“Jangan! Ku mohon jangan besok,” tolak Anggun sembari manatap sendu kepada Rico.
“Baiklah, Sayang. Kita pergi lusa atau setelah kamu siap,” jawab Rico untuk menenangkan istrinya.
“Mas, besok aku ingin berduaan seharian bersamamu!” pinta Anggun. Dia tahu bahwa ibunya adalah orang yang sangat keras dan tidak mudah untuk berubah pikiran. Dia ingin menikmati waktu berdua dengan suaminya. Dia begitu takut, jika setelah bertemu dengan sang ibu, dia tidak diizinkan lagi untuk bersama Rico. Dia pun memeluk Rico begitu erat sembari bersandar di dadanya yang bidang serta menikmati suara detak jantung.
“Baiklah, aku akan bicara kepada Andy untuk menghandle semua pekerjaan.”
“Terima kasih,” balas Anggun. Dia pun begitu tenang dan nyaman berada di pelukan Rico. Rasanya begitu hangat. Dia takut tidak bisa merasakan pelukan suaminya lagi.
Anggun merasa jika mamanya sudah keterlaluan dan kelewat batas. Dia tidak tega melihat Rico yang berlutut seperti itu. Sedangkan, mamanya acuh tak acuh dengan kesungguhan suaminya yang sedang memohon. Dia pun keluar dari tempat persembunyiannya."Ma," panggil Anggun.“Anggun, Sayang.” Linda menghampiri sang putri dan kemudian memeluknya begitu erat. Sedangkan, dia melewati begitu saja Rico yang sedang berlutut di hadapannya.Anggun semakin prihatin melihat suaminya. Dia pun melepaskan pelukan Linda dan kemudian mendekati Rico dan membantunya berdiri. “Jangan melakukan ini lagi, aku mohon!” lirih Anggun kepada Rico. “Kamu suamiku. Aku tidak ikhlas jika kamu merendahkan dirimu di hadapan siapapun walaupun itu kepada ibuku.”Linda geram mendengar perkataan Anggun. Dia berpikir bahwa Rico telah mengubah putrinya menjadi pembangkang. Dia pun menarik Anggun agar menjauh dari pria yang sangat dia benci.“Mama, lep
“Mas,” panggil Anggun lirih dengan air mata yang terus berderai di pipinya. “Bagaimana ini? Mama akan tetap memisahkan kita. Aku tidak mau, tolong jangan biarkan mama membawaku, Mas!” ucap Anggun dengan bibir yang bergetar karena takut.“Hemm,” gumam Rico sembari memandang dengan penuh perhatian. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan selalu menjagamu, Sayang.”“Aku percaya jika kamu bisa menjagaku dan melindungiku. Namun, yang aku takutkan jika mama akan terus berusaha memisahkan kita. Aku lebih baik memiliki seribu musuh dari pada harus berselisih dengan mama.” Anggun memandang Rico dengan tatapan sendu. Pikirannya saat ini sedang berkecamuk, tanpa arah dan tujuan serta buntu tidak bisa mencari solusi.
"Sayang," panggil Rangga dengan lirih."Jangan sebut aku dengan panggilan itu. Sekarang pergi dari hadapanku. Aku muak melihat wajahmu. Aku akan segera mengirimkan berkas gugatan cerai secepatnya!" ujar Linda sembari mengepalkan tangannya tanpa melihat ke arah Rangga."Tidak, Sayang. Aku akan segera menceraikan wanita itu! Aku tidak mau kehilanganmu," balas Rangga dengan mata yang mengkristal."Chk, heuh," decak Linda sinis. "Bukankah aku wanita yang egois dan tidak pernah mendengarkan pendapatmu. Dan sekarang aku katakan, ‘ya’, itu memang benar. Aku tidak akan mendengarkanmu lagi. Sekarang pergi dari hadapanku!” teriak Linda kesal sembari menyapu barang-barang yang berada di atas nakas meja rias dengan tangannya. Barang-barang itu pun berjatuhan, pecah, dan berserakan di lantai. “Kembalilah kepada istri keduamu!” titahnya dengan intonasi suara yang mulai merendah dan napas yang terengah-engah.“Tidak, Sayang. Aku tidak
~Keesokan harinya~Pagi-pagi sekali, Linda sudah bangun dari ketidaksadaran dikarenakan pingsan dan demam tinggi. Dia merasa kepalanya masih terasa pusing. Dia membuka sedikit matanya dan menengok ke arah kanan. Di sana terlihat Rangga yang sedang tidur di kursi samping ranjang pasien sembari memegang tangannya.Ingin rasanya dia menarik tangannya dan memaki pria itu hingga puas. Namun, lingualnya terasa kelu tidak bisa mengatakan apa-apa. Yang ada hanyalah rasa sakit di dalam kalbu.“Aaa …,” teriak Linda sembari menarik tangan yang dipegang Rangga untuk memegang kepalanya yang sakit. Dia terus merintih kesakitan hingga Rangga pun terbangun dari tidurnya.“Kenapa, Sayang?” tanya Rangga panik. Dia pun menekan tombol yang menempel di dinding untuk memanggil tim medis.Tak lama datang seorang dokter dan suster. Mereka pun memeriksa keadaan Linda. Setel
Linda pun memberikan ponselnya kepada Rangga. “Maaf aku tak sengaja membuka pesanmu. By the way, selamat, kamu akan memiliki keturunan dari istri mudamu!” sindir Linda kepada suaminya sembari tersenyum.“Maksudmu?” tanya Rangga tidak paham.“Bukalah!” Linda meminta Rangga untuk membaca isi pesan dari Joya.Ketika Rangga melihatnya, tentu saja dia sangat terkejut melihat pesan itu. Dia bukan merasa bahagia melainkan sebaliknya. Rahangnya mengencang dengan napas memburu karena emosi. Mana bisa dia menghamili Joya disaat dia sudah melakukan operasi vasektomi.“Kurang ajar!” geram Rangga.Linda tidak mengerti kepada suaminya itu, disaat orang lain bahagia mendapatkan sebuah keturunan. Namun, dia malah terlihat sangat marah. Namun, Linda mengabaikannya, toh, bukan urusannya.“Bukankah, harusnya kamu bersyukur!&
Linda bahagia sekaligus kecewa karena Anggun datang bersama Rico. “Pergi kamu dari sini!” usir Linda pelan tetapi tegas. "Aku tidak mau melihatmu."“Ma, tolong jangan bicara seperti itu. Mas Rico hanya mengantarku kemari. Dia khawatir jika aku pergi ke sini seorang diri,” sahut Anggun membela suaminya. Dia begitu iba melihat Rico yang selalu mendapat perlakuan buruk dari ibunya semenjak permasalahan yang disebabkan oleh Nisa.“Mama tahu kamu ke sini karena diberi kabar oleh, papa, kan! Karena selain papa tidak ada yang tahu bahwa mama sedang dirawat di rumah sakit ini," tutur Linda sembari memalingkan wajah dari sang putri.Anggun menghampiri sang mama lebih dekat bersama Rico. Kemudian, Rico mengambil kursi dan meminta istrinya untuk duduk di samping ranjang mama Linda. Sedangkan Rico, dia tetap berdiri di belakang Anggun mendamping sang istri."Ya, Ma. Papa semalam meneleponku," balas Anggun. Dia memegang tangan maman
Anggun memeluk Rico begitu erat ketika suaminya itu akan pergi. “Mas, titip papa. Aku pasti akan merindukanmu!” ungkap Anggun yang tak mau melepaskan pelukan dari suaminya.“Kamu jaga diri baik-baik di sini. Jaga makan, jangan sampai ketika aku datang menjemputmu, kamu kurus kering. Nanti aku tidak tega mengajakmu cucus,” canda Rico untuk mencairkan suasana agar mereka berdua tidak larut dalam kesedihan.Anggun mencebikkan bibir dan memicingkan matanya karena sebal dengan perkataan sang suami. Di saat mau berpisah masih bisa mengatakan candaan yang tidak bermakna.“Jangan manyun gitu, istriku yang cantik seperti bidadari tiba-tiba jadi kata kaya pantat ayam.”“Ikh, apaan sih. Nyebelin banget.”Anggun memukul lembut dada bidang sang suami. Wajahnya merengut karena mau menangis. Dia ingin menangis bukan karena candaan Rico melainkan u
~Dua minggu kemudian~Linda telah pulang dari rumah sakit, dan Anggun merawat sang mama dengan sangat baik hingga Linda sekarang sudah sehat dan pulih seperti sedia kala.Di pagi yang cerah Anggun pergi ke balkon untuk menikmati udara sejuk karena jika agak siang cuaca sudah berubah menjadi sangat panas. Hari-harinya sangat membosankan, apalagi ketika mamanya merampas ponsel agar tidak berhubungan dengan Rico.Anggun berusaha menyabarkan diri, karena dia tidak mau sang mama emosi dan penyakitnya kambuh. Sedangkan, suami dan papanya sedang menjalankan misi di Jakarta demi mempertahankan ikatan pernikahan, baik pernikahannya maupun pernikahan kedua orangtuanya. Serta menyelesaikan semua permasalahan yang ada.Sekarang dia sangat merindukan Rico. Dia benar-benar kehilangan komunikasi dengan sang suami. Dia bagai burung kenari yang dikurung di sangkar emas. Semua fasilitas dia dapat tetapi tidak bisa men