Share

Tagihan rumah sakit

Di balik pintu kaca, Yatri masih menatap Difa yang terbaring dangan puluhan kabel tertancap di dadanya. Perban terlilit di kepala anak yang berusia 5 tahun itu.

Apa yang harus ia lakukan? dengan cara apa dia mendapatkan uang sebanyak itu? meminjam pun tak ada harapan, tak ada harta benda yang bisa ia jaminkan? oh, Tuhan, aku lelah ..batin Yatri mulai mengeluh.

Dari belakang ada salah satu suster yang menyeru padanya.

"Bu Yatri, ibu di minta ke bagian administrasi." 

Dengan langkah kuyuh, Yatri segera memenuhi panggilan pihak rumah sakit tersebut. Ia tahu, ini tentang pembayaran uang muka kali ini.

Setelah tiba disana, pihak administrasi melempar senyum padanya. Dia dipersilahka  duduk untuk mendengar total biaya dan uang muka yang harus segeran di bayar. 

"Semuanya 50 juta, Bu. Tapi untuk uang mukanya 10 juta terlebih dulu. Ini sudah peraturan rumah sakit, Bu. Kami berikan waktu hingga esok lusa. Jika tidak, perawatan anak ibu kami hentikan," dengan terpaksa karyawan rumah sakit itu memberitahu Yatri demikian, sejujurnya dia merasa kasihan pada Yatri, di usia yang terbilang muda, Yatri sudah menghadapi masalah berat seperti itu tanpa kehadiran sosok suami.

Yatri menelan salivanya, tak ada jawaban untuk menjanjikan hal itu kali ini. Tak ada harapan pada siapa dia harus meminta bantuan. Keluarganya semua hanya nelayan yang menggantungkan hidup di laut, tak mungkin mempunyai uang sebanyak itu.

Tatapan Yatri kosong, dia pamit dari wanita itu. Keluar dari ruangan administrasi membawa kertas tagihan rumah sakit yang mencetak angka fantastis.

Dia keluar dari rumah sakit, niatnya menuju ke rumah Galang, kali ini dia akan merendahkan diri di hadapan keluarga angkuh itu, demi Difa, apapun Yatri akan lakukan, termasuk mengacuhkan harga dirinya.

****************

Rexa di kantor uring-uringan, pikirannya tak bisa lagi fokus pada pekerjaan. Ucapan Kakeknya benar-bebar membebaninya. Dalam sebulan dimana dia bisa menemukan wanita yang ingin dinikahinya secara kontrak. Sementara Gerald pun juga kewalahan mencari sasaran empuk untuk dijadikan istri kontrak bosnya.

"Gerald, kamu ke ruanganku sekarang," titah Rexs lewat telpon.

Hanya semenit berlalu, Gerald sudah memasuki ruangan kebesaran Rexa. Sorotan tajam ia layangkan pada asistent pribadinya itu. Gerald tersenyum masam, kali ini ai tahu, Rexa akan marah lagi padanya.

"Apa kamu sudah dapat?" tanya Rexa.

"Belum, Bos," sahut Gerald.

"Astaga, itu usahamu, bagaimana kau ini, hanya setahun aku harus punya anak," protes Rexa kalap.

Gerald garuk-garuk kuping.

"Hm, Bos, bagaimana kalau kita bayar wanita malam saja? pasti diantara mereka ada yang subur," usul Gerald.

Brakk! 

Rexa memukul meja dengan keras, sangat tidak menyetujui usulan Gerald.

"Masa anakku harus lahir dari perempuan model begitu? setidaknya wanita itu baik-baik. Jangan yang sudah di campuri oleh macam- macam pria," jelas Rexa.

Gerald gamang. Di pikirannya, mana ada perempuan baik-baik ingin menerima tawaran nikah kontrak, apalagi hanya untuk di pinjam rahimnya. Ah, mustahil, bila memang ada, itu sangat sulit, dan butuh waktu yang lama mencarinya.

"Lalu bagaimana, Bos?" tanya Gerald pun bingung.

"Loh, kok tanya ke saya? itu tugas kamu," timpal Rexa.

"Baik, Bos. Saya akan keluar lagi mencarinya." Gerald pamit. Dia akan kembali melanglang buana di belahan kota itu, mencari istri sementara untuk Rexa.

Ponselnya berdering, adiknya menelpon.

"Iya, hallo, kenapa?"

"Kolestrol ibu kumat lagi, Kak," jawab suara dibakik ponsel Gerald. Itu adiknya yang sedang berada di rumah sakit memani Ibunya.

Pria berwajah oriental itu bergegas ke rumah sakit.

Setiba di rumah sakit, dia berpapasan dengan seorang wanita muda, dia Yatri yang sedang menghapus lelehan air matanya. Langkah kakikana gontai memasuki rumah sakit itu pula.

Gerald melihatnya sedikit iba. Tapi segera dia membuyatkan hal yang tidak penting baginya itu. Dia bergegas naik ke lantai atas dimana ibunya di rawat.

Yatri duduk di kursi pojok. Dia baru saja pulang dari rumah mantan mertuanya, yang di dapatkan bukan bantuan justru cacian pedas dari ibu mantan mertuanya lagi. 

'Makanya, jangan sok mau cerai kalau hanya modal dengkul dan nangis saja.'

Kata Ibu Galang padanya.

Sementara Galang tak ada di rumah, kata asistent rumah tangganya, mantan suaminya sedang keluar Kota berbulan madu bersama Shinta.

"Oh, dengan cara apa lagi .." Yatri menenggelamkan wajahnya di sela jemarinya. Tak ada harapan lagi.

Dia menuju ke administrasi lagi, dia ingin meminta waktu longgar hingga satu minggu kedepan agar bisa mendapat pinjaman.

"Saya akan berusaha, Bu," pinta Yatri memohon.

"Maaf, Bu. Ini sudah peraturan, saya paham posisi ibu Yatri, tapi saya hanya mengikuti aturan kerja, " jelas pihak administrasi itu yang juga kasihan pada Yatri.

Disamping Yatri, ada Gerald yang juga sedang membayar biaya rumah sakit ibunya. Dia tidak sengaja mendegar percakapan Yatri dengan pihak administrasi. Buat otak pria jenius itu mulai jalan, dia ingin mengambil kesempatan di balik kesulitan wanita di sampingnya itu.

Bak pahlawan, Gerald mengeluarkan kartu ATM yang diberikan Rexa, dia menyodorkan  pada karyawan rumah sakit itu.

"Ini, saya akan bayarkan," ujar  Gerald.

Melihat itu, Yatri meras tidak enak hati. Dia mengembalikan ATM itu pada Gerald.

"Tidak usah, Pak."  

Gerald yang sudah kukuh ingin menjebak wanita itu, dia tetap memaksa. Gerald kembali memberikan ATM Rexa untuk menebus uang muka operasi Difa.

"Kita nanti akan berurusan, biarkan saya dulu yang membayarnya," sergah Gerald dengan nada memaksa.

Tak punya pilihan lain, Yatri menurut saja. Mungkin pria di hadapannya adalah orang yang di kirim Tuhan untuk menolongnya. Setekah selesai, Gerald dan Yatri keluar ruangan itu.

"Terima kasih, Pak. Sudah membantu saya." 

Gerald tersenyum miring, dia tahu, wanita di hadapannya sangat polos. Mana mungkin, ada orang yang ikhlas membantu puluhan juta dengan cuma-cuma tanpa pamrih? ah, jika ada tentu bukan dia. Gerald saja, hanya mendapat gaji dari Rexa.

"Saya sudah membantu kamu, jadi, sekarang kamu garus membantu Bos saya. Oh, iya, siapa nama kamu?" tanya Gerald.

"Nama saya, Yatri."

"Hm, iya,Yatri, saya panggil Yatri saja, usia kita tidak beda jauh. Kamu harus menebus utang kamu dengan membantu Bos Saya," kata Gerald tanpa basa-basi.

"Apa yang harus saya bantukan?" tanya Yatri penasaran.

Denga cara berbisik, Gerald menjelaskan kewajiban Yatri untuk menebus utangnya. Yatri tercengang, merasa terhina, benar, dia sudah di jebak oleh pria itu. 

"Harus cara itu, Pak? saya seorang janda dua anak, tolong jangan siksa saya bila harus menikah kontrak. "

"Cuma setahun saja, lagi pula jika kamu menikahi bos ku, kamu akan mendapat uang lebih. Hutangmu lunas, kamu dapat gaji pula." Geral membujuk.

"Ah, jangan berpikir lagi, kamu sidah berhutang pada kami. Ingat, persiapkan diri kamu. Besok kamu akan ku bawa pada bos ku," tukas Gerald dengan nada ancaman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status