Accueil / Fantasi / WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI / Bab 5 – Bayangan Nefarion

Share

Bab 5 – Bayangan Nefarion

Auteur: Denz Wahyu
last update Dernière mise à jour: 2025-09-10 19:28:10

Langit malam di atas Asteria tak lagi sama. Bintang-bintang tampak redup, seolah ketakutan pada sesuatu yang mengintai dari kegelapan.

Jauh di utara, di sebuah dataran tandus yang dikenal sebagai Lembah Bayangan, kabut hitam menyelimuti tanah. Di tengahnya berdiri sebuah menara raksasa yang retak-retak, dikelilingi pusaran energi gelap. Udara bergetar, dan suara berbisik menggema di antara bayangan.

Di dalam menara itu, puluhan Wraith melayang tak tenang, menunggu perintah. Mereka meringkuk ketika sebuah suara berat mengguncang ruangan.

"Sudah terlalu lama… Tapi akhirnya, segel itu mulai melemah."

Suara itu berasal dari singgasana batu hitam yang menjulang tinggi. Di sana duduk sosok besar dengan tubuh dibalut bayangan. Matanya merah menyala, penuh kebencian dan haus darah. Dialah Nefarion, Raja Kegelapan.

Meski tubuhnya belum sepenuhnya utuh, kekuatannya sudah cukup untuk membuat tanah bergetar hanya dengan desah napasnya.

Sosok berkerudung hitam maju dan berlutut di hadapannya. “Tuanku… tanda cahaya telah terlihat di Liora. Pewaris Solis telah bangkit.”

Mata Nefarion menyala lebih terang. “Jadi… cahaya itu berani muncul lagi.” Suaranya rendah, namun menggetarkan udara. “Aku sudah menunggu saat ini. Para pewaris mulai bangkit, dan itu berarti waktuku semakin dekat.”

Ia berdiri, bayangannya menjalar hingga menutupi dinding menara. “Kirim pasukan. Hancurkan desa itu. Tangkap pewarisnya hidup-hidup. Aku ingin meremukkan mereka dengan tanganku sendiri ketika tubuhku sudah kembali sempurna.”

“Seperti yang kau perintahkan, Tuanku,” jawab sosok berkerudung itu, lalu menghilang dalam kabut.

Nefarion mengangkat tangannya, dan pusaran energi hitam muncul di telapak tangannya. “Para Dewa dulu mengurungku, tapi sekarang mereka sudah hilang. Dunia ini tak lagi punya pelindung… hanya anak-anak yang mewarisi sisa kekuatan mereka. Dan mereka akan belajar… bahwa cahaya tidak pernah bisa bertahan lama di hadapan kegelapan.”

Tawa mengerikan menggema, mengguncang menara hingga batu-batunya runtuh.

---

Sementara itu, jauh di selatan, Ardyn dan Selene sedang berjalan meninggalkan desa Liora. Ardyn masih mengenakan pakaian sederhana, membawa tas kecil berisi bekal. Selene berjalan di depannya dengan langkah ringan, seakan tahu arah meski tanpa peta.

“Ke mana kita sebenarnya?” tanya Ardyn, memecah keheningan.

“Ke timur,” jawab Selene singkat. “Di sana ada tanda lain yang mulai bangkit. Kalau kita beruntung, kita bisa menemukan pewaris berikutnya sebelum kegelapan menemukannya.”

Ardyn menelan ludah. “Jadi… ada orang lain sepertiku?”

“Enam lainnya,” kata Selene. “Masing-masing mewarisi kekuatan Dewa. Angin, air, tanah, api, bayangan, dan waktu. Kau adalah cahaya yang akan memimpin mereka. Tapi jangan salah… tanpa mereka, kau tidak akan cukup kuat untuk menghadapi Nefarion.”

Nama itu membuat Ardyn bergidik. “Nefarion… apakah dia benar-benar sekuat itu?”

Selene berhenti sejenak, menatap ke arah pegunungan yang jauh. Angin malam bertiup, membawa hawa dingin. “Dia bukan hanya kuat. Dia adalah kehancuran itu sendiri. Waktu itu, tujuh Dewa harus berkorban hampir seluruh kekuatan mereka hanya untuk mengurungnya. Jika ia bangkit kembali sekarang, tanpa para Dewa… dunia ini tak punya harapan.”

Ardyn menunduk, hatinya berdebar kencang.

Namun sebelum ia sempat menjawab, tanah di bawah mereka bergetar. Suara raungan datang dari balik hutan di depan. Pohon-pohon berguncang, dan kabut hitam mulai merembes keluar.

Selene segera menghunus busurnya, cahaya biru terbentuk lagi di tangannya. “Mereka sudah menemukannya…”

Ardyn merasakan tanda di tangannya kembali berdenyut, panas. Cahaya samar mulai keluar, meski tubuhnya masih lemah. Ia menatap Selene dengan cemas. “Apa itu… Wraith lagi?”

Selene mengangguk, matanya tajam. “Bukan hanya Wraith biasa. Itu adalah utusan Nefarion. Mereka datang untukmu, Ardyn.”

Dari balik kabut, puluhan Wraith muncul, lebih besar dan lebih mengerikan daripada semalam. Mata mereka merah, tubuh mereka lebih padat, dan raungan mereka membuat udara bergetar.

Ardyn menggenggam tangannya, cahaya emas mulai muncul di telapak tangannya. Meski ketakutan, ada sesuatu di dalam dirinya yang menyala.

Ia tahu—ini baru permulaan.

---

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 80 – Takhta Cinta dan Kekuasaan

    Langit istana tampak megah, dihiasi matahari pagi yang sinarnya masuk melalui jendela-jendela tinggi, menyoroti ukiran naga emas di dinding aula utama. Dentuman genderang menggema di seluruh penjuru, menandai hari yang akan dicatat dalam sejarah kekaisaran.Hari itu adalah hari penentuan—bukan hanya bagi kerajaan, tetapi juga bagi Selir Arunika, wanita yang telah melewati lautan pengkhianatan, badai intrik, dan luka hati yang nyaris mematahkan langkahnya.Namun, dari semua kepedihan itu, ia bangkit. Hari ini, ia berdiri di ambang takhta sebagai sosok yang berbeda: bukan lagi seorang selir yang rapuh, melainkan wanita kuat yang telah membuktikan bahwa cinta dan pengabdian bisa lebih kokoh dari pedang tajam dan racun licik.---Aula PenobatanKaisar Adhyatma duduk di atas singgasana naga, dengan jubah emasnya berkilau. Wajahnya tegas, namun matanya melunak ketika pandangannya jatuh pada sosok Arunika yang berjalan perlahan memasuki aula.Arunika mengenakan busana merah marun dengan bord

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 79 – Dunia yang Berubah

    1. Keheningan Setelah BadaiUntuk sesaat, ruangan inti sunyi. Tidak ada lagi jeritan, tidak ada lagi gemuruh retakan. Hanya ada suara napas berat dari Ardyn, Selene, Lyra, dan Kael yang masih berusaha berdiri setelah pertempuran panjang.Kristal inti Simfoni Abadi kini berwarna emas bercampur hitam, berdenyut dengan ritme baru. Setiap denyutan mengirimkan gelombang ke seluruh dunia, dan mereka semua bisa merasakannya—seperti detak jantung yang menyatu dengan bumi itu sendiri.Ardyn menatapnya dalam diam. Tangannya masih gemetar setelah menyatu dengan inti, tapi ada ketenangan aneh di hatinya. Apakah ini benar-benar berhasil… atau justru awal dari bencana baru?2. Langit yang BerubahTiba-tiba, seluruh ruangan bergetar. Dinding-dinding batu retak, dan cahaya dari inti menembus ke langit di atas.Mereka berlari keluar dari reruntuhan. Saat sampai di luar, mereka semua terdiam.Langit berubah. Bintang-bintang yang semula tetap kini berkilau dengan warna berbeda. Bulan retak tipis, mengel

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 78 – Getaran Tak Terkendali

    1. Kristal yang RetakRuangan yang semula hening kini dipenuhi getaran aneh. Kristal inti Simfoni Abadi berdenyut semakin cepat, bukan lagi dengan nada lembut, melainkan nada yang patah-patah, sumbang, dan menusuk telinga.“Tidak mungkin…” Selene mendekat, matanya membelalak. “Kristal ini… retak!”Benar saja, dari permukaan kristal mulai muncul garis retakan bercahaya. Setiap kali retakan itu melebar, terdengar suara seperti jeritan seribu jiwa.Lyra mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. “Ini bukan kemenangan… kita hanya membangunkan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.”Kael menggeram, menahan luka di dadanya. “Jadi apa? Setelah semua yang kita lalui, ternyata musuh kita bukan bayangan itu, tapi inti dunia sendiri?”Ardyn menatap kristal itu dalam diam. Hatinya bergetar oleh nada sumbang yang keluar. Bukan sekadar suara… tapi seolah ada suara-suara berbisik di dalam kepalanya.“Kau bukan penyelamat… kau hanya pion…”“Harmoni tak pernah membutuhkanmu…”“Biarkan dunia tenggelam, kau

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 77 – Pertarungan Nada yang Retak

    1. Jantung DuniaBegitu mereka melewati gerbang cahaya, pandangan mereka disambut oleh ruang luas tak terbayangkan.Dindingnya bukan dari batu, melainkan cahaya murni yang bergerak seperti aliran aurora. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah kristal raksasa—berbentuk bulat, berdenyut perlahan seperti jantung. Setiap denyut mengeluarkan nada lembut, seperti nyanyian ibu meninabobokan bayi.“Itu… inti Simfoni Abadi,” bisik Selene. “Sumber yang menjaga keseimbangan dunia.”Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Bayangan berjubah hitam yang mengikuti mereka masuk kini melayang ke depan kristal, seolah hendak mengklaimnya. Nada yang keluar dari tubuhnya berlawanan dengan kristal itu—bukan harmoni, melainkan raungan cacat, nada fals yang menusuk telinga dan hati.Lyra menutup telinganya dengan kedua tangan, wajahnya meringis. “Nada itu… seperti duri yang menusuk jiwaku…”Ardyn melangkah maju, menatap sosok itu dengan sorot tajam. “Kalau dia berhasil menguasai inti ini, dunia akan tenggela

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 76 – Inti Simfoni

    1. Tangga EmasTangga emas yang mereka pijak terasa hangat, seolah hidup. Setiap langkah memunculkan gema nada—bukan gema suara kaki mereka, melainkan nada lembut seperti gesekan harpa.“Ini…” Lyra menatap sekeliling dengan mata berbinar meski wajahnya masih lelah. “Tangga ini bernyanyi.”Ardyn mengangguk pelan, jantungnya ikut bergetar. “Bukan tangga biasa. Ini bagian dari Simfoni itu sendiri. Kita sedang berjalan di atas harmoni dunia.”Kael mendengus. “Lalu kalau kita jatuh, apakah dunia ikut pecah?”Selene meliriknya tajam. “Kalau kau jatuh, aku pastikan dunia tetap baik-baik saja.”Meski penuh luka, mereka masih sempat saling menyindir—mungkin itulah satu-satunya cara agar hati mereka tidak runtuh sebelum sampai ke tujuan.2. Gerbang HarmoniSetelah entah berapa lama, mereka tiba di puncak. Sebuah gerbang raksasa berdiri di depan mereka, terbentuk dari cahaya murni. Bentuknya menyerupai dua sayap yang merentang, seolah hendak menutup atau membuka dunia.Di tengah gerbang itu, ter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 75 – Jantung Kuil

    1. Ruang Berlapis CerminSetelah melewati lorong ilusi, mereka tiba di sebuah aula bundar. Dindingnya penuh cermin raksasa, memantulkan cahaya emas dan bayangan mereka sendiri dari berbagai sudut.Udara di ruangan itu sangat berat, seolah menekan dada. Setiap langkah bergema panjang, seperti gema itu ingin meniru suara hati mereka.“Tempat ini…” Lyra berbisik. “Seperti… jantungnya kuil.”Ardyn mengangguk, tangannya menggenggam erat pedangnya. “Ini pasti lapisan terakhir sebelum inti Simfoni Abadi. Kita harus berhati-hati.”Namun sesuatu terasa salah. Pantulan di cermin tidak bergerak sesuai gerakan mereka.2. Bayangan HidupTiba-tiba, salah satu bayangan Selene di cermin tersenyum licik—padahal Selene asli tidak tersenyum. Dalam sekejap, bayangan itu keluar dari cermin, tubuhnya membentuk doppelgänger yang identik.Begitu juga dengan Lyra, Kael, dan bahkan Ardyn.Dalam hitungan detik, mereka sudah berhadapan dengan diri mereka sendiri.Kael menyeringai getir. “Sudah kuduga… akhirnya s

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status