-Sebelum kejadian di toilet wanita toko buku-
Sreekk kesrek kesrek kesrek.. suara pisau yang sedang di asah berbunyi nyaring memenuhi seluruh ruangan bawah tanah yang pengap dan gelap ini. Lelaki itu pun dengan wajah bahagia mengasah pisau agar tajam saat digunakan untuk membunuh mangsa nya kali ini.
Selesai mengasah pisau, ia berjalan ke ruang yang penuh dengan kucing dan berbagai hewan yang ia pelihara. Lalu ia mengambil salah satu kucing kecil dan membawanya ke ruangan yang penuh dengan alat medis di sebelah ruang penyimpanan hewan itu. Tanpa fikir panjang, lelaki itu menceking kucing itu hingga kucing kehabisan nafas dan tenaga lalu tak berdaya. Saat sudah mati, lelaki itu mencabik-cabik kucing kecil itu dan menadahkan darahnya ke sebuah wadah tertutup lalu kucingnya di kubur di belakang ruang bawah tanah.
Dengan senyum yang mengembang dan tawa jahat memenuhi seluruh ruangan bawah tanah itu. "Im coming with your gift honey hahahahaha".
Setelah mengubur kucing, lelaki itupun masuk ke apartemen nya dan menyimpan wadah yang berisikan darah kedalam kulkas untuk dipakai esoknya.
Lelaki itu pun mengambil botol wine dan gelas lalu menikmatinya sambil menatap ke arah luar jendela apartemennya. "Aahhh kenapa kamu harus memilih laki-laki lemah untuk jadi pacarmu honey. Sangat disayangkan." Gumamnya dalam sepi sambil menyesap segelas wine."
"Aera.. apa kamu tau kalau aku gak suka liat kamu jalan sama laki-laki lemah itu? Kamu harusnya menjadi milikku sayang, bukan dia!", Gumamnya lagi sambil menatap foto Aera dilayar ponsel nya.
------
Pagi hari ini lelaki bertopeng sudah menyiapkan segala perlengkapan yang akan ia bawa untuk beraksi, mulai dari darah hewan yang sudah ia siapkan hingga ke kuas yang akan dia gunakan untuk menulis sesuatu dengan darah hewan itu.
Setelah semua dimasukkan ke bagasi mobil, lelaki bertopeng bersantai dulu di balkon apartemennya sambil menunggu jam kampus Aera tiba. Yap.. lelaki itu tau jadwal perkuliahan Aera setiap hari dan apa saja yang Aera lakukan. Dengan keahlian IT yang ia kuasai, tidaklah sulit meretas ponsel bahkan keseharian seseorang yang sudah ia targetkan.
Saat sedang menyesap segelas kopi, tiba-tiba alarm jadwal Aera hari ini di ponsel nya pun berbunyi. Ia segera bersiap-siap berangkat ke kampus Aera untuk mengamati dan mengikuti Aera.
Sesampainya dikampus, masih didalam mobil lelaki itu mengamati Aera yang tengah berbincang dengan Gabriel di halaman parkir.
"Gabriel" panggil Aera ke Gabriel saat sudah sampai kampus. Gabriel yang mendengar pun langsung menengok dan melambaikan tangannya.
"Gimana keadaan Lo, udah baekan?" Tanya Gabriel karna mengingat kemarin siang Aera yang tiba-tiba pucat saat di cafe.
"Lumayan, eh btw gue mau cerita. Cuma gak disini, kita ke kelas dulu" ajak Aera.
Saat Aera dan Gabriel ke kelas, lelaki itu turun dari mobil dan mengikuti mereka diam-diam. Hingga ikut masuk ke kelas mereka tanpa ada yang curiga.
Lelaki itupun memilih duduk di bangku tengah agar bisa mendengar percakapan Aera dan Gabriel secara langsung.
"Gue dari kemaren ngalamin kejadian yang agak aneh briel", Aera pun memulai ceritanya.
"Kejadian aneh gimana maksudnya?" Tanya Gabriel yang masih nampak bingung.
"Waktu kita nongkrong di cafe, gue ngeliat cowo diseberang cafe make pakaian serba hitam terus pake topeng sama topi hitam. Gue gak tau dia ngeliat apa, cuma perasaan gue kaya dia merhatiin tempat duduk kita", jelas Aera
"Dan lagi, kemaren mama gue dapet paket yang ditujukkan buat gue. Pas gue balik gue buka kan kotak paket nya, dan Lo mau tau apa isinya?" Aera pun dengan semangat menjelaskan ke Gabriel.
"Apa?", Tanya Gabriel penasaran.
"Bangkai hewan anjir!!" Jawab Aera dengan suara yang sedikit keras.
"Eh sssttt jangan kenceng-kenceng juga suara Lo. Ntar ada yang denger kan berabe, elaah", Gabriel berusaha mengingatkan Aera yang suaranya sangat besar hingga orang lain bisa mendengar ceritanya.
"Oh iya maap, ya gimana gue udah stres maksimal sama kejadian beberapa hari terakhir ini. Mulut gue udah gatel dari semalem pengen cerita ke Lo, cuma gue tahan", jelas Aera.
"Lo ada fikiran siapa gak yang berani ngelakuin ini ?" Tanya Gabriel ke Aera
"Gak ada briel, gue gak paham siapa cowo bertopeng itu dan siapa yang ngirim gue paket itu. Gue ngerasa gak punya musuh, Lo tau kan gue gimana selama dikampus?" Jelas Aera
"Iya sih, secara Lo ini mahasiswi famous dan disukain banyak orang karna Lo itu ramah banget. Jadi gak mungkin Lo punya musuh" jawab Gabriel sambil manggut-manggutkan kepala. "Tapi siapa??" Tanya Gabriel lagi. Aera pun hanya mengangkat bahu nya bertanda ia pun tak tau jawabannya.
"Terus Aaron tau gak soal ini?" Tanya Gabriel lagi
"Enggak, jangan kasih tau dia dulu. Gue gak mau buat dia khawatir, toh ini belum jelas orang iseng atau gimana kan. Nanti aja, kalo keadaan makin aneh baru gue bilang ke dia. Dan gue minta sama Lo jangan gacor. Oke?!" Jawab Aera ke Gabriel.
"Siap 86 tuan putri!" Jawab Gabriel sambil bergaya hormat.
-----
Selesai dengan kelas Aera dan Gabriel, lelaki bertopeng itupun keluar dari kelas mereka lebih dulu dan menunggu di parkiran mobil sampai ia melihat Aera dan Gabriel menaiki sebuah taxi dan pergi meninggalkan pekarangan kampus.
Tanpa membuang waktu, lelaki itu langsung mengikuti mobil taxi yang ditaiki oleh Aera dan Gabriel. Saat diperjalanan Ia terbesit untuk mengirimkan sebuah pesan ke nomor Aera
"Bagaimana hadiah paket yang kemarin sweat heart? Fantastic right?" Setelah mengirim pesan ini, lelaki itu pun mengembangkan senyumnya sambil tetap mengamati mobil taxi yang ada didepan nya.
Tidak ada balasan dari Aera, ia pun tetap mengikuti gadis itu hingga masuk ke toko buku dan berkeliling memilih buku.
Saat Aera dan Gabriel selesai membeli buku dan ingin ke toilet, ia pun bersiap pergi ke toilet dan sudah membawa darah serta kuas yang ia masukkan kedalam tas ranselnya.
Kebetulan toilet wanita sedang sepi, dan hanya ada Aera dan Gabriel di dalam. Ia pun menutup pintu toilet yang ditulis 'toilet rusak' lalu ditempelkan didepan pintu agar tidak ada yang masuk. Saat Aera dan Gabriel masih di dalam toilet, ia mengoleskan darah hewan itu ke kaca toilet dengan pesan yang ia tunjukkan ke Aera.
'Hallo Aera, bagaimana paket yang kemarin kamu terima?'
Selesai menulis kata-kata itu di kaca, lelaki itu pun keluar toilet dan tidak lupa melepas bacaan 'toilet rusak' yang ada di pintu lalu bersembunyi.
Saat sedang bersembunyi, ia mendengar Aera menjerit di dalam toilet karna melihat karya nya yang telah ia buat di kaca. Sambil tersenyum puas, ia mendengarkan perbincangan dua wanita terkejut dengan hadiahnya kali ini.
"Ini darah Ra" Gabriel pun bersuara dan memberitahu ke Aera bahwa tulisan yang ada di kaca menggunakan darah.
"Serius Lo?" Suara Aera pun terdengar untuk memastikan yang diberitahukan Gabriel dengan nada bergetar ketakutan.
"Sini, Lo coba cium sendiri" tawar Gabriel
Lelaki itu pun tau bahwa dua wanita cantik itu tengah ketakutan dan mau meninggalkan toilet itu, hingga ia mendengar Aera berbicara ke Gabriel untuk mengambil foto tulisan yang telah ia buat.
"Kita harus foto ini dulu Briel, untuk bukti" kata Aera, lalu setelah itu mereka berdua pun keluar meninggalkan toilet dan toko buku untuk pulang ke rumah.
Setelah dua wanita itu pergi jauh, lelaki bertopeng itu keluar dari tempat ia bersembunyi dan tersenyum puas sambil menatap tulisan yang ia buat. Tawa nya pun pecah saat membayangkan ekspresi takut dari kedua wanita itu.
"Bagaimana surprise yang aku buat sweat heart? Pasti berhasil mengejutkan mu kan" gumamnya sendiri sambil melihat ke cermin.
Setelah Ia bergumam, ia pun menghapus jejak tulisan yang ia tulis di kaca lalu ia pergi meninggalkan toilet itu dengan perasaan puas.
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu