Share

Harus menikah

Rexa sangat menikmati malam indahnya bersama wanita one stand night, segala suguhan kenikmatan yang diberikan perempuan itu ia terima seperti wanita-wanita sebelumnya. 

Benihnya ia tumpahkan begitu saja di dada perempuan berambut coklat itu, seakan benihnya hanyalah sampah tak berharga. Rexa hanya akab menumpahkan bibit cintanya pada wanita yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.

Pria sukses sepertinya, belum memiliki niatan untuk menikah, selain tak mempercayai adanya cinta yang tulus, Rexa jga menganggap pernikahan hanyalah beban. Dia tak ingin di kekang oleh istri atau pacar untuk melakukan hal-hal yamg dia inginkan.

"Kau keluar dari sini, asistenku diluar akan membayar mu," kata pada wanita bayaran itu.

Sebenarnya si cantik penjajah malam itu masih ingin berlama-lama dengan Rexa, tak diberikan tip pun tak apa, hanya ingin menikmati kebersamaan dengan pria tampan itu, tetapi Rexa malah mengusirnya setelah menikmati kemolekan tubuhnya.

Dengan wajah kesal, dia keluar dari kamar hotel Rexa. Di luar sudah ada Gerald yang menunggunya. Asistent Rexa itu memberikan amplop seperti lakon ke setiap wanita panggilan Rexa sebelumnya.

Setelah mengenakan piyamanya kembali, Rexa membaringkan diri di kasur. Tubuhnya tidak terlalu lelah bercinta sebab ia menyuruh wanita itu lebih agresif ketimbang dirinya.

Rexa mengecek ponselnya, ada pesan menumpuk dari Ayahnya. Sebenarnya dia ingin langsung menghapusnya, tetapi sepertinya pesan itu sangat penting. Dia membuka salahsatu pesan itu, dibacanya,

'Kamu dimana, Nak? Kakek sedang sakit, dia mencarimu. Pulanglah segera.'

Rexa terperanjat, kakek tersayangnya jatuh sakit. Ah, dia harus menemu kakeknya. Rexa menelpon Gerald yang ada di kamar sebelah yang masih bersama wanita bayarannya pula.

"Siapkan penerbangan malam ini juga. Kota harus kembali pulang, kakekku sakit," titahnya pada Gerald.

"Baik, Bos," sahut Gerald yang bergegas turun dari kasur.

Dia segera beranjak ke kamar Rexa, membantu Tuannya memebereskan barang-barang. Setelag semua beres, mereka ke bandara segera, lalu kembali ke kota M, dimana kakeknya berada. 

"Ingat, Ya. Kalau kakekku tanya kita dari mana, bilang ada pertemuan kantor, awas saja kamu keceplosan." Rexa memperingatkan Gerald yang memang kadang di uji kejujurannya oleh kakek Rexa.

"Siap, Bos." Gerald berusaha mengingat itu.

*******************

Subuh menjelang, Rexa sudah sampai di rumah kakeknya, didalam sudah ada keluarganga menunggunya. Termasuk Ayah dan Ibu tirinya, juga kedua adik tirinya pula. Bukan menyapa mereka, Rexa berlalu begitu saja ke kamar kakeknya.

Di dalam kamar, Kakeknya masih ditangani dokter keluarganya dari dua generasi. Rexa perlahan melenagkah agar tak mengagetkan kakekknya.

"Rexa," lirih pria penuh guratan keriput du wajahnya itu.

Rexa tersenyum tulus pada kakek yang sangat dihormatinya. Dia duduk di tepi ranjang sembari memijat kaki kakeknya yang sebelah sudah lumpuh total.

"Tinggalkan kami berdua, Dok," pinta Kakeknya pada dokter itu.

Ada yang ingin ia sampaikan secara pribadi dengan cucu pertamanya itu. 

Setelah dokter itu lenyap dibalik pintu, Kakek Reca yang bernama Yahya mulai membicarakan sesuatu yang sudah lama ingin ia sampaikan.

"Kau pulang menambah dosa lagi?" tanya Kakek Yahya memojokkan Rexa.

Rexa yang terpojok langsung gelagapan, ia tak tahu harus memberi alasan apa pada kakeknya.

"Sampai kapan kau begini, Rexa? usiamu suxah matang untuk menikah, dari pada kau berzina dengan berbagai wanita yang tidak jelas, lebih baik kalau kau menikah," ujar Kakek Yahya dengan suara begitu berat.

"Rexa belum ingin menikah, Kek.Maafkan Rexa .." lirih Rexa.

"Jangan buat Kakekmu menangging dosa karna membiarkan cucunya berbuat dosa. Kalau Kakek mati malam ini, pasti Kakek akan di siksa para malaikat di alam kubur," tegas Kakek Yahya  begitumarah.

Rexa menghela nafas, dia menundukkan wajah. Yang dikatakan Kakeknya belum bisa dia menilik secara baik. Pemahaman agamanya memang sangat rendah. Pria yang menyelesaikan studinya di Londong itu tentu sangat menganut gaya hedonis hingga ajaran agama tak dipedulikan olehnya.

"Kamu harus menikah sebelum Kakek meninggal. Carilah pasangan dalam waktu dekat ini, kenali dia dengan baik, setelah itu ajaklah menikah," ucapKakek Yahya.

"Tapi, Kek. Ini cari istri, bukan ikan ..." keluh Rexa. Dia menolah cara instant itu, mana mungkin dia mencari pasangan di ajak menikah lalu menjadikan dia istri? tidak masuk akal. Batin Rexa meronta.

"Itu kalau kamu mau mendapat warisan dari Kakek, jika tidak, Kakek akan memberikannya pada saudara tiri mu itu," kata Kakek Yahya tanpa pikir panjang dengan ucapannya.

Mendengar itu, Rexa sangat tidak rela. Terlebih lagi perusahaan yang susah payah ia pertahankan jatuh ke tangan duo parasit itu. Ah, mengjengkelkan bila mereka bisa memilikinya.

"Aku beri waktu kami sebulan, jika kamu bisa memiliki keturunan Kakek akan memberikan hak warisan penuh atas namamu." Kakek Yahya menambahkan persyaratan lagi.

Cara ini agar Rexa sadar dari kelakuan buruknya. Kakek Yahya tahu sifat-sifat Rexa yang seringkali mabuk-mabuk kan hingga menjadikan wanita penghias malamnya bila jenuh. Mata-mata Kakek Yahya selalu mengawasi pergerakan cucunya itu dari kejauhan.

Kakek Yahya juga ingin, dengan cara menikahkan Rexa lalu memiliki anak, dia akan menyadari segala perbuatan buruknya tersebut.

"Bagaimana?" tanya Kakek Yahya melebutkan kebisuan Rexa.

"Aku ingin menikah, Kek. Tapi pilihanku sendiri, aku akan mencarinya, berikan aku waktu." Pinta Rexa dengan hati yang sangat tidka ikhlas.

"Baiklah, itu pilihanmu sendiri. Tapi ingat, Kakek akan memeberikanmu harta warisan dan perusahaan jika kamu sudah memiliki anak." 

Rexa mengangguk pertanda mengerti. Setelah perbincangan itu, dia keluar kamar Kakeknya dengan wajah memelas. Sangat sulit, tapi demi mendapat haknya, dia harus melakukan itu.

Di keluar dari rumah Kakeknya, melewati keluarganya yang semua berada di ruang tanu bercengkrama. Rexa sangat cuek oada keluarganya, sebab ia tahu, mereka semua iri padanya. Semua hanya berpura-pura baik untuk melemahkan dirinya. Jika di lengah sedikit saja, maka keluarganya akan memanfaatkan kesempatan untuk menghancurkan dirinya.

"Geral, kita ada musibah baru," tukasnya pada Geral yang menunggunya di teras.

"Musibah apa, Bos?" 

"Kita di mobil bicaranya, disini tembok pun memiliki telinga," ketus Rexa masuk ke dalam mobilnya, di susul pula Gerald.

"Aku di paksa menikah bulan ini oleh Kakekku." 

Gerald menarik nafas terkejut, " Menikah? sama siapa?"

"Aku juga tidak tahu, ini tugasku yang mencari, jika tidak segera memiliki istri, aku akan kehilangan hak waris, itupun juga aku harus pula punya anak terlebih dulu," terang Rexa mengeleng.

Gerald otaknya pun sekarang sudah buntu, bagaiman bisa menikahkan bosnya sedangkan Rexa tidak memiliki pacar.

"Lalu bagaimana, Bos?" tanya Gerald.

"Kok naya ke saya, itu tugas kamu pikirkan bagaimana caranya saya mendapatkan perempuan yang bisa memberikan anak, setelah itu aku bisa menceraikannya. Kamu tahu, kan aku tidak suka terikat," jelas Rexa bernada kesal.

Gerald tersenyum miring, dia mendapat ide di otak busuknya.

"Berarti ini semacam nikah kontrak," Gerald menyimpulkan. 

"Terserah kamu mau bilang itu apa, yang jelas ini tugasmu mencarikan perempuan itu. Ingat, ketahui dulu, apa perempuan itu subur atau tidak, karna aku harus memberikan anak ke Kakek dalam satu tahun ini." 

Gerald mencatat semua ucapan Rexa di kepalanya, dia akan mencarikan yang sesuai dengan yang dimaksud Rexa.

"Besok, saya akan mulai mencarinya, Bos," kata Gerald.

Mereka kembali ke rumah pribadi Rexa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status