JAMES POV
Hari ini gue mampir ke salah satu supermarket sehabis pulang kuliah untuk membeli beberapa stok minuman dan cemilan yang memang sudah habis, karena waktu Aaron nginep dirumah gue dadakan gak ada stok makanan apa-apa, jadi hari ini gue pengen ngisi penuh kulkas gue.
Satu setengah jam gue mengelilingi supermarket sambil mendorong troli. Gue ngambil beberapa jening daging, seperti daging sapi, ayam, gue juga ngambil beberapa jenis sayur dan paprika, minuman soda, snack, rokok, air mineral, dan bahan-bahan masakan lainnya yang menurut gue perlu untuk gue beli.
Setelah selesai membeli semua kebutuhan, guepun langsung balik ke unit apartemen gue.
Sesampainya di apartemen, guepun langsung meletakkan semua belanjaan di dapur dan gue memilih untuk membersihkan badan lebih dulu karna badan gue udah bau bahan-bahan kimia sehabis praktikum tadi.
Saat gue masuk ke kamar mandi, gue dibuat terkejut dengan tulisan berwarna
Gue masih berusaha untuk tetap sadar meskipun gue udah kehilangan banyak darah, kali ini gue diseret dan dibawa kedalam kamar mandi kamar gue. Dia mengikat tangan gue dengan kawat, dan menyumpal mulut gue dengan kain.Diapun mengisi bathup gue dengan penuh air, setelah air dalam bathup udah penuh, dia terus mengangkat badan gue dan dimasukkan kedalam bathup yang penuh dengan air panas.Rasa perih dan panas menjadi satu saat air panas itu menyentuh badan gue, belum lagi luka tusukan pisau belati yang ada diperut gue masih terbuka lebar karna ulahnya tadi. Gue hanya bisa menggigit kain yang ada dimulut gue dan berusaha berteriak agar ia mau mengangkat kepala gue keatas permukaan bathup.Setelah tiga menit dia menahan kepala gue didalam bathup, akhirnya pria itu mengangkat kepala gue keatas bathup. Gue berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Bahkan air dalam bathup sudah tidak sejernih sebelumnya, air ini sudah berubah berwarna merah. Yah, ini darah dari
RUMAH AERA “Apa yang dia lakukan di kamar mandi kamarnya James?” Tanya Aaron melontarkan pertanyaan ke Boem Jin.“Entahlah, kita tidak memasang kamera pengintai disana. Jadi aku tidak bisa memeriksanya.”“Ada rekaman lain?” Kini Aera yang bertanya.“Tidak ada, hingga saat ini hanya ini yang aku punya.” Jawab Boem Jin.“Kalo gitu, ayok liat rekaman terbaru yang sekarang.” Ajak Aera ke Boem Jin dan Aaron“Oh iya, mari kita liat lagi ngapain target kita sekarang.” Ucap Boem Jin sambil mengutak atik komputernya hingga muncul rekaman kamera pengintai yang dipasang dalam rumah James.“Kok sepi, James belum balik apa ya?” Tanya Aaron sambil melihat layar computer yang menampilkan rekaman ruangan unit apartemen James yang sepi.“Bisa jadi yang.” Jawab Aera menimpali pertanyaan kekasihnya itu.“Yau
Setelah memutuskan untuk melihat James ke unit apartemennya secara langsung, Dimas, Aaron dan Aera langsung beranjak dari kantin dan langsung meluncur ke kediaman teman mereka yang tidak ada kabar dari kemarin hingga hari ini.Butuh waktu tiga puluh menit untuk mereka sampai di kompleks apartemen mewah yang ditempati James. Sesampainya mereka di basemant apartemen, Aaron dan Dimas langsung memarkirkan mobilnya bersebelahan dengan mobil milik James yang memang benar sedang ada ditempat.“Mobil nya bener nih ada disini.” Ucap Aera saat mereka sudah keluar dari mobil masing-masing.“Iya, kayanya emang kagak keluar seharian dia dari kemaren.” Jawab Dimas menimpali perkataan Aera tadi.“Yaudah yuk langsung ke atas aja.” Ajak Aera yang sudah menarik lengan kekasihnya itu.Aaron dan Dimas mengikuti Aera yang memimpin jalan menuju lift. Mereka memencet tombol lantai yang akan mereka tuju. Setelah lima menit dalam lift, a
Setelah mereka keluar dari unit apartemen James, Aaron dengan sigap menelfon Boem Jin melalui ponsel kekasihnya sebelum mereka kembali ke mobil mereka. Aaron meminta Boem Jin untuk datang ke apartemen James dan akan menceritakan apa yang terjadi ketika Boem Jin sudah sampai. Selesai mengabarkan Boem Jin, Aaron langsung mengajak Aera dan Dimas untuk kembali ke mobil mereka sambil menunggu kepolisian datang memeriksa TKP.Sedangkan unit apartemen James akan diurus oleh petugas keamanan apartemen sampai pihak polisi tiba dilokasi.Kini Aera masih terduduk lemas dengan pandangan kosong dikursi penumpang dalam mobil Aaron. Sedangkan Dimas dan Aaron hanya terdiam dikursi kemudi dan kursi belakang.Mereka bertiga masih tidak percaya dengan kejadian hari ini, karna mereka masih melihat James baik-baik saja kemarin. Tapi hari ini? Bahkan wajah dan tubuhnya saja sudah terpotong-potong dan tidak bisa dikenali lagi karna darah yang sudah melumuri seluruh ruangan dan potonga
“Kapan kamu masuk kedalam ruangan itu?” Tanya detektif Aldi lagi ke Aera.“Sudah lumayan lama, saya tidak ingat jelasnya kapan. Yang jelas, saya masuk keruang rahasia milik James saat saya mulai curiga kalo ada yang aneh dengan James.”“Bisa kamu ikut saya kedalam untuk memeriksa ruangan itu?”Aera menatap Aaron untuk meminta persetujuan dan meyakinkan dirinya untuk memasuki unit apartemen temannya itu lagi.Dengan mantap, Aaron menganggukkan kepala dan meyakini Aera bahwa tidak apa-apa untuk memberitahukan soal ruang rahasia itu ke pihak kepolisian.Akhirnya, dengan mantap Aera menganggukkan kepala untuk ikut detektif Aldi masuk kembali kedalam unit apartemen James.“Oke, kalau begitu saya dan Aera akan kembali lagi keatas untuk memeriksa ruang rahasia yang pernah ia liat.” Ucap detektif Aldi.“Baik pak,” jawab Boem Jin, Aaron dan Dimas dengan serempak.Mereka tetap m
Mama Aera terlihat terburu-buru dan berlari menuju UGD dari area parkiran rumah sakit. Saat dikabarkan oleh Boem Jin kalau Aera harus dirawat di UGD semalaman, mama dan papa Aera langsung bergegas menghampiri anak satu-satunya itu dengan perasaan yang was-was dan khawatir.Mama dan papa Aera belum tau permasalahan yang sebenarnya, jadi Boem Jin dan yang lain berniat akan menceritakannya saat mereka sudah sampai di rumah sakit.“Boem Jin-aaa…. Gimana keadaan Aera?” Tanya mama Aera dengan ter-engah-engah saat sudah sampai di UGD.“O! Imo, geuneun gwaenchanh-a.” Jawab Boem Jin yang masih setia menunggu Aera dengan Aaron dan Dimas.“Kenapa Aera bisa sampe kaya gini?” Kini papa Aera yang buka suara dan bertanya ke tiga laki-laki yang menjaga anak sulungnya itu.Semua orang yang ditanya seperti itu dengan papanya Aera saling berpandangan dan bingung harus memulai dari mana.“Ada apa Aaron?” Ta
Orang tua James yang sudah diceritakan detail kejadiannya membuat mama James masih terbaring diranjang berukuran king size didalam kamarnya.Sedangkan papa James ikut dengan detektif Aldi serta dua rekannya menuju apartemen James untuk melihat situasi dan kondisi tempat tinggal putranya. Jasad tubuh James sudah dibawa ke rumah sakit bhayangkara, dan akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pembunuhan yang terjadi.“Disini jasad James ditemukan oleh teman-temannya pak,” Jelas detektif Aldi.“Ba… bagaimana bisa ini?...” Ucap papa James yang tak percaya dengan kondisi kamar mandi didalam kamar putranya itu, “apa ini?” Tanyanya lagi sambil menuju ke alat besar yang ada dipojok kamar mandi.“Itu alat yang digunakan pelaku untuk memotong tubuh korban. James diikat dengan kawat panjang yang terhubung dengan alat ini, dan ketika alat ini dihidupkan, kawat itu akan tegulung dan otomatis akan memotong apa saja
Aera kini sudah dipulangkan dari rumah sakit dan kembali beristirahat di rumahnya. Keadaannyapun sudah semakin pulih setelah tiga hari menjalani rawat inap.Sekarang, Aera beserta keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV. Semua orang terlihat sangat menikmati acara komedi yang sedang mereka tonton, kecuali Aera.Fikirannya yang sedang tidak bersama dirinya kini terus bergelayut memikirkan kejadian kematian Gabriel dan James. Kedua temannya telah meninggal dengan keadaan yang menjanggal dan tragis.Bahkan, kedua orang tuanya tidak tau kejadian sebenernya yang selama ini ia tutupi. Target utama Aera pun sudah tidak ada lagi karna James tiba-tiba harus kehilangan nyawanya dengan cara yang mengenaskan seperti kemarin.‘Apa yang harus aku lakukan?’ Kata hati Aera, ‘apa aku bilang aja ya sama papa dan mama buat minta bantuan’ fikirnya lagi. Aera terus berperang dengan fikirannya hingga panggilan Boem Jin yang sej