Share

bab 2

Penulis: Eri Setiani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-16 13:59:54

WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 2

Di hadapanku berdiri sosok tinggi besar, dengan bulu lebat memenuhi tubuhnya, tanganya sangat besar dan ukuran setiap  jarinya sebesar buah pisang, mahluk itu menggeram, mata merahnya melotot, dari sorot matanya sepertinya mahluk ini marah kepadaku, mahluk itu maju mendekatiku, aku mundur dan tubuhku menabrak sesuatu, ketika aku menoleh kebelakang, di belakangku berdiri sosok pocong dengan kain kafan yang berwarna kecoklatan dan wajah hancur lebur, mulut pocong itu terbuka lebar, dari mulutnya keluar cairan merah pekat berbau anyir bercampur busuk. Aku berlari menjauh dari kedua mahluk menyeramkan ini, sayangnya aku malah menabrak sosok berambut gimbal dengan lidah panjang menjulur  ke lantai,  sosok itu mengerak-gerakkan lidahnya yang panjang, lidahnya yang berbau anyir itu mencambuk tubuhku. Aku berlari ke sudut ruang tamu, jantungku berdetak kencang sampai aku bisa mendengar bunyinya, keringat sebiji jagung memenuhi tubuhku.

Aku dikepung ketiga sosok mengerikan itu, sosok berambut gimbal menjulur-julurkan lidahnya kepadaku, Mahluk bertubuh besar menggeram, gigi-giginya yang panjang dan tajam sangat menakutkan, giginya yang seperti pisau itu bisa mencabik-cabik tubuh manusia, mahluk itu juga mengeluarkan air liur yang sangat bau. sedangkan sosok pocong terbang melayang-layang di atas kepalaku. Darah dari mulut pocong itu berjatuhan mengenai kepalaku, perutku serasa diaduk-aduk mencium bau anyir bercampur busuk dari darah yang mengenai kepalaku, belum lagi bau kedua sosok yang berdiri dihadapanku, rasanya aku ingin pingsan saja. 

Ya Allah, ada apa dengan semua ini? Sebelumnya aku tidak pernah melihat mahluk-mahluk menyeramkan ini di rumahku.

.

.

.

.

.

.

"Asna! Asna! Buka pintunya nduk!" Terdengar suara seseorang memanggilku.

Astagfirullah, ternyata aku hanya mimpi. Tidak ada sosok-sosok mengerikan di sini, mimpiku seperti nyata dan sangat menakutkan.

"Siapa?" Aku berdiri dan hendak membuka pintu.

"Bapak, Nduk. Cepat buka pintunya!"

Oh ternyata Bapak, gegas aku membuka pintu.

Bapak hanya sendiri, tidak ada Ibu dan Aska bersamanya, motor Bapak juga tidak ada.

"Bapak sendiri? Di mana Ibu dan Aska? Motor Bapak di mana?" Aku memberondong Bapak dengan rentetan pertanyaan.

"Ibu dan Aska masih di rumah Bude Parni, sedangkan motor Bapak ada di bengkel." Bapak masuk ke dalam rumah, tanpa sengaja tangan Bapak menyenggol tanganku. Tangan Bapak dingin sekali, apa Bapak kedinginan?

Bapak berdiri di ruang tamu, ia melihat foto keluarga kami, ia bergeming melihat foto itu. Lantai bekas jejak kaki Bapak kotor dan berlumpur, sebenarnya Bapak dari mana sih, sampai kakinya kotor begitu.

"Bapak dari mana, kakinya sampai kotor begitu?" 

"Jalanan becek, Nduk," jawab Bapak datar.

Aku mengerutkan kening mendengar jawaban Bapak. Di luar sedang tidak hujan, jalanan pun kering, kenapa Bapak mengatakan  jalanan becek? Bapak juga sangat aneh, biasanya ia banyak bicara. 

Aku mencoba berpikiran positif, mungkin karena kedinginan Bapak jadi pendiam.

"Pak, Asna buatkan kopi untuk Bapak ya?"

Bapak hanya mengangguk, ia masih menghadap dinding, di mana terdapat foto keluarga di sana. Bapak semakin aneh saja. 

Aku pergi ke dapur untuk membuatkan kopi Bapak. Bapakku itu biasanya minum kopi langsung di seduh menggunakan air mendidih. Aku harus merebus air dulu untuk menyeduh kopi. 

 Malam ini terasa berbeda, entah perasaanku saja atau memang ada sesuatu. Wush..wush..wush, angin berhembus kencang, pintu dapur sampai terbuka karena angin yang begitu kencang.

Aku berjalan ke pintu dan menutupnya, tengkukku meremang ketika akan menutup pintu, apalagi di belakang dapur hanya ada kebun pisang yang gelap. Tunggu aku seperti melihat sesuatu di sana, di kebun pisang itu ada sesuatu meliuk-liuk, aku memicingkan mata demi bisa melihat apakah yang meliuk-liuk itu. Mungkin saja itu daun-daun pisang yang kering, tapi kenapa daun pisang itu  seperti anak kecil yang sedang bermain melompat-lompat? Aku bergeming melihatnya, tanpa sadar apa yang aku perhatikan itu sudah berada di depan pintu, tepat di depan wajahku. Ternyata itu bukan daun pisang yang kering, tapi sosok pocong dengan kain kafan berwarna kecoklatan, seperti yang ada dalam mimpiku, dari mulut pocong itu mengalir darah berwarna kehitaman dan bebau anyir bercampur busuk.

Dengan cepat aku membanting pintu, tak lupa aku mengunci pintunya. Jantungku berdegup sangat kencang, keringat membasahi dahiku.

"Asna!" Sebuah tepukan mendarat di bahuku.

"Bapak, bikin aku kaget saja." Ucapku sambil mengurat dada.

"Bapak lapar, Nduk."

"Waduh, Pak. Enggak ada makanan, karena Bapak, Ibu dan Aska ke rumah Bude Parni buat acara syukuran, jadinya Ibu enggak masak tadi sore. Aku cuma buat mie dicampur telur. Bapak mau Asna buatkan?"

"Boleh," jawab Bapak datar.

Aku menghidupkan kompor, merebus air dalam panci berukuran kecil,  aku memasukkan mie kedalam panci, tak lupa kumasukkan dua butir telur dan juga sayuran hijau ke dalamnya.

Aku memindahkan  mie instan yang sudah matang ke dalam piring. 

"Ini, Pak." Aku meletakkan piring berisi mie instan ke atas meja di depan Bapak duduk.

Bapak mulai memakan mie yang kubuatkan tadi, aku perhatikan Bapak makan tidak seperti biasanya, kali ini Bapak makan seperti orang kelaparan yang berhari-hari tidak makan, cepat sekali Bapak makan.

Setelah menghabiskan mie, Bapak menatap nyalang. Ia berjalan ke lemari pendingin, Bapak membukanya dan mengambil telur itu, ia memakannya mentah-mentah.

"Apa yang Bapak lakukan?" Tegurku.

Bapak menoleh, ia menyeringai dengan  telur mentah menetes-netes dari mulutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 27

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 27Semua panik melihat Pak Rangsu mengeluarkan darah dari hidungnya."Pak Rangsu." Pakde Darmaji mendekati Pak Rangsu.Masih dengan mulut komat-kamit membaca doa, Pak Rangsu mengangkat tangan, mengisyaratkan Pakde Darmaji untuk jangan menganggunya.Untuk beberapa saat Pak Rangsu masih membaca doa dengan mata terpejam.Pak Rusdi membuka mata setelah ia selesai membaca doa."Pak Rusdi, hidung anda berdarah," ucap Abdul."Tidak apa-apa, Pak. Alhamdulillah  jin kiriman dari Mbah Broto sudah pergi.""Alhamdulillah, jadi keluarga saya sudah terbebas dari gangguan Mbah Broto, Pak Rusdi?" Tanya Abdul."Untuk saat ini, iya. Tapi saya tidak yakin untuk besok.""Apa mereka masih akan mengganggu keluarga saya lagi?""Sepertinya begitu, ilmu hitam yang dimiliki Mbah Broto sangat kuat, saya sampai kewalahan dib

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 26

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 26Abdul dan anak-anaknya berlari ke dalam kamar. Di sana Lastri menjerit-jerit dan mengerang kesakitan."Sakit..sakit...tolong sakit," Lastri melolong kesakitan."Bu, ada apa? Ibu kenapa?" Asna memegang tangan Lastri."Tolong Ibu, Asna. Tubuh Ibu sakit sekali, panas, serasa terbakar." Lastri benar-benar sangat menderita."Bagaimana ini?" Abdul mondar-mandir, ia panik melihat keadaan istrinya yang melolong dan merintih kesakitan."Bapak tidak tahu siapa yang bisa dimintai tolong?" Aska menaikkan alisnya, ia hanya mengetes apakah bapaknya masih dalam pengaruh Mbah Broto atau tidak, jika masih dalam pengaruh Dukun itu, pasti Abdul akan segera mendatangi rumah Mbah Broto."Bapak enggak tahu harus minta tolong siapa," jawab Abdul."Bagus." Aska menjentikkan jarinya."Bagus kamu bilang? Lihat keadaan ibumu seperti ini kamu bilang

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 25

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 25"Mungkin benar apa yang Aska katakan jika Mbok Karsiem yang telah bekerjasama dengan Mbah Broto," ucap Asna."Aku yakin banget, Mbak," ujar Aska."Kenapa kamu yakin banget kalau Mbok Karsiem yang bekerjasama dengan Mbah Broto?" Tanya Pakde Darmaji."Ibu, kan sudah pernah cerita sama Bapak jika rahasia penglaris celana dalamnya Mbok Karsiem ketahuan Asna, ditambah Lastri datang melabrak Mbok Karsiem," Bude Parni menepuk keras bahu Pakde Darmaji yang duduk disampingnya."Ibu kan hanya cerita soal penglaris celana dalam, enggak bilang kalau Lastri melabrak Mbok Karsiem," ujar Pakde Darmaji."Eh, iya. Ibu lupa cerita.""Jika memang Mbah Broto bekerjasama dengan Mbok Karsiem, apa sebabnya mereka bekerja sama?" Tanya Pakde Darmaji.Asna dan Aska mengedikan bahu, mereka juga tidak tahu apa yang membuat Dukun dan penjual soto itu bekerjasama. 

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 24

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 24Pakde Darmaji dan Bude Parni datang berboncengan mengendarai motor.Kedua orang itu turun tergesa dari motor, Bude Parni tergopoh-gopoh menghampiri Asna, Pakde Darmaji membuntuti Bude Parni."Ngapain itu anaknya Mbok Karsiem ke sini, Nduk?" Tanya Bude Parni."Bude tahu Murni datang ke sini?" "Tadi di jalan Bude lihat dia keluar dari halaman rumahmu," jelas Bude Parni."Bapakmu di mana, Na?" Tanya Pakde Darmaji."Bapak ada di pangklong, katanya ada orang yang ingin membeli lemari dalam jumlah banyak Pakde," jawab Asna."Syukurlah kalau bapakmu enggak ada di rumah," tukas Pakde Darmaji."Memang ada apa, Pakde?""Ada yang ingin Pakde beritahukan kepada kamu dan juga Aska. Di mana dia?" Tanya Pakde Darmaji."Dia keluar sebentar, Pakde.""Yasudah, kita tunggu saja Aska, Pak,

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 23

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 23Abah Somad memejamkan mata dengan mulut komat-kamit membaca doa, tak lama kemudian keadaan menjadi tenang."Kekuatan mereka cukup kuat, satu dari mereka melakukan pesugihan dan....""Dan apa, Bah?" "Dan penglaris yang dia pakai hanya sebagian kecil dari persekutuannya dengan setan, yang lebih parahnya, pesugihan yang dilakukannya, wanita itu sudah mengorbankan banyak nyawa untuk dijadikan tumbal.""Astagfirullah, saya pikir wanita itu hanya menggunakan penglaris, ternyata sampai sejauh ini.""Ujian hidup memang berat, salah satunya kemiskinan. Bagi mereka yang tidak kuat dengan ujian yang Allah berikan, mereka memilih jalan pintas dengan cara meminta bantuan kepada selain Allah, padahal ada harga mahal yang harus mereka bayar dengan meminta bantuan kepada selain Allah," Abah Somad lalu menghembuskan napas."Apa yang harus saya lakukan, Bah? Ap

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 22

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 22Lastri kejang-kejang, matanya melotot memandang langit-langit. Asna, Aska dan Bude Parni panik melihat keadaan Lastri."Ibu, Ibu kenapa?" Asna berusaha menyadarkan ibunya."Aduh, bagaimana ini," ucap Bude Parni panik."Kenapa dengan Lastri?" Pakde Darmaji datang bersama Pak Rusdi."Enggak tahu, Pakde. Tiba-tiba Ibu kejang-kejang," jawab Aska.Pak Rusdi mendekati Ibu, mulutnya komat-kamit membaca sesuatu."Bisa tolong ambilkan air putih," pinta Pak Rusdi.Aska mengangguk, secepat kilat pemuda itu melesat ke dapur, tak lama kemudian ia sudah kembali dengan membawa segelas air putih di tangannya."Ini, Pak." Aska menyerahkan air itu kepada Pak Rusdi.Pak Rusdi menerima air itu, mulut beliau komat-kamit membaca doa, lalu ditiupnya air itu."Basuhlah wajah ibumu." Pak Rusdi memberikan air itu kepada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status