Home / Thriller / WHO? / A Message

Share

A Message

Author: Sirius Star
last update Last Updated: 2021-10-20 20:21:40

Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai tenggelam dan langit sudah berubah warna menjadi senja. Sekumpulan anak muda yang kini tengah sibuk menyiapkan barbeque party didepan penginapan terlihat sangat bahagia dan tertawa lepas.

“Kita mau mulai bakar-bakar jam berapa guys?” Tanya Dimas ke teman-temannya yang tengah asik berbincang hingga para wanita sedang asik tertawa lepas entah menertawakan apa.

“Nanti aja jam tujuh malem, biar gak kesorean dan kemaleman. Masih agak kenyang juga gue abis makan siang tadi” jawab Aaron

“Iya sama gue juga masih kenyang” lanjut Gabriel menimpali

“Yaudah gue mah ngikut” kata James dan diangguki oleh Aera juga.

“Yaudah abis ini kelar beresin bahan yang mau dibakar, kita ngopi-ngopi aja dulu kali ya” balas Dimas memberikan masukan ke teman-temannya itu.

“Nah setuju gue!” jawab Aera dengan sangat antusias.

“Hmmm kamu kalo udah soal urusan begini nomor satu” ejek Aaron ke kekasihnya itu.

Aera hanya merespon dengan senyum lebar menunjukkan deretan giginya yang rapih itu, lalu Aaron yang gemas dengan tingkah kekasihnya langsung mengusap rambut kekasihnya sambil mengacak-acak rambutnya. Hobi baru bagi Aaron semenjak mereka berpacaran.

Dimas yang sudah selesai menyiapkan semua bahan untuk bakar-bakar malam nanti langsung mengambil kopi dan membuatkan beberapa gelas kopi untuk teman-temannya. Karena Dimas adalah anak dari seorang chef dan memiliki usaha kuliner dimana-mana, maka Dimas sangat ahli urusan  memasak. Bakat memasak yang diturunkan oleh papanya kini mengalir dengan kuat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wanita-wanita diluar sana yang sangat menyukai Dimas yang pandai dalam memasak itu. Tipe calon suami idaman hehehe… jadi, saat acara seperti ini, para wanita gak perlu repot-repot sibuk masak sendirian karna sudah ada chef Dimas yang menghandle urusan masak-memasak.

“Ini dia pesanan kopi sudah datang!” Dimas pun membawa lima gelas yang berisikan kopi yang sudah ia racik sedemikian rupa untuk dinikmati teman-temannya didepan penginapan sambil memandang desiran ombak dipinggir pantai.

“Woooo calon suami idaman” teriak Gabriel yang antusias  menerima gelas kopi yang diberikan oleh Dimas, yang lain pun ikut tertawa saat Gabriel berbicara seperti itu.

“Jelas dong, secara gue kan cakep, tajir, pinter, jago masak. Yang jadi bini gue beruntung banget pokoknya.” Jawab Dimas menanggapi ucapan Gabriel tadi dengan bangga.

“Iya aku bangga kok bang memiliki kamu hahaha” ejek Gabriel karna kenarsisan Dimas.  

Saat sedang asik menyesap kopi, tiba-tiba ada notifikasi chat masuk ke handphone milik Imelda, Aera yang mendengar suara notif hp nya itu pun langsung mengechek dan melihat isi pesan yang ia terima. Tak lama dari membuka isi pesan itu, Aera langsung terdiam dan mengunci ponsel nya lagi lalu menyimpannya didalam saku jaket yang ia kenakan. Ia memilih diam hingga nanti malam saat ia akan mengatakan semuanya.

“Belum saatnya” batin Aera bergumam

Gabriel yang melihat perubahan Aera langsung memberikan tatapan tanya dan langsung digelengkan oleh Aera sebagai respon bahwa ia tidak apa-apa. Karna Gabriel yang sudah paham dengan kondisi Aera saat ini, ia berusaha dengan memecahkan suasana untuk mengalihkan perhatian Aera dari pesan yang baru ia terima.

“Guys, maen kartu yok” ajak Gabriel ke teman-temannya.

“Mau ngapain lu? Mau judi?” jawab Dimas dengan cepat.

“Iye, mau belajar judi gue. ya kagak lah Dim, ngisi kegabutan aja biar seru.” Jawab Gabriel

“Oooh seperti itu, terus menang kalahnya kasih apa?” tanya Dimas lagi

 “Pake bedak aja. Yang kalah di colek pake bedak mukanya. Gimana? Diakhir kita itung skor jumlah polesan dimuka siapa yang terbanyak dia yang kalah.” Jelas Gabriel tentang permainan yang mau di mainkan.

Yang lainpun mengangguk setuju dan akhirnya mereka memainkan kartu remi dan diakhiri dengan Aera yang kalah karna banyak polesan bedak yang ia terima di wajahnya.

-----

07.00 PM

Jam makan malam telah tiba, kini Dimas tengah membakar daging barbeque nya, Aaron dan Aera tengah menyiapkan menu pembuka, James dan Gabriel tengah menyiapkan meja makannya. Selesai dengan segala persiapan, hidangan pun siap untuk disantap. Mereka makan dengan lahap dan tenang karna terlalu menikmati masakan hasil Dimas yang baru pertama kali mereka coba.

Selesai makan, Aera dan Gabriel pun membereskan tempat makan dan mencuci peralatan yang digunakan, sedangkan anak-anak cowok sedang asik berbincang didepan penginapan.

“Ra, abis ini jadi bilang kan ke mereka?” Tanya Gabriel ke Aera yang tengah merapihkan piring-piring yang habis Gabriel cuci.

“Iya jadi kok, makanya nyuci nya buruan biar kita cepet kelar terus nyusul mereka.” Jawab Aera.

“Oh iya oke oke, gercep nih gue” balas Gabriel antusias. “Eh tapi tadi lo dapet pesan aneh lagi kan? Isinya apaan?” Tanya Gabriel penasaran.

“Iya, dari no name lagi. Isinya dia tau kita lagi liburan dan nyuruh gue nikmatin liburan ini sebelum nerima hadiah dari dia lagi” jelas Aera soal pesan yang ia terima tadi sore.

“Hah, maksudnya gimana?” Tanya Gabriel lagi dengan nada bingung.

“Gue juga gak paham, udah ah buruan biar kita pikirin ini sama-sama” perintah Aera ke Gabriel agar segera menyelesaikan cucian piringnya.

Selesai mencuci piring bekas makan malam mereka, Gabriel dan Aera pun menyusul ke tempat anak-anak laki duduk di depan penginapan. Suara ombak dimalam hari ditambah suasana nya yang nyaman membuat Aera sedikit relax untuk menceritakan kejadian yang sedang ia alami akhir-akhir ini.

“Hai sayang, udah selesai?” Tanya Aaron ke Aera saat sadar kalau kekasihnya menghampirinya dan yang lain.

“Hmm” jawab Aera singkat lalu langsung mengambil posisi duduk disebelah Aaron, Aaron pun menyambut Aera dengan merangkulkan selimut yang ia kenakan ke tubuh Aera agar kekasihnya itu tidak kedinginan. Karna mereka sedang berlibur ke pantai, jadi angin pantai saat malam hari lebih kencang dari yang biasanya.

Aera yang menerima sikap manis kekasihnya itu tersenyum dan memeluk lengan Aaron sambil bersandar di pundak kekasihnya itu. Sesaat sebelum Aera mengatakan kejadian yang sedang ia alami, Aera menikmati bersandar dipundak kekasihnya sambil memejamkan mata menikmati semilir angina yang menerpa wajahnya. Aera sedikit takut untuk menceritakan ini ke kekasihnya dan teman-temannya. Tapi ia tidak akan sanggup jika harus menahan sendiri. Sampai pada akhirnya Aerapun disadarkan oleh senggolan Gabriel di kakinya dan melihat kode yang Gabriel berikan untuk segera bercerita.

Aera yang sadar  langsung membuka obrolannya. “Sayang, aku mau bilang sesuatu. Guys, ada yang mau gue ceritain, dan ini penting” jelas Aera ke teman-temannya dan kekasihnya. Karna suasana yang sedikit berubah menjadi serius, Aaron pun menanyakan apa yang ingin Aera ceritakan.

“Kenapa Ra?” Tanya Aaron

“Ini kenapa hawanya jadi horror gini” jawab Dimas asal celetuk, Gabriel yang duduk disamping imelada langsung memelototi Dimas yang asal bicara, lalu Dimas yang menyadari bahwa ada hal yang memang benar-benar penting akan disampaikan akhirnya menutup mulutnya dan memasang telinganya untuk mendengarkan cerita Imelda.

“Gue selama ini lagi kena terror sama seseorang yang gue gak tau siapa, gue sering ngeliat cowo make pakaian hitam dan topeng yang berdiri natap gue saat gue di cafe deket kampus, gue juga nerima paket yang isinya bangkai hewan saat dirumah, dan pesan terror yang entah dari siapa karna no name. nomornya juga gak bisa gue telpon karna gak terdaftar.” Jelas Aera panjang ke teman-teman dan kekasihnya itu. Aaron yang baru tau  langsung mempertanyakan kenapa Aera tidak menceritakan masalah ini dari awal ke dirinya.

“Kenapa kamu gak cerita ke aku?!” jawab Aaron sedikit terbawa emosi.

“Aku takut kamu khawatir, dan aku juga ngira Cuma orang iseng doang dan gak akan berlanjut. Gak taunya masih berlanjut. Kemaren aku sama Gabriel ke toko buku buat cari buku untuk referensi tugas akhir, lalu kami ke toilet. Saat di toilet ada pesan yang ditulis di kaca toilet make darah. Aku gak tau siapa pelakunya.” Jelas Aerasambil menahan tangis. Aaron yang khawatir dengan keadaan Aera langsung memeluk kekasihnya itu agar sedikit tenang, James pun menyodorkan air minum ke Imelda.

“Dari kapan?” Tanya Dimas singkat.

Aera tampak mengingat-ngingat awal pertama ia menerima terror itu, “gak lama dari gue jadian sama Aaron” jawab Aera yakin.

“Kamu serius?” Tanya Aaron memastikan.

“Lo punya musuh Ra?” kini James ikut menimpali.

“Enggak punya James, gue gak pernah punya masalah sama anak-anak kampus” jelas Aera

“Iya lah, Aera mana punya musuh. Kalian kan tau sendiri Aera jadi mahasiswi famous di kampus dan banyak yang suka karna dia dikenal ramah kan, apalagi Aera pindahan dri Korsel.” Gabriel pun ikut menimpali.

Setelah mendengar penjelasan Imelda, semuanya tampak berfikir untuk mengambil langkah yang harus mereka lakukan.

“Kayanya kita harus lapor ke polisi, iya gak sih?” Tanya Gabriel ke yang lain.

“Seharusnya, tapi balik lagi ke Aera mau dilaporin apa gak” balas Dimas menimpali.

“Gimana sayang?” Tanya Aaron ke kekasihnya itu.

“Aku belum mau lapor, karna aku belum tau notifnya apa, dan selama ini terror nya gak ada yang menyakiti aku si, cuma nyeremin aja.” Jelas Aera

“Yaudah jangan dulu kalo gitu, kita amatin aja dulu sampe mana terornya. Lo jangan kemana-mana sendiri, kudu ada yang nemenin, kalo ada apa-apa langsung bilang ke kita-kita” jawab James menimpali.

“Iya bener, aku setuju. Mulai sekarang kamu kalo mau kemana-mana bilang sama aku biar aku anterin. Kalo nerima pesan aneh lagi langsung kabarin aku. Oke sayang?” Aaron pun menegaskan lalu merangkul erat kekasihnya itu.

“Heem, aku pasti bilang ke kamu mulai sekarang.” Jawab Aera lalu memeluk kekasihnya itu untuk menenangkan segala ketakutan yang ia rasakan.

Aaron yang sedikit khawatir dengan keadaan Aera karna kejadian ini memeluk erat dan mengelus-elus punggung kekasihnya untuk menenangkan. Aaron tau rasanya pasti berat di terror oleh orang yang entah siapa dan mempunyai motif apa.

“Karena udah malem banget kita istirahat aja yuk. Capek juga nih abis perjalanan panjang tadi” ajak Gabriel setelah pembicaraan selesai.

Para lelaki pun menyetujui, apalagi Aaron dan Dimas yang menyetir mobil dan mereka merasa sangat lelah karena berjam-jam menyetir. Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke penginapan dan beristirahat untuk kegiatan esok harinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WHO?   This is The End

    Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah

  • WHO?   Terkepung

    01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d

  • WHO?   Chicago

    O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe

  • WHO?   Ketemu

    Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq

  • WHO?   Sebuah Bom

    TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,

  • WHO?   The Last Night

    Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status