Share

Ketuk palu

Malam sudah larut, Yatri sudah menidurkan kedua anaknya. Dia merilik ke jam dinding di kamarnya, menujukkan pukul satu malam, namun Galang belum juga kembali ke kontrakan mereka. 

'Dia pasti ke rumah ibu lagi,' gumam Yatri. 

Dia ke dapur membuat teh, badannya masih nyeri akibat pukulan Galang. Dia juga membuatkan kopi untuk suaminya, bila dia pulang nanti merek tak perlua saling bicara meminta sesuatu yang Galang butuhkan darinya.

Setalah itu,Yatri memilih berbaring di samping anaknya sembari mengatak-atik ponselnya, dia menyelidik semua sosial media sumainya, kebetulan password sosial.media Galang diam-diam mencarinya dengan membajak semua email pria itu di kala sedang tidur.

Betapa terkejutnya Yatri mendapati chatingan Galang dengan perempuan lain, menjurus mesra hingga kata cinta penuh hasrat terselip pula di kalimat mereka.

Dengan perasaan yang campur aduk, Yatri membaca perkapan suaminya dengan wanita yang tak lain adalah selingkuhannya.

'Katanya kamu mencintaiku, tapi belum berani juga menikahiku.'

'Bukan tidak berani sayang, aku belum bisa menceraikan istriku, anakku masih kecil, itu kalau kamu mau jadi istri keduaku.'

'Tidak, ah, jadi yang kedua ribet, digantungin mulu, belum lagi aku pasti selalu dianggurin.'

'Hahahah, mana bisa aku anggurin perempuan hebat sepertimu, permainan ranjangmu saja luarbiasa, aku rindu masa-masa kita di Hotel Marlo, hmmmm ...'

Hanya sepenggal kalimat percakapan itu di baca oleh Yatri, dia sudah kembali menitikkan air mata, kedua tangannya mengepal geram. Galang memang sangat keterlaluan, tidak hanya melukai dirinya secara fisik, namun batin dan hatinya pun ikut di sayat oleh pria yang sudah menikahinya lima tahun lalu itu.

"Suami kurang ajar!" Kecamnya.

Yatri tidak bisa menahan lagi amarahnya, dia harus bertindak sesuai prinsipnya, bahwa pengkhianatan adalah garis merah dalam hidupnya.

Dia akan meminta tolong pada temannya mirna untuk mengetahui bagaimana mengajukan gugatan cerai, Yatri berniat untuk mengakhiri pernikahannya, tak ada kata maaf lagi buat Galang, terlalu banyak luka ia rasakan di pernikahan yang tidak sehat ini.

Yatri bisa saja memaklumi bila tangan suaminya memukulinya, namun tidak untuk menodai janji suci pernikahan. Mendua bukan suatu cara yang dibenarkan bila mereka sudah tidak sakinah lagi.

Dia menguatkan diri lagi untuk membaca percakapan Galang dan wanita itu, ternyata mereka sudah dua tahun menjalin hubungan dibelakangnya, pastas saja suaminya selalu beralasan untuk melakukan touring keluar kota, ternyata dia bertemu diam-diam dengan selingkuhannya.

Yatri membulatkan tekad, dia mengumpulkan kebaranian agar mampu pergi dari suaminya, meski anak-anaknya akan jadi korban, tetapi harga dirinya pun sebagia perempuan dan ibu harus lebih diutamakan.

Dia tak ingin menderita diatas kebahagian Galang dan selingkuhannya, dia juga berhak bahagia. Pilihan ada di tangannya, pergi meninggalkan luka atau bertahan dengan rasa sakit.

"Kamu akan kehilangan kami," gumam Yatri.

Yatri beranjak mengambil tas pakaian dan kopernya, dia memasukkan semua barang-barangnya juga baju anaknya ke dalam tas, tersisa hanya setumpuk pakaian Galang yang terlipat rapi.

Saat pagi tiba, Yatri akan kembali ke kampung halamannya membawa kedua anaknya untuk memulai hidup baru disana.

**************

Yatri dan kedua anaknya menuju ke terminal, tapi sebelum itu dia mampir ke rumah Mirna, sahabatnya yang kerja si kontor agama di kota tersebut, dia meminta tolong untuk membantunya mengurus gugatan cerainya terhadap Galang, mirna pun mengiyakan, eua bukti kekerasan sudah di foto oleh mirna, juga bukti-bukti perselingkuhan Galang selama dua tahun.

"Kamu sudah yakin?" tanya mirna padanya.

Sebagai sahabat dari kampung yang sama, mirna sedih dengan apa yang dialami Yatri.

"Aku sudah mantap, Mir. Ini terbaik buat aku dan kedua anakku," sahut Yatri tanpa ragu. Meski didalam hatinya ada getaran menucap kalimat tersebut.

"Baiklah, ini akan di proses, bila suami sudah memukul istri dan ada puhak ketiga pula, tak ada embel-embel lagi, Pak hakim pasti tinggal akan ketuk palu," terang Mirna padanya.

Yatri menganggk kecil, dia memahami maksud Mirna. Dia memalingkan wajah ke Difa dan Kesan, ada rasa bersalah pada kedua anaknya itu. Mereka masih kecil tapi sudah melihat kehidupan rumit orangtuanya, namun disisi lain, ini juga membawa kebaikan, sebab Difa dan Kesan tidak akan lagi melihat dirinya dipukuli oleh Ayah mereka.

Yatri takut bila sikap temprament Galang mengakibatkan psikis kedua anaknya terganggu hingga mengalami trauma berkelanjutan saat dewasa.

Yatri berpamitan pada Mirna, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kempung halamanya.

Di perjalanan, Yatri tak henti berusaha menguatkan dirinya. Dia akan menjadi Ibu yang hebat untuk kedua anaknya tanpa ada suami sepertu Galang dihidupnya.

Seluruh hidup dan tujuannya hanya satu, yaitu membahagiakan kedua anaknya, mencarikan nafkah hingga anaknya kelak dewasa. Berbenah diri lebih baik lagi. Semoga Tuhan mendengar lirihan segala doanya yang sungguh menghiba.

****************

Siang hari, Galang kembali ke kontrakkanya, dia beberapa kali mengetuk pintu, namun tal ada jawaban dari dalam. Saat memutar kenop pintu rumah itu tidak di kunci, dia masuk tanpa memberi salam. 

Menjalarkan mata ke setiap sudut ruangan, dapur, ruang tv, terakhir kamar. Melihat ada keanehan, Galang langsung membuka lemari, memastikan apa yang dipikirkannya itu benar.

Dia mendapati semua pakaian Yatri lenyap bersama pakaian anak-anaknya. 

"Kalian pergi tanpa pamit." Galang mengerutu.

Ada rasa kesal dihatinya, sebab Yatri pergi tanpa mengucap pamit darinya, dia tidak meras di hargai sebagai suami.

"Pergilah, toh kalian akan kembali kalau sudah tidak punya uang lagi," lanjut Galang yang tak mau pusing.

Pikiran licik menghinggap dibenaknya, ini kesempatan dia untuk lebih leluasa bertemu Sinta, pacarnya. Ada baik juga Yatri pergi untuk sementara, dia akan lebih menghabiskan waktu banyak dengan Sinta, pikir Galang.

Dia pun menyusun baju-bajunya ke dalam tas, selama Yatri berada di kampung, dia ingin tinggal dirumah orangtuanya, Galang tidak bisa tinggal di kontrakkan kecil seperti itu tanpa ada Yatri melayani segala keperluaanya. 

Galang akan menikmati kembali fasilitas yang orangtuanya sempat tarik selama menikah dengan Yatri. Dia seperti merasa bebas dengan perginya ketiga orang itu.

Jika Yatri suatu saat keberatan dengan tingkahnya, Galang akan membalikkan pertanyaan, mengapa memang Yatri meninggalkan suaminya tanpa pamit? tentu smeua orang akan membenarkan pendapatnya.

"Baiklah, Yatri kita liat, siapa yang akan menyesal," kecam Galang pada foto Yatri yang akan dihapus di galeri ponselnya.

Bila Yatri tak kembali dalam sebulan, maka Galang akan menikahi Sinta. Dia tidak ingin di gantung oleh perempuan macam Yatru yang hanya gadis kampung. Sinta jauh lebih menarik, dan hebat, pendidikan Sinta pun juga sama dengannya. Bila dibandingkan dengan istrinya, Yatri hanyalah kepingan Sinta. Batin Galang.

Dengan mengendarai sepeda motornya, Galang menuju kerumah orangtuanya, membawa kesenangan yang akan di berikan pada Ibunya. Ini akan membawa kebahagiaan tersendiri pada Ibunya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status