Setiba di rumah Bu Wanda mencari kedua anaknya yang sedang asyik bermain game di kamar. Setelah mengetahui kehamilan istti Rexa, dia begitu resah dengan nasib mereka yang akan jatuh miskin oleh rencana Rexa yang akan mengusir mereka bila menguasai rumah dan perusahaan kakeknya.
"Teruslah kalian seperti ini, dalam beberapa bulan lagi kita akan jadi gembel!" Bu Wanda teriak pada kedua anaknya.Randy dan Roy terkejut, keduanya segera mematikan ponsel mereka. "Roy, kenapa kamu tidak ke kantor?" tanya ibunya."Aku tidak enak badan, Bu. Lagi pula seminggu yang lalu aku full ke kantor, jadi wajarlah aku ingin bersantai dulu," sahut Roy yang memegang posisi manager di kantor Pak Yahya."Seharusnya kalian gencar menarik perhatian Kakek, mana bisa kalian di percaya mengelola perusahaan kalau tingkah kalian seperti ini?"Randy dan Roy terdiam, mereka tak ada kalimat untuk mengelik ucapan ibunya."K
Pagi-pagi sekali, Yatri bangun lalu belari ke kamar mandi, dia mengeluarkan semua isi lambungnya lagi, rupanya 'morning sicknes' akan rutin menemani masa ngidamnya.Rexa yang mendengar suara mual Yatri, berlari ke kamar mandi pula, meski agak jijik dengan kotoran yang seperti itu, tetapi dia berusaha menahan diri demi menemani proses Yatri di saat berjuang mengandung anaknya. Rexa menyeka rambut Yatri, memijit-mijit lehernya, mengusap minyak angin yang tadi malam di belikan oleh Bu Yat."Kamu kuat ya," kata Rexa tak tega. "Kita le rumah sakit," lanjut Rexa."Ti-tidak usah, ini su-sudah biasa kalau ngidam," sahut Yatri gagap.Setelah merasa lebih enakan, Yatri di gendong Rexa ke tempat tidur lagi. Dia membaringkan istrinya dengan penuh kelembutan. Yatri pucat, darah seakan tak mengaliri area wajahnya, tentu Rexa panik. Dia menelpon Derald agar memamggil dokter Hari ke rumah lagi memeriksa Yatri."Kamu kenapa tidak mau k
Dokter Hari keluar dari kamar mereka, Rexa teramat kesal melihat keramahan Yatri pada dokter yang juga dari kalangan konglomerat itu. "Hem, kau sepertinya sudah sehat," ketus Rexa. "Iya, Pak. Saya sudah agak baikan," sahut Yatri yang sudah pulih. Rexa menatap nanar ke Yatri, dia benci bila mata perempuan yang ia jadikan istri itu malah mengangumi ketampanan orang lain. Bagi Rexa, Yatri sudah sah menjadi istrinya, memiliki hak sepenuhnya pada perempuan itu. Dengan hati yang berkecamuk, dia menjatuhkan tubuhnya di samping Yatri, merogoh sendiri ke dalam celananya lalu memainkan kemaluannya. Yatri terkejut melihat aksi mesum Rexa yang tiba-tiba, dia mengalihkan pandangan seolah-olah tak melihat kelakuan binal pria itu. Sementara tangan kanan suaminya mengocok pelan rudal yang ingin membuas di tempat hangat dan lembab. "Bukalah, celanaku, ma .." bisik Rexa. Yatri termangu, kata panggilan 'mama' terucap lagi da
Siang hari Yatri mendapat telpon dari Difa di ponsel Bu Yat. Anaknya memberitahu Bu Yat bahwa hari ini dia sudah bisa pulang ke rumah. Bu Yat akan menyampaikan itu, meski Difa agak kecewa karena tak dapat berbicara langsing dengan ibunya, namun ia berusaha mengerti bahwa ibunya sedang banyak urusan. Yatri yang selalu di awasi Rexa di dalam kamar tak bisa leluasa melakukan apapun, sudah sejam ia hanya menonton tv dan film yang Rxea sediakan untuk menghilangkan rasa bosannya. Rexa sedari tadi hanya bermain game, tak berniat melakukan apapun selain di kamar menjaga Yatri. 'Kapan ya, Pak Rexa keluar dari kamar ini, aku ingin sekali menelpon Difa dan Kesang,' keluh Yatri dalam hati. Rexa menangkap gelagat Yatri yang gelisah, juga sesekali melirik ke arahnya. "Kau kenapa? bosan?" tanya Rexa menebak. Yatri mengangguk, rasnaya dia ingin meminta ponselnya di kembalikan tapi wajah Rexa terlihat dingin buat nyalinya menciut.
Seminggu kemudian, Yatri sudah berpakaian rapi di teras rumah, hari ini dia di jadwalkan untuk ke dokter kandungan, Rexa sedang di perjalanan menjemputnya. Namun tiba-tiba ada mobil yang memasuki halaman rumah itu, bukan mobil Rexa, tetapi ada seorang pria dan ibu-ibu di dalamnya. Yatri mengamati hingga kedua orang itu keluar dari mobil. Dia Pak Dani dan Bu Wanda yang datang ingin bersilatuhrahmi pada menantunya. Melempar senyum tipis, keduanya melangkah ke arah Yatri. "Bagaimana kabarmu, menantu cantikku?" tanya Bu Wanda berusaha menghangatlan diri. Sejujurnya dia membenci Yatri, karena kehadiran Yatri dan bayi di kandungannya, dia tak akan dapat warisan dari Pak Yahya. "Alhamdulillah baik, Bu," sahut Yatri. "Silahkan masuk," ujar Yatri kembali. Pak Dani dan Bu Wanda masuk ke dalam rumah Rexa yang tak pernah di sambut ramah sebelumnya. Keduanya tahu akan bebas mengorek informasi pada Yatri karena Rexa se
Yatri dan Rexa di perjalanan menuju ke rumah sakit, di dalam mobil, keduanya masih membisu satu sama lain, sesekali sepasang mata mereka melirik diam-diam ka arah kaca spion tengah.Rexa yang mengingat pembelaan Yatri padanya, dia merasa utang budi pada istrinya itu."Terima kasih karena sudah membelaku tadi," ucap Rexa memecah kegamangan."Pak Rexa suamiku, meski hanya kontrak, tapi sebagai istri aku harus membela suamiku," kata Yatri.Rexa melipay bibir menahan senyum, kalimat Yatri membuatnya terenyuh lagi. Sosok suami memang di dewakan oleh istri yang baik, termasuk itu Yatri yang melakoninya."Setelah dari dokter, kamu mau kemana? kita free hari ini, bebas mau kemana sampai malam nanti," ujar Rexa memberi kebebasan Yatri untuk memilih. Tetapi Yatri berat bila harus mengutarakan keinginannya, biarlah pilihan itu di tentukan oleh Rexa sendiri, pikir Yatri."Terserah, Pak Resa saja, aku kurang tah
"Sudah kenyang?" tanya Rexa."Sangat, aku tiba-tiba ngantuk," sahut Yatri sembari menguap."aku bayar dulu, kamu tunggu disini."Rexa membayar di kasir, saat ingun kembali ke Yatri, dia mendapat telpon dari kakeknya."Iya, Kek. Ada apa?""Kamu dimana? Kakek besok akan ke rumahmu, tunggu kakek besok, jangan menolak durhaka kamu, " kata Pak Yahya."Baguslah, kek. Lebih baik begitu, dari pada harus Rexa ke rumah, aku tidak mau ketemu mereka, parasit kakek.""iya, kakek juga ingin lebih dekat dengan istrimu, katanya dia hamil.""Iya, kek. Sekarang aku mau pulang dulu, soalnya aku sedang di resto, " ucap Rexa menutup panggilannya.Yatri dan Rexa keluar dari restoran itu, menggandeng tangan istrinya seakan menunjukkan kepemilikannya pada setiap pasang mata yang
Keesokan harinya, Rexa akan pergi ke kantor, ada banyak pertemuan hari ini dengan para koleganya. Yatri yang sedari tadi menunggu dia berpakaian, duduk menepi di sofa kamar. Setelah rapi, Rexa menuju ke arah Yatri."Kamu tetaplah di rumah, akan ada kakek datang nanti, jika dia bertanya kita kenal dimana, pacaran berapa lama, dan ketemu dimana, jawab saja 'kami baru kenal tapi langsung nikah', setelah itu semua jawaban tergantung kamu," jelas Rexa."Iya, aku mengerti."Mereka berdua turun ke bawah, memulai sarapan seperti biasanya, kemarin keduanya mulai sepekat untuk menjalani hari-hari selama satu tahun selayaknya suami istri sungguhan, tak ada rasa kaku ataupun aturan kontrak yang bisa menekan batin Yatri yang sedang hamil."BU Yat, siang nanti Yatri harus makan yang nutrisinya harus lengkap, dan buah tercukupi, susu juga. Jika dia tidak mau, aku akan pulang menyuapi dia," kata Rexa sengaja agar Yatri mendengarnya pula.
Di rumah Yatri sengaja turun ke dapur untuk menemui Bu Yat, seharian di kamar menonton buat dia jenuh, dia butuh sosok teman cerita yang bisa menghilangkan rasa bosannya.Bu Yat sedang asyik memoting semua bahan masakan untuk makan malam penyambutan Pak Yahya nanti. Yatri yang ingun membuang keringat sedikit membantu Bu Yat."Tidak usah, Non. Non Yatri duduk saja," kata Bu Yat."Tidak apa kok Bu Yat, lagi pula orang hamil harus lebih banyak bergerak agar aliran darahnya lancara," serfah Yatri."Ya sudah, Non. Kerjanya yang gampang-gampang saja."Yatri memilih mengupas kentang, dia sedikit ingin tahu bagaimana kondisi keluarga Rexa yang sesungguhnya, dia penasaran dengan sikap ayah mertua dan ibu tiri mertuanya kemarin yang begitu menghardik Rexa."Bu Yat sudah lama 'kan kerja dengan Rexa, kenapa ayah dan ibunya begitu ya?" tanya Yatri.Bu Yat menghela nafas, bila dia merenungkan nasib Rexa yan