Home / Fantasi / WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI / Bab 4 – Rahasia yang Tersembunyi

Share

Bab 4 – Rahasia yang Tersembunyi

Author: Denz Wahyu
last update Last Updated: 2025-09-10 19:25:53

Matahari pagi menyinari desa Liora, tapi cahayanya tak sanggup menghapus jejak kegelapan yang terjadi semalam. Asap masih mengepul dari rumah-rumah yang terbakar, dan tangisan terdengar dari sudut-sudut desa.

Ardyn terbangun di dalam sebuah pondok sederhana. Kepalanya berat, tubuhnya lemah, seolah semua tenaga telah disedot habis. Ia mengerang pelan, lalu mencoba bangkit.

“Jangan memaksa dirimu.”

Suara itu datang dari sudut ruangan. Ardyn menoleh dan mendapati wanita misterius itu duduk di kursi kayu, menatapnya dengan mata biru tajam. Rambut hitam panjangnya tergerai, dan busur cahaya yang semalam ia gunakan kini tak terlihat.

“Kau…” Ardyn berbisik. “Kau yang menyelamatkanku.”

Wanita itu menatapnya tanpa ekspresi. “Kau yang menyelamatkan dirimu sendiri. Kalau saja kau tidak membangkitkan cahaya itu, semua orang di desa ini sudah mati.”

Ardyn terdiam. Kenangan semalam kembali menyeruak: Wraith raksasa, cahaya yang meledak dari tangannya, pedang emas yang muncul begitu saja. Semua terasa seperti mimpi… tapi luka di tubuhnya membuktikan itu nyata.

“Apa sebenarnya yang terjadi padaku?” tanya Ardyn dengan suara parau.

Wanita itu berdiri, lalu melangkah mendekat. “Namaku Selene. Aku seorang pengelana… dan juga penjaga rahasia lama. Rahasia tentang para Dewa yang sudah lama hilang dari dunia ini.”

“Para Dewa?” Ardyn menatapnya tak percaya. “Itu hanya dongeng yang diceritakan orang tua pada anak-anak.”

Selene menatapnya tajam. “Kalau itu hanya dongeng, bagaimana kau bisa mengeluarkan cahaya yang bisa menghancurkan Wraith raksasa?”

Ardyn tercekat. Kata-kata itu menusuknya dalam. Ia menunduk, menatap telapak tangannya yang masih terasa hangat, meski cahaya emas itu sudah padam.

“Jadi… cahaya itu…”

“Itu adalah warisan Solis, Dewa Cahaya,” jawab Selene tegas. “Ribuan tahun lalu, tujuh Dewa melindungi Asteria. Mereka melawan Raja Kegelapan, Nefarion, dalam perang besar. Tapi meski mereka menang, mereka tak bisa membunuhnya. Hanya mengurungnya. Dan setelah itu… para Dewa menghilang. Tapi kekuatan mereka tidak pernah benar-benar lenyap. Mereka menitipkannya kepada manusia terpilih—pewaris mereka.”

Ardyn terdiam lama. Kata-kata itu terlalu besar, terlalu asing, namun juga masuk akal setelah apa yang ia alami.

“Dan aku… pewaris salah satunya?” tanyanya ragu.

Selene mengangguk pelan. “Kau adalah pewaris Solis. Cahaya itu akan tumbuh seiring dengan keberanian dan tekadmu. Tapi ketahuilah, Ardyn… sejak kekuatanmu bangkit, kau bukan lagi pemuda desa biasa. Kau sekarang adalah kunci dalam peperangan yang akan datang.”

Ardyn menelan ludah. “Peperangan…? Maksudmu, Nefarion itu… dia akan kembali?”

Tatapan Selene mengeras. “Semalam, Wraith raksasa itu muncul bukan kebetulan. Itu adalah tanda. Bayangan Nefarion sedang bergerak lagi. Segel yang menahannya mulai melemah. Dan para pewaris harus berkumpul, atau dunia akan jatuh ke dalam kegelapan.”

Ardyn merasa dadanya sesak. Ia menoleh ke jendela, melihat orang-orang desa memperbaiki rumah yang hancur, menenangkan anak-anak yang menangis. Semua terlihat rapuh. Bagaimana mungkin dirinya, seorang pemuda desa biasa, menjadi harapan mereka?

“Aku tidak bisa…” gumamnya lirih. “Aku bahkan hampir mati semalam. Aku tidak tahu cara mengendalikan kekuatan ini… aku bahkan takut pada cahaya itu sendiri.”

Selene menatapnya lama, lalu suaranya melembut. “Tak seorang pun pewaris yang langsung siap. Tapi kau punya sesuatu yang penting—keinginan untuk melindungi orang lain. Itu sebabnya Solis memilihmu.”

Ardyn terdiam, hatinya bergejolak.

Selene berbalik, berjalan menuju pintu. “Kumpulkan tenagamu. Sebentar lagi kita harus berangkat.”

Ardyn menatapnya bingung. “Berangkat? Ke mana?”

Selene menoleh sedikit, matanya berkilau di bawah sinar matahari pagi. “Mencari pewaris lainnya. Kau bukan satu-satunya yang dipanggil. Dan kalau kita tidak menemukan mereka sebelum Nefarion benar-benar bangkit… dunia ini akan berakhir.”

Hening. Ardyn menatap tangannya sekali lagi, lalu menarik napas panjang. Sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa jalannya sudah ditentukan.

Hari itu, Ardyn menyadari—hidupnya tak akan pernah sama lagi.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 80 – Takhta Cinta dan Kekuasaan

    Langit istana tampak megah, dihiasi matahari pagi yang sinarnya masuk melalui jendela-jendela tinggi, menyoroti ukiran naga emas di dinding aula utama. Dentuman genderang menggema di seluruh penjuru, menandai hari yang akan dicatat dalam sejarah kekaisaran.Hari itu adalah hari penentuan—bukan hanya bagi kerajaan, tetapi juga bagi Selir Arunika, wanita yang telah melewati lautan pengkhianatan, badai intrik, dan luka hati yang nyaris mematahkan langkahnya.Namun, dari semua kepedihan itu, ia bangkit. Hari ini, ia berdiri di ambang takhta sebagai sosok yang berbeda: bukan lagi seorang selir yang rapuh, melainkan wanita kuat yang telah membuktikan bahwa cinta dan pengabdian bisa lebih kokoh dari pedang tajam dan racun licik.---Aula PenobatanKaisar Adhyatma duduk di atas singgasana naga, dengan jubah emasnya berkilau. Wajahnya tegas, namun matanya melunak ketika pandangannya jatuh pada sosok Arunika yang berjalan perlahan memasuki aula.Arunika mengenakan busana merah marun dengan bord

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 79 – Dunia yang Berubah

    1. Keheningan Setelah BadaiUntuk sesaat, ruangan inti sunyi. Tidak ada lagi jeritan, tidak ada lagi gemuruh retakan. Hanya ada suara napas berat dari Ardyn, Selene, Lyra, dan Kael yang masih berusaha berdiri setelah pertempuran panjang.Kristal inti Simfoni Abadi kini berwarna emas bercampur hitam, berdenyut dengan ritme baru. Setiap denyutan mengirimkan gelombang ke seluruh dunia, dan mereka semua bisa merasakannya—seperti detak jantung yang menyatu dengan bumi itu sendiri.Ardyn menatapnya dalam diam. Tangannya masih gemetar setelah menyatu dengan inti, tapi ada ketenangan aneh di hatinya. Apakah ini benar-benar berhasil… atau justru awal dari bencana baru?2. Langit yang BerubahTiba-tiba, seluruh ruangan bergetar. Dinding-dinding batu retak, dan cahaya dari inti menembus ke langit di atas.Mereka berlari keluar dari reruntuhan. Saat sampai di luar, mereka semua terdiam.Langit berubah. Bintang-bintang yang semula tetap kini berkilau dengan warna berbeda. Bulan retak tipis, mengel

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 78 – Getaran Tak Terkendali

    1. Kristal yang RetakRuangan yang semula hening kini dipenuhi getaran aneh. Kristal inti Simfoni Abadi berdenyut semakin cepat, bukan lagi dengan nada lembut, melainkan nada yang patah-patah, sumbang, dan menusuk telinga.“Tidak mungkin…” Selene mendekat, matanya membelalak. “Kristal ini… retak!”Benar saja, dari permukaan kristal mulai muncul garis retakan bercahaya. Setiap kali retakan itu melebar, terdengar suara seperti jeritan seribu jiwa.Lyra mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. “Ini bukan kemenangan… kita hanya membangunkan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.”Kael menggeram, menahan luka di dadanya. “Jadi apa? Setelah semua yang kita lalui, ternyata musuh kita bukan bayangan itu, tapi inti dunia sendiri?”Ardyn menatap kristal itu dalam diam. Hatinya bergetar oleh nada sumbang yang keluar. Bukan sekadar suara… tapi seolah ada suara-suara berbisik di dalam kepalanya.“Kau bukan penyelamat… kau hanya pion…”“Harmoni tak pernah membutuhkanmu…”“Biarkan dunia tenggelam, kau

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 77 – Pertarungan Nada yang Retak

    1. Jantung DuniaBegitu mereka melewati gerbang cahaya, pandangan mereka disambut oleh ruang luas tak terbayangkan.Dindingnya bukan dari batu, melainkan cahaya murni yang bergerak seperti aliran aurora. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah kristal raksasa—berbentuk bulat, berdenyut perlahan seperti jantung. Setiap denyut mengeluarkan nada lembut, seperti nyanyian ibu meninabobokan bayi.“Itu… inti Simfoni Abadi,” bisik Selene. “Sumber yang menjaga keseimbangan dunia.”Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Bayangan berjubah hitam yang mengikuti mereka masuk kini melayang ke depan kristal, seolah hendak mengklaimnya. Nada yang keluar dari tubuhnya berlawanan dengan kristal itu—bukan harmoni, melainkan raungan cacat, nada fals yang menusuk telinga dan hati.Lyra menutup telinganya dengan kedua tangan, wajahnya meringis. “Nada itu… seperti duri yang menusuk jiwaku…”Ardyn melangkah maju, menatap sosok itu dengan sorot tajam. “Kalau dia berhasil menguasai inti ini, dunia akan tenggela

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 76 – Inti Simfoni

    1. Tangga EmasTangga emas yang mereka pijak terasa hangat, seolah hidup. Setiap langkah memunculkan gema nada—bukan gema suara kaki mereka, melainkan nada lembut seperti gesekan harpa.“Ini…” Lyra menatap sekeliling dengan mata berbinar meski wajahnya masih lelah. “Tangga ini bernyanyi.”Ardyn mengangguk pelan, jantungnya ikut bergetar. “Bukan tangga biasa. Ini bagian dari Simfoni itu sendiri. Kita sedang berjalan di atas harmoni dunia.”Kael mendengus. “Lalu kalau kita jatuh, apakah dunia ikut pecah?”Selene meliriknya tajam. “Kalau kau jatuh, aku pastikan dunia tetap baik-baik saja.”Meski penuh luka, mereka masih sempat saling menyindir—mungkin itulah satu-satunya cara agar hati mereka tidak runtuh sebelum sampai ke tujuan.2. Gerbang HarmoniSetelah entah berapa lama, mereka tiba di puncak. Sebuah gerbang raksasa berdiri di depan mereka, terbentuk dari cahaya murni. Bentuknya menyerupai dua sayap yang merentang, seolah hendak menutup atau membuka dunia.Di tengah gerbang itu, ter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 75 – Jantung Kuil

    1. Ruang Berlapis CerminSetelah melewati lorong ilusi, mereka tiba di sebuah aula bundar. Dindingnya penuh cermin raksasa, memantulkan cahaya emas dan bayangan mereka sendiri dari berbagai sudut.Udara di ruangan itu sangat berat, seolah menekan dada. Setiap langkah bergema panjang, seperti gema itu ingin meniru suara hati mereka.“Tempat ini…” Lyra berbisik. “Seperti… jantungnya kuil.”Ardyn mengangguk, tangannya menggenggam erat pedangnya. “Ini pasti lapisan terakhir sebelum inti Simfoni Abadi. Kita harus berhati-hati.”Namun sesuatu terasa salah. Pantulan di cermin tidak bergerak sesuai gerakan mereka.2. Bayangan HidupTiba-tiba, salah satu bayangan Selene di cermin tersenyum licik—padahal Selene asli tidak tersenyum. Dalam sekejap, bayangan itu keluar dari cermin, tubuhnya membentuk doppelgänger yang identik.Begitu juga dengan Lyra, Kael, dan bahkan Ardyn.Dalam hitungan detik, mereka sudah berhadapan dengan diri mereka sendiri.Kael menyeringai getir. “Sudah kuduga… akhirnya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status