~Keesokan harinya~
Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.
Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.
“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.
Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.
“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lakukan. Dia malah melihat menu makanan yang tersedia di meja makan. Dan di sana tidak ada nasi atau makanan yang membangkitkan selera makannya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke dapur dan membuat shusi.
‘Yeah, dia pergi! Sepertinya dia sedang cemburu,’ tutur Rico dalam hati. Dia pun melepaskan tautan bibirnya di bibir Nisa.
Sedangkan di dapur Anggun sedang sibuk membuat tiga macam shusi yaitu norimaki shusi yang dibalut kertas nori (rumput laut) dengan isian nasi, telur dan irisan mentimun, kemudian shusi nigiri yang disajikan dengan nasi dan di atasnya diberi potongan ikan salmon, serta satu lagi shusi futomaki merupakan varian sushi yang isiannya sudah di masak terlebih dahulu. Akhirnya, dalam waktu lima belas menit shusi itu pun sudah selesai dan siap di santap. Dia kembali ke meja makan di sana masih terlihat Nisa yang masih bermanja-manjaan kepada Rico.
Anggun makan shusi buatannya dengan sangat lahap di depan mereka, sehingga mencuri perhatian Rico dan Nisa.
“Kamu pagi-pagi sudah makan shusi, itu tidak baik untuk perutmu. Bagaimana jika kamu sakit perut?” tutur Rico sembari mengambil piring shusi dari Anggun.
“Yach … yach … yach, jangan diambil!” tutur Anggun dengan wajah memelas.
Rico kemudian melahap shusi tersebut dan untuk ketiga kalinya dia sangat cinta masakan Anggun. Sedangkan Anggun hanya bisa menelan saliva pada saat Rico menyantap shusinya dengan rakus.
“Kamu mau mencobanya, Sayang?” tanya Rico kepada Nisa.
“Boleh!” sahut Nisa sembari membuka mulutnya meminta agar Rico menyuapinya.
Rico pun menyuapi Nisa dan betapa terkejutnya saat Nisa mencicipi shusi buatan Anggun.
“Anggun ini lezat sekali,” ujar Nisa.
“Lapaaar!” tutur Anggun dengan wajah sedih.
“Makanlah!” tutur Rico sembari menyodorkan shusi ke mulut Anggun dengan sumpit.
Wajah Anggun seketika berbinar melihat shusi di depan mulutnya. Pada saat dia akan melahap shusi tersebut tiba-tiba shusi terakhir itu di masukkan kedalam mulutnya.
Anggun benar-benar dibuat kesal oleh Rico. Baru kali ini dia menemukan pria yang sangat menyebalkan di dunia. Ingin rasanya dia menjambak rambut, mencakar wajah dan mematahkan tulang belulang Rico. Namun, dia tetap harus menahan emosinya dan berpura-pura tegar.
Rico dan Anggun berpamitan kepada Nisa kemudian mereka pergi ke bandara. Selama perjalanan tidak ada sepatah kata apapun keluar dari mulut Anggun. Rico benar-benar sudah keterlaluan, dia sudah mempermalukannya di depan Nisa.
Akhirnya mereka tiba di bandara dan sudah berada di dalam pesawat. Anggun memilih tidur dari pada harus melihat wajah Rico yang membuatnya muak.
Tidak terasa mereka sudah tiba di Pulau Dewata Bali. Dan sudah ada jemputan yang sedari tadi menunggu pasangan suami istri itu. Setelah lima belas menit perjalanan dari bandara Ngurahrai ke pantai Jimbaran, akhirnya mereka tiba di vila mewah yang lokasinya berada di sekitar pantai Jimbaran.
Anggun segera masuk ke dalam vila tanpa menunggu Rico kemudian dia memeluk ibu mertuanya. Sesungguhnya dia sangat membutuhkan pelukan itu dan tak terasa air matanya tumpah dari pelupuk mata. Dia mencurahkan rasa kesal yang ada di dalam hatinya dengan menangis di pelukan sang ibu mertua.
“Kenapa kamu menangis?” tanya ibu mertuanya alias ibunda Rico.
“Aku kangen sama mamah,” tutur Anggun dengan berlinang air mata.
“Mama juga sangat merindukanmu, Sayang!” sahut ibunda Rico sembari mengelus-ngelus punggung Anggun dengan penuh kasih sayang.
Di dalam hati Risa ibunda Rico, dia merasa ada sesuatu yang ganjil. ‘Mengapa Anggun menangis tersedu-sedu begini? Pasti Rico telah menyakitinya,’ tuturnya dalam hati.
“Ma, aku juga merindukanmu,” tutur Rico kepada sang ibunda.
“Kamu temui saja dulu kakekmu, Mama masih mau kangen-kangenan bersama Anggun.”
“Baiklah!” sahut Rico.
***
Risa membawa Anggun duduk di sofa. Terlihat sekali oleh Risa bahwa menantunya itu sedang menahan amarah.
“Sayang, apakah kamu sedang ada masalah dengan Rico?” tanya Risa kepada Anggun.
“Iya, aku sangat kesal kepadanya,” sahut Anggun kepada Risa.
“Ceritakan pada Mama, apa yang Rico lakukan kepadamu?” tanya lagi Risa karena penasaran.
“Dia menghabiskan sarapanku, padahal aku baru memakannya sedikit. Aku lapar, Ma!” tutur Anggun sembari memeluk mertuanya lagi.
Tiba-tiba Anggun meringis kesakitan pada perutnya.
“Anggun, kamu kenapa, Sayang?” tanya Risa khawatir.
“Perutku sakit sekali, sepertinya Maagku kambuh, Ma!” tutur Anggun sembari memegang perutnya.
“Rico, Rico …” panggil Risa sembari berteriak.
Rico datang dengan setengah berlari, “Ada apa, Ma?” tanya Rico penasaran.
“Panggilkan dokter pribadi keluarga kita, Anggun sakit.”
“Kenapa Anggun bisa seperti ini?” tanya Rico.
“Gara-gara kamu!” sahut Risa.
“Kok aku, Ma?” tanya Rico yang merasa tidak terima disalahkan oleh mamanya, karena dia sama sekali tidak berbuat apa-apa kepada Anggun.
“Nanti akan Mama ceritakan. Sekarang cepat telepon dokter!”
“Baik, Ma!”
Dokter telah datang ke kediaman keluarga besar Adelard dan langsung memeriksa Anggun.
“Dok, bagaimana keadaan, Istri saya?” tanya Rico khawatir.
“Jangan sampai dia telat makan, saya akan memberikan resep untuk istri anda!”
“Terima kasih, Dok!”
Rico menghampiri Anggun yang sedang tertidur, dia mengusap lembut rambutnya dan kemudian mencium punggung tangannya. Baru kali ini dia merasa sangat khawatir kepada seorang wanita, bahkan kepada Nisa dia belum pernah sekhawatir seperti sekarang.
“Maafkan aku, jangan sakit seperti ini lagi?” bisik Rico yang duduk di kursi samping tempat tidur.
Rico pun merebahkan diri di samping Anggun yang sedang tertidur karena pengaruh obat yang dokter berikan kepadanya. Kemudian dia mengangkat kepala Anggun dengan sangat hati-hati dan membiarkan lengannya menjadi bantal oleh wanita yang telah menjadi istri syahnya itu.
Dia menatap Anggun sangat lekat dan kemudian mengecup keningnya begitu dalam penuh kasih sayang. Dia pun membawa Anggun ke pelukannya dan mendekap tubuh istrinya itu sangat erat.
‘Siapakah yang memelukku? Pelukan ini begitu nyaman,’ ucap Anggun dalam hati dengan mata yang masih tertutup. Dia pun melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang Rico.
Ada senyuman di bibir pasangan suami istri itu, mereka sama-sama merasakan nyaman.
Anggun pun membuka matanya dan betapa terkejutnya yang memeluk tubuhnya ada seorang laki-laki. Dia mendongakkan wajah dan melihat siapa pria yang sedang bersamanya. Sejujurnya ada perasaan lega pada saat melihat bahwa yang memeluk itu adalah Rico. Namun, tetap saja Anggun masih mempertahankan harga diri. Dia berusaha bangkit dari tidur tapi Rico menahannya.
“Diamlah, dokter bilang kamu harus banyak istirahat!” titah Rico pelan tapi tegas. Rico masih mendekap Anggun sangat erat di dadanya.
Deg!
‘Ya ampun detak jantung Rico cepat sekali, seperti detak jantungku tadi malam Apakah dia sedang sakit juga?’ tanya Anggun pada diri sendiri di dalam hati.
“Mas,” panggil Anggun.
“Ya,” sahut Rico singkat, padat, jelas.
“Apakah kamu sakit juga sepertiku?” tanya Anggun dengan polos kepada Rico.
“Maksudmu?” tanya Rico tidak mengerti.
“Detak jantungmu begitu cepat, seperti detak jantungku tadi malam.”
Untungnya wajah Rico berada di atas kepala Anggun jadi istrinya itu tidak melihat wajah Rico yang merona karena malu. Kemudian dia pun bertanya balik kepada Anggun, “Mengapa jantungmu bisa berdetak kencang tadi malam?”
“Itu karena …,” Anggun masih ragu mengatakannya.
“Karena apa?” tanya Rico yang masih mendekap Anggun.
“Karena aku memikirkan seorang pria, apakah itu normal, Mas?” tanya Anggun.
Mendengar perkata Anggun, Rico langsung melepaskan pelukannya. “Siapa pria yang kamu pikirkan?” ketus Rico sembari merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. “Kamu itu istriku, tidak boleh memikirkan pria lain selain aku, mengerti!”
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.
Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Wajahnya kembali merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.
“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.
‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang