Share

bab 3

WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 3

"Kamu siapa? Kamu bukan Bapak!" Aku mundur sampai menabrak lemari yang ada di dapur.

"Hahaha." Sosok yang menyerupai Bapak tertawa, ia lalu berubah menjadi mahluk tinggi besar berbulu lebat seperti dalam mimpiku.

Pintu dapur yang tadi sudah aku kunci terbuka sendiri, di depan pintu sosok pocong tadi terbang melayang-layang, ia terbang mendekatiku.

Aku dikepung dua sosok mahluk yang sangat menyeramkan. Tubuhku rasanya panas dingin, keringat bercucuran, kaki gemetar, aku ingin berlari namun tungkai kakiku rasanya lemas.

Aku terduduk di lantai dapur. Ceplak..tanganku menyentuh sesuatu, aku menunduk, demi melihat apa yang sudah aku pegang. Sebuah benda panjang dan lengket, mataku mengikuti di mana akhir benda itu, sebelumnya aku belum pernah melihat benda ini di rumah.

Astaga, ternyata benda panjang dan lengket itu berakhir di mulut sosok yang amat menyeramkan, sosok berambut gimbal dengan lidah panjang persis seperti di dalam mimpiku. Aku melepaskan benda yang ternyata itu lidah mahluk itu. Air liur sosok berambut gimbal itu menetes-netes, baunya sangat busuk, perutku mual mencium baunya.

Bukan hanya dalam mimpiku saja, mahluk-mahluk ini benar-benar mendatangiku. Aku ingin mengucap doa namun otakku tidak bisa mengingat doa satu pun.

"Kamu ingin menjadi santapanku?" Sosok berambut gimbal itu bicara, suaranya amat menakutkan.

"Pergi, kalian!" Aku memberanikan diri untuk bicara. Aku bicara sambil menutup mata, aku takut melihat wujud mahluk-mahluk menyeramkan itu.

"Hahaha." Ketiga mahluk itu tertawa keras, mereka menertawaiku yang ketakutan. Beberapa saat kemudian hening, aku membuka mata, ketiga sosok tadi sudah tidak ada. Aku menghembuskan napas, lega karena mahluk tadi sudah tidak ada.

Prang...terdengar suara pecahan benda di depan. Aku berdiri, takutnya ada maling masuk rumah dan memecahkan kaca. Suara itu berasal dari ruang tamu, aku berlari ke ruang tamu.

Ternyata suara itu berasal dari foto keluarga yang jatuh, bingkai kaca foto itu pecah berkeping-keping.

Aku menyingkirkan pecahan-pecahan kaca dan mengambil foto keluarga berukuran besar itu. Keningku berkerut, foto keluarga ini tidak pernah goyah, kenapa bisa jatuh?

Aku letakkan foto di atas meja, keanehan terjadi, dari foto itu mengeluarkan darah.

"Aagh." Aku lemparkan foto itu, tanganku berlumuran darah.

Darah dari foto semakin banyak. Dari mulut, hidung dan mata kami mengalir banyak darah. Bau anyir sangat menusuk penciumanku. Setelah darah berhenti mengalir, Bapak di dalam foto sangat menyeramkan, ia melirikku dan menyeringai, seringainya sangat menakutkan.

"Hihihi." Terdengar suara bersahut-sahutan, bersamaan dengan itu lampu hidup mati, hidup mati. Mahluk-mahluk menyeramkan itu kembali muncul. Aku berlari menjauh dari mereka. Tanpa sengaja aku menjatuhkan pecahan kaca dan terinjak.

Jleb, beberapa kaca menusuk kakiku, rasanya sangat sakit dan perih. Darah segar mengalir deras. Tubuhku gemetar dan lemas, mahluk-mahluk menyeramkan itu kian dekat. Aku berlari menghindar dengan pecahan kaca masih menancap di telapak kakiku. Tak kuhiraukan rasa sakit yang mulai menjalar, aku berlari masuk kedalam kamar, setelah menutup pintu aku melompat ke atas tempat tidur.

Kuambil ponselku yang tergeletak di atas nakas, aku mencari nomor Aska, sial tidak ada sinyal. Aku kembali menghubungi Aska dan tersambung.

[Aska, cepat pulang. Mbak takut sendirian di rumah]

[Itu akibat kamu lanc*ng. Aku akan membuatmu tutup mulut] bukan suara Aska yang kudengar, melainkan suara Mbok Karsiem

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status