Linda dan Aryadi berdiri dengan tegang, tak terkecuali Rokan Allegro dan yang lain. Ketiga belas witch hanya berdiri kaku mengelilingi peti mati terbuka yang di dalamnya terbaring tubuh Barbara. Namun, bibir mereka tampak berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara. Kedua tangan para witch itu saling terkait di depan, seakan sedang berdiri santai dan hanya menikmati dinginnya gua yang mereka masuki.
Linda mulai tak sabar. Keinginannya untuk menginterupsi begitu besar, tapi ia berusaha untuk menahannya. Seseorang menyentuh bahunya, Linda menoleh dan mendapati Rokan Allegro yang mengangguk pelan, membantunya menguatkan hati untuk bersabar.
Para witch itu tampak bergerak setelah kira-kira tiga puluh menit atau lebih. Mereka mulai berjalan perlahan mengitari peti mati seraya mengulurkan tangan ke arah Barbara. Mereka mulai bergumam seirama dengan suara rendah, gema yang d
Seseorang mengejarku.Aku berlari tanpa berhenti hingga seperti orang yang kehabisan napas. Aku tak tahu siapa yang tengah mengejarku, tapi aku jelas merasa ketakutan. Ada perasaan bahwa jika aku sampai tertangkap, maka hidupku akan berakhir dalam cara yang menyedihkan.
Aku tersentak membuka mata dengan keringat dingin membasahi kening. Napasku masih terengah-engah, namun tak ada wajah hancur itu lagi di hadapanku. Langit juga tidak gelap, melainkan terang… putih seperti atap… aku menoleh pelan, baru menyadari bahwa aku tidak lagi berada di hutan gelap itu.Aku menelan ludah, mencoba menenangkan diri, mencoba meyakinkan diri bahwa tempat terang ini adalah baik untukku, tempat yang aman bagiku. Perlahan-la
Seandainya kisah hidupku dijadikan sebagai novel picisan, kurasa para pembaca akan menjadi cepat bosan. Terlalu banyak narasi yang memenuhi naskah, terlalu sedikit informasi yang diutarakan dalam dialog. Hidupku di bangsal ini tampak seperti hidup seorang pesakitan, namun dalam versi yang sedikit lebih menyenangkan.Aku mencoba keluar dari bangsal keparat ini, tetapi entah bagaimana selalu bertemu dengan orang lain, entah itu perawat, dokter atau orang-
Ya, aku harus pergi menjauh dari mereka. Namun, masalahnya aku berada tepat di antara mereka semua. Bagaimana aku akan melarikan diri? Menggunakan alasan ingin pergi ke toilet pun pasti mereka akan segera curiga padaku, apalagi aku lari begitu saja. Bukannya aku tak mau berlari, tapi keyakinanku bahwa mereka bisa mengejarku dengan mudah begitu kuat di pikiran. Aku yakin mereka bisa menangkapku sebelum aku mampu berlari cukup jauh. Apalagi aku juga asing dengan tempat yang disebut dengan INDICENT ini. Apakah aku seharusnya memang sudah tahu tentang tempat ini?
Semua orang yang ada di ruangan itu membeku saat melihat keadaan Barbara yang masih dalam pengaruh sihir para witch. Gadis itu mendadak membelalak kosong dan bola matanya berubah abu-abu seperti orang buta. Mulutnya setengah terbuka, lalu beberapa saat kemudian tampak tersungging ke atas seperti sedang tersenyum dengan bibir terbuka. Pemandangan itu tampak menakutkan karena Barbara seperti sedang kerasukan atau semacamnya.Adinata mengatupkan rahangnya
Linda menangis di ujung ruangan bangsal penjara itu, sementara Aryadi hanya bisa diam di ujung yang lain. Mereka saling diam, berdiri dan berjalan mondar-mandir tak berdaya selama lima jam terakhir. Linda berkali-kali mencoba mendobrak pintu baja bangsal itu, tapi ia tidak berhasil. Aryadi hanya menggumamkan sesuatu tentang ruangan ini dilapisi baja dan sihir yang kuat, tapi Linda menatapnya dengan tajam sehingga Aryadi tak lagi membuka suara.Aryadi sa
Barbara meninggalkan mereka berdua di bangsal penjara itu dalam keadaan tidak berdaya dan sekarat. Linda tergeletak lemah di lantai dengan darah hitam mengalir dari leher dan perutnya yang robek besar. Kulitnya begitu pucat dan rasa dingin terasa seperti akan membunuhnya. Wanita vampir itu bernapas dengan kewalahan, rasa sakit hampir membuatnya menjerit, tapi suaranya entah bagaimana seolah tenggelam ke dasar tenggorokan.Iblis itu telah mengendalikanny
Saga mengintip kepergian orang tuanya pagi itu. Ia harus melakukan ini setiap hari untuk memastikan bahwa orang tuanya benar-benar telah pergi ke toko mereka. Setelah mereka menghilang dari pandangan, Saga turun ke lantai bawah untuk sarapan terlebih dahulu dan menunggu selama kira-kira satu jam atau lebih. Untuk jaga-jaga. Ia tak mau tertangkap basah untuk yang kedua kalinya seperti beberapa hari yang lalu.Saga mengambil dua gelas sterofoam berisi min