Aku memutuskan kalau aku tidak akan panik begitu aku dan pamanku sampai di rumah sakit untuk melihat keadaan Vanya. Untungnya tidak ada hal serius, hanya lecet dan memar.
Selain fakta kalau keberadaan Cass masih tidak diketahui, aku harus tetap tenang karena aku yakin pamanku tidak punya kapasitas untuk melakukan itu sekarang. Aku tidak bisa menjelaskan apa-apa padanya selain ketika Vanya menelponku dan bilang kalau Cass diculik. Malam itu juga aku menyeret Tino kesini untuk menemani Vanya dan sebagian dari diriku yang berharap kalau ini hanya prank tidak terwujud. Ini nyata dan aku mengkhawatirkan sahabatku.
Aku membuka pintu ruangan perawatan Vanya untukku dan pamanku, dia langsung pergi ke sisinya dan Tino mundur untuk memberikan mereka sedikit ruang, dia berjalan ke arahku dengan iPad di tanganya.
“Aku minta maaf, aku mencoba menyelamatkan Cassie tapi salah satu dari mereka memukulku hingga pingsan. Aku minta maaf.” Vanya berkata di sela
“Tidak, ayahmu ada di sini sejak kemarin, kau tetap di sini dan temani Vanya, oke?” Aku tidak menuggu balasan dari Misha, aku langsung pergi dari ruang perawatan dan menelpon Albert kalau aku akan datang.Aku menceritakan seluruh cerita dari awal padanya, aku menceritakan padanya apa yang kulakukan setelah kita berbicara waktu itu, aku memberitahunya tentang teleponku, aku memberitahunya tentang rekaman di jalan saat penculikan itu terjadi. Ya Tuhan, mengulang rekaman itu di kepalaku terasa lebih buruk dari pada melihatnya bersama Tino tadi.Polisi memberitahuku untuk menunggu mereka mengerjakan tugasnya dan aku yakin mereka akan melakukannya, hanya saja aku tidak yakin aku bisa menunggu selama itu. Aku takut setengah mati untuk Cassandra. Dia pasti sedang ketakutan, aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan membiarkan emosi mengendalikan diriku tapi di titik ini aku tidak yakin aku bisa menepatinya. Aku keluar dari lift dan masuk ke dalam
Ketika aku sampai di gym aku melihat truk paramedis, petugas damkar, dan polisi sudah sampai. Ketika aku melewati pintu masuk dua petugas polisi dan paramedis yang mendorong brangkar ikut masuk bersamaku. Aku terhenti ketika aku melihat banyaknya darah di lantai gym tepat ditengah-tengah petugas paramedis, di sana terbaring Misha, tidak sadarkan diri saat mereka memberikan pertolongan pertama.“Kemana kau akan membawa mereka?” Aku bertanya saat aku sudah menemukan cukup keberanian untuk mendekat.“Rumah sakit Mercy,” Salah satu petugas paramedis menjawab.Diantara aku dan Tino yang masih terdiam, mereka mengangkat Misha ke brangkar dan menghilang lewat pintu masuk bersamanya. Tino hendak pergi mengikuti mereka tapi aku memegang bahunya. “Aku ingin kau menceritakan apa yang terjadi padaku, setelah itu kau bisa pergi,” Kataku.“F*ck off, aku akan pergi sekarang juga,” Tino menggeram padaku. Dia mendor
“Lihat itu?” Gabe memberikanku binokular nya, seringaian miring terbentuk di wajahnya.Aku fokus pada sisi rumah dimana Tennyson berdiri di pintu terbuka, menatap wanita yang datang satu jam yang lalu kemudian pergi seperti setan mengejarnya.“Itu tidak terlihat seperti booty call.” Gabe bergumam. Tadi berjalan mulus dengan wine lasagna yang hangat dari oven. Hal yang hilang dari momen seperti itu hanyalah beberapa lusin mawar atau kotak beludru atau kotak yang berisi pakaian berenda hitam yang mahal yang akan mereka coba di kamar.“Yeah, aku sangat kecewa.” Kataku dengan main-main. “Bisakah kau fokus sebentar saja?”Gabe mendengus. “Apa yang kau ingin aku lakukan kalau begitu? Hanya berdiri diam di sampingmu mengawasi wakil walikota?”“Yeah, jika kau bisa.”“Kau tidak mengasyikkan.” Gabe menggelengkan kepalanya menatap ke dalam kegelapan malam.
Ada sesuatu yang salah. Itu bukanlah satu hal yang spesifik, mungkin hanya instingku yang tahu persis apa itu. Aku selalu bisa mengandalkannya di waktu yang sulit atau saat aku harus membuat keputusan yang sulit untuk kepentingan bisnisku dan aku mengasahnya untuk menangkap perubahan suasana dan mengantisipasi gerakan lawanku selanjutnya. Aku tahu ada sesuatu yang salah dengan Tennyson bahkan sebelum perlawanannya yang kalut tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang lain. Ada sesuatu yang berbeda dengan pola bernapasnya.Gabe mengambil langkah cepat ke arah Jacuzzi, dan kemudian Tennyson berhenti melawan. Terkejut, tidak percaya, lalu alarm seperti berbunyi di kepalanya dan membuat raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat, dan hanya dengan impuls saja, dia meraih Tennyson dan aku melepaskannya.“Dia tenggelam!” Gabe mengambil Tennyson dari bawahku. Gerakannya cepat dan tepat mengejutkanku. Aku akhirnya membantunya mengangkat Tennyson keluar dari Jac
Aku berlari menghampiri dua orang yang terikat dan melepaskan ikatan mereka dengan pisau lipat yang aku simpan di saku ku.“Kalian akan baik-baik saja.” Kataku pada pria yang lebih muda itu sambil mengiris tali yang ada di sekitar lehernya.“Terima kasih. Aku Brian,” Dia berkata padaku sambil membopong pria yang hampir tidak sadarkan diri itu.“Aku Dean,” Kataku hanya sebatas formalitas.“Aku selamanya berhutang budi padamu.” Dia berkata sebelum berjalan keluar dari gudang dengan kaki yang pincang.Sementara aku tidak bisa menemukan diriku sendiri untuk melangkah pergi. Aku menjalankan tanganku ke rambutku dengan frustasi. Warehouse ini lebih sepi dari kuburan dan aku tidak bisa berpikir lagi. Apa yang mereka lakukan pada Cassandra?“Apa kau akan menyerah sampai di sini saja?”Suara seorang pria terdengar dari sudut ruangan, tapi aku tidak bisa melihat orangnya. Aku
FLORIDA“Sialan.” Sam berteriak penuh frustrasi pada televisi saat menonton pertandingan NFL dan tim favoritnya gagal melakukan touchdown.Sementara aku menyembunyikan senyumanku di bahu Sam. Tidak seperti suamiku yang tersayang, aku tidak memiliki perasaan yang sama tentang Kansas City Chiefs, jadi kegagalan itu termasuk menyenangkan untukku. Namun, aku tahu apa yang akan terjadi kalau aku mengatakannya dengan keras.Senyumanku meredup ketika pandanganku beralih pada Cassandra yang tergeletak di sofaku. “Tergeletak” mungkin bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan cara sahabatku duduk: ada sesuatu yang kaku dan tidak natural tentang posturnya. Ini bukan pertama kalinya aku memperhatikan hal itu sejak Cass mau berbicara lagi padaku. Aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Ini tidak seperti dia terlihat tidak bahagia. Hanya saja ada yang salah dengannya. Terkadang.Aku meng
“Aku menyukaimu, Sandra.”Aku mengangkat pandangan ku dari piringku dan mengamati keadaan restoran tempatku berada sebelum menatap pria yang duduk di seberangku. Sepasang mata yang gelap dan menenangkan milik Gregory Adler menatapku balik dan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun.Greg memiliki wajah yang kuat dan tampan dengan rambut cokelat yang di potong rapi, mata yang nyaris hitam, dan mulut yang tegas dan sensual. Kulitnya yang putih dengan sedikit undertone kuning. Dia hanya tiga tahun lebih tua dariku, dua puluh lima atau dua puluh enam mungkin, tapi dia memiliki sejenis ketenangan tersendiri di sekitarnya, sikapnya yang selalu terang-terangan, dan kepercayaan diri dalam setiap suaranya membuatnya terlihat jauh lebih tua.Sarah lah yang mengenalkanku padanya. Dia dan Sam … mereka tidak benar-benar membicarakan apa yang terjadi seminggu yang lalu di klub (aku lebih suka berpura-pura kalau itu tidak pernah terjadi), ta
Aku tidak banyak tidur tadi malam, aku hanya berguling dan menendang selimutku, dan bangun di pagi harinya merasa lelah dan frustrasi tapi dengan amarah membara di pembuluh darahku. Aku ingin menghapus Dean Giovanni West dari pikiranku.Dr. Cordelia Wilson adalah wanita setengah abad dengan mata cokelat yang cerdas dibingkai kacamata tipis. Kantornya didekorasi dengan penuh citarasa tapi juga bisa menghadirkan perasaan nyaman seolah aku berada di rumahku sendiri. Aku langsung merasa lebih tenang ketika dia tersenyum padaku dan mengundangku untuk duduk.Untuk setengah jam, dia hanya mendengarkanku tanpa menyela sedikitpun ketika akau menceritakan apa yang aku alami. Aku memberitahunya semuanya. Tidak akan ada gunanya untuk mencari pertolongan psikologis kalau kau tidak berniat untuk jujur sepenuhnya, dan saat ini aku sangat membutuhkannya.Wajah Cordelia sedikit simpati ketika aku menjelaskan masalahku, tapi aku malah kecewa sekaligus bingung, dia tidak dengan ce