Share

WEDDING ON PAPER
WEDDING ON PAPER
Penulis: Alna Selviata

Pertengkaran

Rumah mewah yang meriuhkan lagi amarah, pasangan suami-istri masih kukuh pada pendapatnya sendiri, tak ada yang ingin kalah dan mengalah, tak ada yang pula yang jadi pemisah diantara kelelahan, keluarga hanya berdiam diri menutup kuping dengan lakon itu setiap hari.

"Perempuan tidak di untung! Syukur kau ku nikahi! Kalau tidak, kau lahir kan anakmu tanpa ayah!" Hardik pria bertubuh gempal itu padanya.

Yatri mengepal tangan, suaminya acap kali mengungkit masa lalu mereka yang hamil sebelum menikah, padahal anak Yatri adalah anaknya kandung pria itu, yang tak suaminya, Galang.

"Jadi kau menyesali mereka hadir di dunia ini?" tanya Yatri yang makin tersulut emosi.

"Aku menyesal menikahi mu! Keluargaku memang benar, mencari perempuan harus dari kalangan berpendidikan, bukan dari keluarga sepertimu!" ​​Galang mengumpat lagi, kalimat itu dilontarkan ke Yatri bila sedang marah.

"Aku yang sangat menyesal masuk di keluarga yang penuh kesombongan ini!" Yatri lengkapnya pula.

Plak! Plak! 

Tamparan dia layangkan ke wajah Yatri, tubuh wanita itu terpental ke lemari pakaian mereka. Setiap pertengkaran itu akan berujung pada kekerasan fisik. Entah di bagian mana lagi tubuh Yatri, dia hanya berusaha menutupi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif, telinga, kepala, mata, juga perut, meskipun kakinya diinjak-injak pria arogan itu.

"Rasakan kamu! Berani membentak suami!" Kecam Galang dengan hentakkan kaki yang tak henti.

Kedua anak mereka menangis, melihat itu Galang aksi brutal pada istrinya itu.

"Kamu berhak mendapat ini, dasar istri tidak tahu kasih, cuih!" Galang meludahinya lalu keluar dari kamar dengan membawa amarah yang di pendam.

Yatri menangis tersedu-sedu, yang kedua anaknya yang masih berusia lima tahun dan tiga tahun itu menggunakan ibunya, mereka bertiga menangis dalam kemalangan nasib menjadi makmun dari pria seperti suaminya.

Orang yang memiliki sifat tempramental, bila tak bisa mengendalikan emosinya maka pukulan dan cacian secara bersamaan ia lakukan pada Yatri. Meski masalah itu hanya sepele,

hanya tak bisa mengiyakan segala perintahnya, sebab Yatri terlalu lelah kedua anaknya yang dibatasi oleh rewel.

Perempuan berusia 25 tahun itu sudah biasa demikian, dia sudah tidak menginginkan pernikahan ini, namun wajah anak-anak selalu jadi penghalang. Apakah dia harus membuat anak-anaknya mengulang sejarah? sejarah hidup dengan orang tua yang bercerai sejak kecil. Oh Tuhan, Yatri menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Pernikahannya sudah berjalan 5 tahun, tetapi kebahagiaan yang dirasakan tidak sebanding luka batin dan memar di tubuhnya, tidak hanya mulut Galang yang mencacinya, Ibu mertua yang tak pernah menginginkan kehadirannya sebagai menantu buat Yatri tertekan, itu semua karena perbedaan kasta, belum lagi ipar-ipar yang tak sungkan mengutarakan kata sinis di telinganya, lengkap sudah penderitaan Yatri sebagai istri.

Yatri berbaring dilantai bersama anaknya, matanya terpejam membawa perih di pipi bekas stempel kasar Galang. Kali ini dia harus lebih banyak bersabar dulu, jika waktu yang sudah tepat, dia akan meninggalkan Galang dan keluarga angkuhnya itu.

"Lihat saja nanti, aku akan membuat kalian menyesal sudah membuatku seperti ini," gumam Yatri.

Yatri belum bisa berbuat apa-apa, dia belum punya pegangan untuk pergi meninggalkan Galang, bila harus pergi dia akan membawa Difa dan Kesan, dan itu harus memiliki tabungan yang cukup, setidaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa menghidupi mereka bertiga.

Sejak kecil dia dirawat oleh Uwa nya, Yatri sudah memiliki ibu, dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya sudah memilik istri pula, sementara itu sudah menikah lagi dan memiliki kehidupan baru.

Sadar diri dengan pendidikannya yang hanya tamat di SMP, dari dulu dia sulit mendapat pekerjaan, semua pekerjaan yang pernah ia lakoni hanya sebagai pelayan rumah makan juga sebagai buruh pabrik.

Bukan tak ingin bersekolah, melainkan keuangan Uwa nya tak memadai, akhirnya Yatri tidak bisa menamatkan sekolahnya di jenjang menengah atas.

'Ah, apakah sehina ini garis hidupku?'

Mengapa pria yang ia cintai malah membuat hidupnya semakin tak berarti. Pria yang ingin dijadikan tempat sandaran malah buat diri ya terluka oleh ucapan dan ringan.

Yatri tertidur melihat mimpi kekejaman pasangan dan keluarga mertuanya.

************

Perempuan yang sedang selonjoran di kursi santai mengangkat bibir sebelah.

"Kan, apa ibu bilang, perempuan itu tidak baik. Kamu yang ngotot mau nikahin dia, terimalah buah durhakamu pada ibu," ketus Ibu Rena pada Galang.

Beginilah sikap Galang bila sedang bermasalah dengan Yatri, semua keluh kesahnya akan diberikan pada Ibunya. Tetapi hal itu membuat wanita yang terkenal kaya Raya di kotanya tahu menantunya.

Dia sangat tidak suka Yatri dan kedua cucunya, bukan Yatri yang ia inginkan jadi menantu, perempuan biasa dari keluarga yang segudang masalah sangat tidak layak untuk anaknya.

Galang pria yang menyelesaikan studinya di perguruan tinggi swasta terbesar di kotanya, di mereka tak ada yang menikah dengan keluarga yang berekonomi rendah kecuali Galang, sangat kecewa terhadap putra bungsunya itu.

“Kalau menurut ibu, jangan lagu bertahan di rumah tanggamu, lagipula kamu masih muda Galang, jangan bodoh!” Imbuhnya pada anaknya.

Galang menghela nafas. Itu memang memang jadi rencananya namun selalu terkendala bila kedua anaknya.

"Tapi bagaimana dengan anak-anakku, Bu? Mereka masih kecil," keluh Galang memelas.

"Ck, selalu saja itu alasanmu, kalian pisah anak-anak itu akan tetap hidup, sesekali kau menjenguknya."

Galang diam berpikir, Ah, ini cara yang tidak benar, dia sangat menyayangi kedua anaknya, tapi Yatri selalu memancing emosinya bila istrinya tidak menuruti kemauannya, Yatri selalu menolak bila perintah kakak ipar dan mertuanya, Yatri tak mau mengalah dan coba bersabar bila kritik kan itu datang padanya. Sebagai anak bungsu dan adik bungsu dia merasa harus patuh pada keluarganya, dan itu juga harus dijalankan oleh Yatri, sekalipun cemoohan itu pedas.

"Ya, sakit saja terus sampai kau anak lima lagi." Ibu Rena mulai kesal bila anaknya dirundung kebimbangan.

Dia meninggalkan Galang yang merenung di teras, pria yang terdidik sejak kecil itu bingung mengambil langkah karena didikan Ibu dan Ayahnya. Dia tidak pernah didik menjadi pria yang tegas namun tetap lembut, kedua orangtuanya hanya sibuk bekerja, mengedepankan kecukupan finansial untuk anak-anaknya yang membangun karakter.

"Kau mau menginap dimana?" tanya Ibunya yang nampak dibalik pintu.

"Disini saja, Bu. Aku malas pulang ke kontrakan," sahut Galang.

Ibu Rena senang bila Galang tidak kembali ke kontrakan sempit itu. Dia akan sedikit demi sedikit mendoktrin anaknya agar segera menceraikan tidak menantu tidak berguna itu.

Setelah itu dia akan membawa Galang ke luar kota, menata masa depan anaknya untuk menjadikan pria yang pantas untuk wanita yang pantas pula.

Sedangkan Yatri harus kembali ke tempatnya semula, membawa kedua anaknya yang tak pernah ia anggap sebagai cucu.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Serli Marlina
Keren sih cerita nya!
goodnovel comment avatar
YUYUN WIDANARTI
Pusing sama susunan kata2nya…
goodnovel comment avatar
Muhammad Ghazy Arsenio Bangsawan
menarik ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status