakkan mo
Mami Julia begitu senang, mendapat bukti jika wanita yang sedang mengandung benih sang putra, kini sudah mengalaminya keguguran.Terlebih lagi mami Julia mendapati sendiri, hari ini Nick benar-benar tidak mengalami muntah-muntah dan pusing lagi karena kehamilan simpatik yang dialaminya akhir-akhir ini. Setelah kemarin, Madam memberi kabar tentang keguguran Mela.Nick juga heran, kenapa pagi ini dirinya merasa sangat baik. Tidak seperti hari-hari sebelumnya.Senyum terus terukir dari kedua sudut bibir mami Julia sambil menatap pada sang putra, ketika sedang berada di meja makan untuk menikmati menu sarapan.Senyum kebahagiaan, karena tidak ada lagi penghalang yang akan merusak rumah tangga Nick dan juga Valen.Nick yang melihat sang mami terus mengukir senyum, tidak seperti biasanya, merasa aneh. "Mi, ada apa?" tanya Nick pada mami Julia."Kamu masih bertanya? Tentu saja mami bahagia, karena akhirnya kita bisa sarapan bersama, iya kan, Len?" Mami Julia mengalihkan tatapannya pada san
Melihat pria yang terakhir kalinya menghabiskan malam dengannya.Tatapan Mela tidak lepas dari pria itu. Dimana Nick kini berjalan mendekati wanita yang ia tahu sedang mengandung anaknya.Melihat Mela dan juga pria yang baru masuk ke dalam ruang perawatan tersebut, saling pandang.Sasa yang masih berdiri di samping Mela, kini menyenggol lengan sahabatnya tersebut. "Mel, apa kamu mengenal pria itu?" Mela menoleh pada Sasa, setelah tatapannya bertemu dengan tatapan Nick."Tidak, aku tidak mengenal pria itu. Lebih baik kita pulang sekarang." jawab Mela.Tentu saja Sasa tidak percaya pada jawaban sang sahabat, tidak mungkin jika Mela tidak mengenal pria tersebut."Tapi kenapa dia masuk ke ruangan kamu?" tanya Sasa yang masih penasaran."Mana aku tahu, kamu tanya saja padanya." jawab Mela dengan ketus.Sekarang Sasa menatap pada pria yang menurutnya begitu tampan, dan Sasa yakin pria tersebut bukanlah pria sembarangan, terlihat dari pakaian yang dikenakannya."Anda siapa?" tanya Sasa memb
Mela terus berada di sisi Vian, dan terus menguatkan kakak tirinya tersebut, setelah kehilangan mama Mira untuk selamanya.Dimana mama Mira yang sudah sakit sakitan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit ketika sedang mendapat perawatan intensif."Mel, maafkan mama," ucap Vian ketika keduanya sedang duduk di ruang tamu, rumah yang selama ini ditempati mendiang mama Mira dan juga Vera. "Aku tahu mama–""Vi, sudahlah jangan bahas tentang masa lalu, aku sudah melupakan semuanya," Mela memotong perkataan Vian, tahu apa yang akan kakak tirinya tersebut katakan. Jujur bagi Mela pernah menaruh dendam pada mana Mira setelah apa yang di lakukan dulu padanya.Namun, Mela perlahan membuang dendam itu ketika melihat betapa menyedihkannya mama Mira dalam keadaan sakit parah.Mungkin Tuhan–lah yang sudah membalas perlakuan mama Mira pada Mela dulu. Karena apa yang kita tanam itulah yang akan kita petik.Jadi, jadilah manusia yang baik, agar kita memetik buah kebaikan.Vian yang duduk tepat disam
Setelah berpikir matang, Mela yang tidak jadi bekerja di sebuah kafe tidak jauh dari kantor tempat Sasa bekerja, karena lowongan kerja itu sudah terisi dengan orang lain, setelah Mela mengalami kecelakaan.Mela akhirnya menerima tawaran dari Vian, bekerja di perusahaan dimana kakak tirinya itu bekerja, untuk menjadi sekretaris pengganti pemilik perusahaan yang akan cuti melahirkan.Meskipun Mela menyadari jika dirinya tidak sama sekali memiliki pengalaman bekerja sebagai sekretaris.Tapi Vian yang bekerja menjadi top manager di perusahaan tersebut, mau membimbing Mela untuk menjadi sekretaris yang handal.Terlebih lagi sekretaris yang lama juga belum cuti, dan masih bisa mengajari Mela.Mela diam terpaku di tempatnya, setelah masuk ke dalam ruang kerja pemilik perusahaan dimana ia akan menjadi sekretarisnya.Karena ternyata pemilik perusahaan tersebut adalah pria yang telah menghabiskan malam dengannya."Pak, apa Bapak sudah mengenal sekretaris baru ini?" tanya Nadin pada Nick.Setel
Sepertinya Mela membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenal pekerjaan barunya tersebut.Pasalnya sudah sejak tadi Nadin memberi tahu apa saja pekerjaannya, hanya sepuluh persen yang masuk ke dalam otak Mela.Nadin menepuk bahu Mela ketika keduanya sudah duduk di kursi kerjanya, setelah Nadin menunjukkan ruang rapat di kantor tersebut.Karena ruangan itu adalah ruangan yang sering Nadin habiskan, untuk mengatur jadwal rapat Nick yang rutin di lalukan."Sabar, belum ada sehari kamu bekerja. Wajar jika kamu belum menguasai semuanya," ujar Nadin menyemangati Mela"Tapi mending, kamu sudah tahu sedikit apa yang haru kamu lakukan, dulu saat aku baru bekerja disini, sebulan aku baru paham,"Mela hanya mengangguk sambil mengukir senyum."Oh ya Mel, sebelumnya kamu bekerja dimana?"Mendengar pertanyaan Nadin, Mela pun menoleh padanya. "Belum pernah bekerja," bohong Mela, tidak mungkin ia akan mengatakan jika sebelumnya jadi wanita penghibur."Aku tahu, pasti pak Vian melarang kamu bekerja
Benar saja, akhirnya Mela yang mengendarai mobil ke lokasi dimana Nick akan menemui klien barunya.Tentu saja Mela terus bertanya-tanya dalam benaknya, mana mungkin Nick tidak bisa mengendarai mobil, yang terdengar begitu mustahil baginya.Namun, Mela enggan untuk menanyakan dengan detail mengenai hal tersebut pada Nick, dimana atasannya itu duduk di kursi belakang.Dan kali ini Mela benar-benar menjadi seorang supir.Sesekali Mela menatap jok belakang dari kaca spion dalam, dimana Nick duduk Dan Nick sedang fokus menatap layar tablet, untuk melihat berkas yang tadi Mela siapkan sebelum pergi menemui kliennya.Wangi, tubuh proposional, tampan, berkharisma, itu yang Mela lihat dari Nick.Bukan hanya itu, tapi Mela mengingat lagi betapa perkasanya pria tersebut diatas ranjang, dan baru malam itu Mela merasakan nikmat yang sungguh luar biasa, saat melakukan hubungan badan.Mela kembali fokus ke jalanan yang dilaluinya, ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Nick dari kaca spion."Baru