Setelah kejadian di toko buku dua hari yang lalu, Aera dan Gabriel pun memilih untuk pergi berlibur bersama Aaron dan teman-temannya untuk sedikit menghilangkan stress dan ketakutan akibat terror yang diterima selama beberapa hari terakhir.
Aera kini tengah membantu mama nya menyiapkan makanan yang akan ia bawa ke pantai bersama teman-temannya. Saat sedang membuat kimbab, tiba-tiba bel rumah Aera pun berbunyi. “Sayang, coba cek siapa yang datang”, pinta sang mama ke Aera untuk melihat tamu yang datang.
“Paling si Gabriel udah sampe ma, aku bukain pintu dulu”, jelas Aera.
“Oh gitu, yaudah sana.. ini biar mama yang ngelanjutin”, jawab sang mama.
“Oke ma” Aera pun pergi keruang tamu untuk membukakan pintu, dan benar saja Gabriel yang datang untuk membantunya menyiapkan makanan yang akan dibawa ke pantai hari ini.
“Sorry ya Ra baru dateng, gue nyiapin barang yang mau gue bawa dulu karna semalem abis telponan sama Dimas, kelar telponan malah ketiduran.” Jelas Gabriel ke Aera.
“Iya gak papa, gue sama mama juga masih bikin beberapa makanan kok. Btw, penginapan selama di pantai udah lo urus kan?” Tanya Aera
“Aman itu mah, gue udah minta tolong kok sama Dimas buat bookingin salah satu penginapan disana untuk kita tempatin dari semalem pas gue telponan sama dia” jawab Gabriel menjelaskan.
“Oke sip kalo gitu, yaudah yok bantuin gue sama mama di dapur biar cepet kelar. Sisa dua jam lagi nih buat kita prepare sebelum dijemput anak-anak”. Ajak Aera ke Gabriel.
“Yaudah yuk” jawab Gabriel.
Mereka pun ke dapur untuk membantu mama Aera mempersiapkan makanan yang akan mereka bawa.
“Pagi tante, maaf Gabriel telat.” Sapa Gabriel ke mama Aera.
“Halo sayang, iya gak papa… ini juga udah mau selesai kok, gak repot-repot banget.” Jelas sang mama Aera sambil menyambut Gabriel dengan pelukan dan cipika-cipiki.
“Kimbab udah selesai, ttokbokki juga udah selesai, spicy chicken juga udah selesai, salad udah, cake udah.” Mama pun mengabsen makanan yang sudah selesai dibuat. “ada lagi yang mau dibuat? Kalian mau buat minuman gak?” Tanya sang mama ke Aera dan Gabriel.
“Kayanya cukup deh ya Briel? Iya gak sih? Minuman mah kita beli aja di supermarket untuk stok disana” Tanya Aera memastikan ke Gabriel.
“iya betul, kayanya ini aja udah cukup deh, eh… tapi buah-buahan nya belum Ra, mah” kata Gabriel mengingatkan.
“Oh iya buah… Ra, kamu ambil buahnya di kulkas sayang. Udah mama siapin buah-buahannya tinggal dipotong-potong.” Kata sang mama yang teringat oleh buah-buahan yang sudah ia siapkan di dalam kulkas.
“Siap ma” Aera pun mengambil buah-buahan yang ada didalam kulkas untuk dipotong-potong. Saat sudah diambil dan siap untuk dipotong, Gabriel mencegah Aera untuk memotong buah-buahan itu.
“Ra stop jangan dipotong buahnya!” kata Gabriel.
“Ngape uy, elah ngagetin orang aja” Tanya Aera
“loh, kenapa jangan dipotong briel?” Tanya sang mama
“Kita kan perjalanan agak jauh, kalo dipotong gak fresh buahnya, iya gak sih? Mending kita bawa pisau aja deh buat sekalian potong disana sama masak-masak disana aja. Biar seger.” Jelas Gabriel ke Aera dan mama Aera.
“Iya juga, tumben otak lo bener hahaha” jawab Aera dengan nada meledek Gabriel. “Yaudah ma, pisau ini aku bawa ya.. gak papa kan? Masih ada stok pisau kan dirumah? Hahaha” Tanya Aera ke sang mama.
“Iya tenang aja masih banyak stok pisau dirumah mah, kamu bawa aja itu.. hati-hati bawa nya, ambil penutup pisaunya di laci sebelah kompor itu ya.. biar gak ngelukain orang”. Jelas sang mama.
“Oke ma siap!” jawab Aera. Aera dan Gabriel pun menyiapkan barang-barang yang akan dibawa dan berbagai makanan yang sudah disiapkan ke ruang tamu agar saat Aaron dan rombongan datang tinggal di masukkan ke dalam mobil.
Sambil menunggu jemputan, Aera pun bergegas siap-siap mandi dan berganti pakaian dikamar nya, sedangkan Gabriel bermain handphone di kasur Aera sambil mendengarkan lagu.
Saat sedang mendengarkan lagu di handphone nya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Dimas di hp Gabriel.
“Hallo” sapa Gabriel ke orang diseberang telfon.
“Hallo Briel, lo dimana?” Tanya Dimas to the point.
“Udah dirumah Aera nih, kalian dimana?” jawab Gabriel.
“Ini udah mau otw kok, tungguin ya..” jawab Dimas dari seberang telfon.
“Oke, siapa aja yang bareng sama lo?” Tanya Gabriel lagi.
“Gue jemput James dulu, nanti lo sama gue dan James. Biar Aaron sama Imeld berdua.. ntar barang nya kita bagi dua aja bawanya” jelas Dimas ke Gabriel.
“Oh gitu, gak satu mobil aja nih? Biar rame seru-seruan dijalan” Tanya Gabriel.
“Gak muat dong sayangku mobilnya, gimana seh” jawab Dimas
“Make mobil van dong elaahh susah amat” jawab Gabriel tak mau kalah
“Mobilnya yang gak ada, udah deh jangan banyak nego kaya dipasar.. gue cium juga entar lu biar gak rewel” jawab Dimas sambil menggoda Gabriel.
“Eeehh berani lu yah haha yaudah ih sana jalan biar cepet sampe” perintah Gabriel ke Dimas.
“Siap 86!” jawab Dimas. Telfon pun putus bertepatan dengan Aera yang keluar dari kamar mandi.
“Siapa?” Tanya Aera yang baru keluar dari kamar mandi, karena selama ia mandi ia mendengar Gabriel berbicara dengan seseorang di telfon.
“Dimas, mereka udah mau otw. Dimas jemput James dulu baru kesini.. nanti gue sama Dimas dan James, lo sama Aaron. Jadi kita pisah mobil, entar barang dibagi dua bawanya.” Jelas Gabriel ke Aera.
“Oh gitu, yaudah oke” jawab Aera. Selesai memilih pakaian pantai yang sekiranya cocok untuk dipakai hari ini, Aera pun mengecek handphone nya yang belum ia sentuh dari ia bangun tidur pagi ini. Dan saat mengecek notif yang masuk, ada notif chat masuk dari kekasihnya mengabarkan bahwa ia sudah ada diperjalanan menuju rumahnya. Aera yang membaca pesan singkatnya dan langsung bergegas merias wajahnya agar tidak telat.
Tidak lama kemudian mobil Dimas dan Aaron memasuki pekarangan rumah mewah Aera, Aera dan Gabriel yang sudah menunggu dari tadipun menyambut mereka dengan antusias dan mengeluarkan berbebagai barang yang sudah mereka siapkan dari tadi pagi. Para pria pun turut membantu Aera dan Gabriel memindahkan barang ke dalam mobil Dimas dan Aaron.
Selesai memindahkan semua barang ke mobil, mereka bergegas pamitan kepada mama Aera dan berangkat ke pantai.
“Kalian hati-hati ya disana, nikmatin liburannya tapi tetep jaga diri” pesan mama ke semua teman-teman Aera.
“Oke tante” jawab mereka berlima serempak.
“Aaron, tante titip anak tante ya.. dijaga baik-baik looh. Tante titip Gabriel juga yah, Dimas, James” pinta mama ke Aaron, Dimas dan James.
“Siap tante Aaron bakal jaga baik-baik putri cantik tante” jawab Aaron.
“Iya te, tenang aja serahin semua ke kami” jawab Dimas sambil merangkul leher Gabriel.
“Mereka bakal aman kok te sama kami, kan kami juga mau liburan jadi bakal seneng-seneng selama disana” jawab James menimpali.
“Syukurlah kalo gitu, yaudah sana berangkat! Hati-hati dijalan” perintah sang mama ke anak-anaknya itu.
Akhirnya mereka pun berangkat ke pantai yang sudah mereka sewa penginapannya. Mereka berencana menginap selama tiga hari di penginapan yang berada di depan pantai untuk refreshing dan seru-seruan bersama setelah mereka jarang kumpul karena harus menyelesaikan tugas akhir di semester pertama perkuliahan mereka.
Sesampainya mereka dipantai, Aera dan Gabriel langsung berlari ke pinggiran pantai untuk merasakan ombak yang menyapu kaki mereka. Mereka pun meninggalkan para laki-laki begitu saja dan membiarkan mereka yang memindahkan semua barang ke penginapan.
“wooy kalian gak mau bantuin ngangkutin barang-barang ke penginapan dulu?” teriak James dan Dimas dari arah mobil saat melihat Gabriel dan Aera yang kabur begitu saja meninggalkan mereka dengan setumpuk barang yang harus dipindahkan ke penginapan.
“Kalian aja! Kami tadi udah capek bikin makanannya hahaha… semangat pria-pria tampankuu!” jawab Gabriel dengan enteng nya.
“Ck! Mereka ini dasar wanita-wanita licik” protes Dimas, James dan Aaron hanya tertawa mendengar nya.
“Biarin aja mereka nikmatin air pantai dulu, udah dari subuh mereka itu prepare makanan buat kita” jelas Aaron ke Dimas.
Akhirnya para lelaki pun memindahkan barang-barang ke penginapan yang sudah Dimas booking dari semalam untuk mereka tempati selama tiga hari kedepan.
Saat para lelaki tengah repot memindahkan barang, Aera dan Gabriel pun tengah duduk santai di pinggiran pantai sambil memainkan air ombak yang menyapu kaki mereka.
“Ra, lo ada niatan bahas soal terror yang selama ini lo terima gak ke mereka?” Tanya Gabriel tiba-tiba memecah keheningan.
“Ada kok, bagaimanapun gue butuh kalian buat nguatin gue disaat kaya gini. Cuma nanti rada maleman, selesai makan-makan maybe” jawab Aera.
“Yaudah bagus deh, gue juga khawatir lama-lama kalo lo diem aja takut kenapa-kenapa pada gak ada yang tau kan bahaya Ra.” Jelas Gabriel.
“Iya tenang aja… pasti gue bilang kok ke mereka. Yaudah yuk ah maen airnya, bantuin mereka dulu kasian noh kerepotan wkwkwk” ajak Aera ke Gabriel yang massih ingin duduk di pinggir pantai.
“Nanti aja sih Ra, biar mereka dulu yang kerja. Capek nih aah elah” rengek Gabriel ke Aera layaknya anak kecil yang baru pertama kali main ke pantai.
“Yaudah kalo lo gak mau, biar gue aja.” Jawab Aera tak memperdulikan sahabatnya itu lalu bergegas pergi menyusul untuk membantu Aaron dan yang lain.
Setelah ditinggalkan Aera begitu saja, Gabriel pun bangun dengan malas dan bergegas menyusul teman-temannya untuk membantu membereskan penginapan dan menyiapkan makan siang mereka.
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu