"Dengarkan aku! Jika besok Rico sadarkan diri dan ingatannya kembali pulih, orang pertama yang harus kamu habisi adalah Anggun. Kamu culik dia, terserah mau kamu apakan dulu itu si Anggun sebelum menemui ajalnya. Mau kamu perkosa dulu juga boleh. Yang jelas, jika aku tidak bisa bersama Rico maka Anggun juga tidak bisa. Besok setelah Rico sadar, aku akan menghubungimu kembali. Jangan bertindak sebelum aku perintahkan!" obrolan Nisa di telepon dengan orang misterius."
'Apa? Nisa akan membunuh Anggun? Nisa berbicara dengan siapa? ingatan? sebenarnya apa yang terjadi?' tanya Rico dalam hati.
"Mas, sebenarnya aku sangat mencintaimu. Namun, karena keadaan aku harus berbuat seperti ini!
***
~Di ruangan Dokter~
"Dok, sebenarnya apa yang terjadi dengan suami saya?" tanya Anggun khawatir.
"Ada pembuluh darah yang mengalami kelainan? biasanya seseorang yang menderita ini akan kehilangan ingatan sebagian. Jadi tidak seluruh ingatannya hilang. Apakah Pak
"Mas, cepatlah sadar! aku sedih jika melihatmu seperti ini. Aku lebih baik setiap hari bertengkar denganmu!"Anggun berpikir keras, apa yang bisa membuat suaminya itu terbangun. Apa yang diinginkannya? tiba-tiba terbit senyuman dari bibir mungil nan tipis milik Anggun."Mas, jika kamu sadar malam ini juga, kita cucus. Mas, mau, 'kan, cucus denganku! Jika perlu, kita melakukannya di rumah sakit. Ini janjiku! Tetapi jika lewat dari jam dua belas malam, maaf, janjiku menjadi kadaluarsa dan hangus!" (cucus= sebutan hubungan suami istri untuk Rico dan Anggun)***Walaupun mata Rico terpejam, dan dia masih tidak sadarkan diri, tetapi telinganya mendengar setiap orang yang berkata kepadanya. Rico mendengar apa yang dikatakan oleh Anggun, dia ingin sadar tetapi dia tidak bisa dan bingung bagaimana caranya."Tuhan, tolong sadarkan aku!" pinta Rico dalam hati."Anggun, kasih waktunya sampai besok pagi donk! batas akhir jangan sampai pukul dua be
Anggun dan Allina pun tertidur di karpet yang digelar di atas lantai. Sebenarnya, ada sofa empuk di ruangan tersebut. Namun, tidak mungkin mereka berdua tidur di sana dan juga tidak mungkin salah seorang tidur di sofa dan satu lagi di lantai. Solidaritas mereka sangat tinggi, Allina akan senantiasa selalu membantu Anggun begitu pun sebaliknya.Mereka tidur saling berpelukan memberikan kehangatan satu sama lain. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Rico pun akhirnya tersadar dan dia melihat kedua wanita yang tertidur di atas lantai.Dia tersenyum kecil pada saat melihat Anggun. Dia teringat bahwa Anggun semalam sudah melakukan perbuatan yang dia inginkan. Jika saja, tidak ada Allina mungkin Anggun sudah dia santap dengan lahap sebagai menu sarapan pagi.Rico merasa ada yang mengganjal dan meronta-meronta dibagian bawah tubuhnya. Benar saja, si junior belum bisa tertidur pulas karena dia belum menerima haknya dari Anggun.Rico terus memandang
"Ini sudah pukul enam pagi. Kalian pulanglah! Istirahat yang cukup, terima kasih kalian sudah menjaga Rico semalaman.""Memang itu sudah menjadi kewajibanku menjaga suamiku dengan baik!" jawab Anggun dengan tegas."Kalian boleh pulang, nanti akan ku kabari jika Rico sudah siuman.""Baiklah! aku ada jadwal kuliah hari ini. Aku titip mas Rico.""Oke, sudah kewajibanku menjaga suamiku!" ledek Nisa untuk membalas perkataan Anggun barusan. Owh iya, jangan lupa itu barang-barangnya dibawa. Jangan sampai berantakan seperti itu!""Allina, ayo kita pergi!" ajak Anggun.Kedua sahabat karib itu pun pulang ke rumah dan untuk mempersiapkan diri pergi ke kampus.Setelah mereka keluar dari ruangan, Nisa mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo, Anggun dan Allina sedang keluar dari rumah sakit. Kalian ikuti terus mereka. Dan apabila Rico terbangun dengan ingatan yang pulih dan berubah sikap, maka, kalian laksana perintahku untuk mem
"Anggun tidak peduli kepadamu. Dia belum menampakkan diri di rumah sakit walaupun aku sudah memberitahu tentangmu. Dia lebih memilih Romeo daripada kamu, Sayang. Sebenarnya, aku tidak mau berkata seperti ini. Namun, kamu menanyakannya. Aku tidak bisa berbohong dan menyembunyikan kelakuan Anggun yang sebenarnya."Nisa terus saja berkata bohong sembari pura-pura menangis untuk menjatuhkan Anggun di depan Rico. Namun sayang, Rico ternyata sudah tahu semunya. Dia pun akan meladeni istrinya itu untuk bermain peran. Yang terpenting untuk saat ini adalah dia bisa melindungi Anggun dengan caranya sendiri."Terima kasih, Sayang. Kamu sudah tulus mencintaiku dan bersedia merawatku tidak seperti Anggun. Aku mencintaimu, Sayang!" ujar Rico sembari menatap sedih. Dia tidak menyangka bawah Nisa benar-benar berubah tidak seperti Nisa yang dia kenal dulu."Sama-sama, Sayang! Aku adalah istrimu sudah sepantasnya akh berbakti kepadamu." Nisa menjawab dengan percaya diri. Di
Romeo ikut khawatir dengan keadaan Anggun. Dia pun mendekatkan kursinya dan memegang tangan Anggun."Anggun," panggil Romeo dengan lembut.Akhirnya, Anggun tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah Romeo dengan mata berkaca-kaca. "Romeo," panggilnya dengan lirih dan wajah sendu."Apa yang terjadi? Kenapa kamu tampak sedih?""Mas Rico masuk rumah sakit dan belum sadarkan diri dari kemarin. Aku khawatir dia kenapa-kenapa! Dan, aku juga belum mendapatkan kabar dari Nisa tentang kabar Mas Rico.""Ya sudah, nanti aku ikut apabila menjenguk bang Rico," tutur Romeo."Baiklah, terima kasih, Romeo."***Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, Romeo, Vino, Vita dan Allina ikut dengan Anggun ke rumah sakit untuk menjenguk Rico. Setiba di sana Anggun sungguh bahagia karena suaminya sudah siuman dan tampak segar. Anggun tersenyum dengan mata berkaca-kaca, dia bersyukur bahwa Rico baik-baik saja. Ingin rasanya dia memeluk Rico tetapi di sini ban
Vino merasa aneh dengan perkataan Rico. Pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan! "Bro, kamu mau ke belakang? ayo aku antar ke kamar mandi!"***Rico mengernyitkan dahinya, pasalnya dia tidak mengatakan bahwa ingin pergi ke kamar mandi. Dia menatap lekat sahabatnya itu dan kemudian dia mulai paham maksud dari perkataan Vino."Terima kasih, Bro! Tolong bantu aku!" pinta Rico sembari turun dari tempat tidur dan membawa cairan infusannya.Ketika mereka berada di dalam kamar mandi, Rico berbicara dengan berbisik dan cepat agar Nisa tidak curiga."Vino, untuk sementara tolong bantu aku menjaga Anggun. Jauhkan dia dari aku dan Nisa. Ternyata perkataanmu ada benarnya! Nisa tidak sebaik yang aku kira. Namun, sekarang aku belum bisa bertindak. Aku harus mengingat sebagian memoryku yang terhapus karena kecelakaan tersebut sembari mencari bukti!" papar Rico menjelaskan."Baik, Bro. Akhirnya, kamu sadar bahwa Nisa tidak sebaik yang kamu pikirkan. Aku
"Baiklah, berikan obatnya!" pinta Rico sembari melihat ekspresi dan gerak gerik Nisa.Wajah Nisa pun tiba-tiba tersenyum lebar ketika Rico bersedia meminum obat tersebut. Dan, di hadapannya Rico telah meminum obat tersebut."Sayang, hari ini aku bisa menemanimu di rumah sakit karena aku sudah boleh pulang. Aku pergi dulu sebentar karena mau menyelesaikan administrasi dan membeli makanan. Kamu tidak apa-apa aku tinggal?" tanya Nisa sembari membelai lembut rambut sang suami."Tidak apa-apa, lagi pula kepalaku juga sedikit pusing. Aku juga mau beristirahat! Kamu hati-hati dan cepat kembali!" sahut Rico sembari merebahkan diri dari posisi duduknya.Sebelum pergi Nisa pun mengecup kening dan bibir sang suami secara bergantian. "Aku hanya sebentar, ya, Sayang.""Baiklah." Rico pun memejamkan matanya hingga Nisa benar-benar pergi dari ruang inapnya. Kemudian, dia membuka kembali matanya dan mengambil obat yang diberikan Nisa kepadanya. 'Ini obat apa?' ta
"Aku tidak mau tahu, malam ini Anggun dan Vino harus lenyap dari muka bumi!" titah Nisa kepada seseorang di telepon.Setelah menginstruksikan seseorang untuk membunuh Anggun dan Rico. Nisa pun menutup teleponnya. Kemudian, dia kembali ke rumah sakit untuk menemani Rico.Di tempat tidur pasien, Rico terlihat tidur pulas. Dengan langkah perlahan tanpa bersuara, Nisa mendekat ke arah suaminya. Dia menatap lekat Rico dengan mata sayu. Tangannya mengusap dan membelai lembut rambut Rico yang hitam. Dia pun tersenyum bahagia, dan kemudian mengecup bibir Rico yang merah."Mas, ternyata kamu itu sangat tampan. Beruntung aku bisa menjadi istrimu. Aku sangat mencintaimu!" monolog Nisa dengan berbisik.'Lalu, kenapa kamu berubah? Kamu bukan Nisa yang aku kenal lagi sekarang. Apa yang menyebabkanmu menjadi wanita yang tidak punya hati?' ujar Rico dalam hati sembari berpura-pura tidur.***Sebelum masuk ke dalam mobil masing-masing, Vino membi