Share

Aku Sakit....

Author: Tere Bina
last update Last Updated: 2023-03-17 19:00:07

Pagi-pagi sekali, saat aku bangun hendak mandi, aku sudah tak mendapati Inder di sampingku. Entah kemana perginya itu pria.

Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Inder masuk dengan pakaian rapi namun rambutnya masih tampak basah.

Wah, ternyata meskipun ia monster, rupanya ia rajin juga. Bangun lebih awal dariku, bahkan sudah rapi.

"Apa liat-liat?" ketus Inder, "apa matamu ketuker dengan mataku."

Eh, apa barusan ia bilang? Astaghfirullah…aku benar-benar kaget, ternyata selain ia monster ternyata ia punya mulut genre 21+, hot alias panas.

Kesel? Tentu. Oleh karena itu, tanpa berkata-kata aku melintas di depannya, segera masuk ke kamar mandi.

"Jangan masuk dulu!"

Sontak kakiku yang sudah menginjak lantai kamar mandi terhenti saat mendengar instruksi dari Inder.

Aku menoleh, menatap Inder yang melangkah ke arahku.

Ingin bertanya apa. Ah, tapi aku malas bicara dengannya.

"Minggir." Tangan Inder menggeser tubuhku dengan kasar. Sungguh, aku seperti tiada harga di depan dia. 

Pengen nangis, tapi aku tak mau jadi istri di film ikan terbang. Ku Menangis….

Inder mengangkat keranjang pakaian kotor, dan membawanya keluar dari kamar mandi.

"Mau dibawa kemana, Mas?" 

Ah, akhirnya aku bertanya juga padanya. Habis aku penasaran. Sebab di keranjang pakai kotor tersebut juga ada pakaianku.

"Mau aku bawa ke laundry," jawabnya ketus tanpa melihatku dan terus berjalan ke arah pintu kamar.

"Tidak perlu, Mas!" 

Langkah Inder sontak terhenti. Dan kali ini menoleh menatapku. Tanpa ekspresi.

"Mulai saat ini…biar aku saja yang mencuci pakaian kita. Jadi gak perlu lagi bawa ke laundry."

Inder diam….

"Biar hemat," lanjutku.

Inder masih diam. Tanpa ekspresi. Pandangannya lekat menatapku.

"Aku bisa kalau hanya mencu—"

"Kalau begitu lakukan dengan baik." Inder meletakkan keranjang pakaian kotoran tersebut dengan kasar di lantai.

Setelahnya, ia melangkah keluar kamar.

Sedangkan aku…aku termangu di tempat. 

Heran!

*****

Pagi ini Inder menawarkan diri untuk mengantarku ke kampus. Entah apa penyebabnya kenapa ia mendadak baik padaku. Apa karena semalam aku menuruti kemauannya, menghangatkan ranjangnya?

Aku rasa bukan, sebab hal itu sudah sebuah kegiatan rutin bagi Inder tiap malam.

 Aku masuk terlebih dahulu  ke dalam mobilnya. Menunggu Inder yang tadi  masih ada sesuatu yang tertinggal didalam.

Saat sudah duduk di dalam mobil, tak sengaja aku melihat Hp Inder di dashboard mobil. Mendadak muncul keinginan untuk menyentuhnya.

Sebuah notif pesan berbunyi tatkala tanganku mengambil Hp Inder. Dan ternyata dari Cleo.

Si mantan terindahnya.

Saat jariku menyentuh layar Hp Inder, foto Cleo langsung terpampang sebagai wallpapernya.

Bus*t…mantan Inder cantik banget. Begitu indah dipandang. Meskipun aku sudah tahu wajah asli Cleo, tapi tetap saja foto ini berlipat-lipat kali cantiknya. Aih…aku minder ngeliatnya. Dan aku….

Mengiri….

Aku tersenyum miris, mungkin di dunia ini hanya aku satu-satunya istri yang tak menyelidiki dan memarahi suaminya saat diam-diam berhubungan dengan wanita lain. Lebih-lebih mantannya. 

Diam-diam?  Entah pantas atau tidak aku sebut diam-diam mengingat hubunganku dengan Florian yang tak sewajarnya, sebagaimana pasutri pada umumnya.

Aku melempar Hp Inder ke tempat asal semula. Percuma, Hp nya terkunci aku tak bisa membaca pesannya.

Tak lama dari itu Inder masuk ke dalam mobil, namun belum sempat menghidupkan mobil, Hp nya kembali berbunyi, lantas ia memeriksanya.

"Ma'af, Din, kayaknya aku gak bisa mengantarmu ke kampus, mendadak aku ada urusan di kantor." Inder berbicara tanpa melihatku, tangannya sibuk mengetik pesan di Hp nya.

Segitu pentingnya kah Cleo untukmu? aku tahu kamu hanya alasan ada urusan di kantor mu,  yang sebenarnya adalah, kamu ingin menemui mantanmu itu, kan? 

Ah, entah mantan atau masih pacarnya yang sekarang sudah menjelma jadi selingkuhan, sebab kan sekarang aku pasangan resmi Inder yang diakui.

Jadi lebih tepatnya, Cleo itu bukan mantan terindahnya Inder, melainkan selingkuhan terindahnya.

Tapi perlu di garis bawahi, bahwa tak selamanya selingkuh itu indah.

"Jadi kamu berangkat dengan taksi saja, ya?" kali ini Inder menatapku.

Aku mengangguk sambil menyelipkan senyuman, tak ingin terlihat kecewa yang akan membuatku terlihat rendah di depannya, dan Cemen.

Aku harus strong. Bukankah aku juga punya misi dalam pernikahan ini, sama dengan Inder.

Tapi…aku cinta Inder. Tapi Inder tak cinta aku. Ia cinta mantannya. Itu yang membedakan.

Hiks….

Sakit sebenarnya menerima kenyataan suami lebih memilih mantan daripada istrinya.

Aku sakit…sungguh sangat sakit.

______

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Tanpa Warna

     Setelah habis beper-baperan karena kalimat Inder yang mengatakan kalau memang hanya aku jodohnya, aku menatap Inder untuk meyakinkan perkataannya. Namun, ia hanya menaik turunkan alisnya."Sudah jelas, kan, sekarang alasanku apa?" Dia melipat tanga di dada sambi menaikkan satu kakinya ke lutut."Apa?" Aku masih tak paham. Tepatnya pura-pura tak paham, sih."Sekarang perasaan kira sudah impas. Sama seperti kamu," ucapnya tenang."Memang apa perasaanku?" Aku melipat tangan menirukan gaya Inder saat ini sambil menatapnya dengan sebelah alis terangkat."Gak tau. Yang aku tahu kamu mau menikah denganku sebab uang."Aku terdiam sejenak. Antara ingin mengaku dan tidak pada Inder. Malu gak, ya? Andaikan aku mengaku pada Inder kalau aku suka dia. Bahkan cinta dia suda lama, sebelum kami menikah.

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ah, Aku Baper!

    "Tadi kamu bilang apa?" tanyaku sambil melirik Inder, untuk meyakinkan pendengaranku tak salah."Apa? Gak ada!" elak Inder sambil menjalankan mobil."Itu tadi, yang aku cemburu!" ingatku, siapa tahu ini pria punya penyakit amnesia mendadak.Inder tak menggubris ucapanku, malah ia memasang kaca mata, terlihat santai seakan tak mendengar pertanyaanku. Padahal jelas-jelas pertanyaanku begitu jelas dan cukup nyaring. Hanya saja Inder cuek. Malu kali. Setelah tak sengaja bilang cemburu."Cie, yang cemburu, ehem!" Entah kenapa aku suka dan ingin sekali untuk menggoda pria sok jaim itu kali ini."Coba, dong, ulang sekali lagi, aku cemburu gitu!" tuntutku. Ah, kemaruk banget emang aku. "Tadi kurang jelas aku dengarnya!" pintaku. Kembali Inder tak menggubrisku. Tapi gak masalah, aku suka itu, lama-lama aku terbiasa dengan sikapnya. Kesel-kesel gemes gitu. Tapi aku cinta."Mas Inder ….""Bisa diem, gak? Jangan mancing-mancing saya, kamu itu gak bisa diapa-apain!"Hah! Maksudnya? Aku melongo m

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Cemburu

      Setelah 20 menit kemudian, Dokter Mekka, dokter kepercayaan keluarga Inder yang bekerja sudah bertahun-tahun lamanya tersebut masuk kedalam kamar dengan membawa tas.Dokter Meka langsung memeriksaku. Setelah duduk di pinggir ranjang."Nyonya  gak minum vitamin yang kemarin saya kasih? Untuk mengurangi sensitif bau yang Nyonya rasakan yang mengakibatkan Nyonya  terus ingin mual," tanya Dokter Meka. Menatapku penuh kelembutan."Udah, kok, Dok, cuman gak ngefek!" jawabku sambil duduk dari posisi tidurku. Setelah diperiksa Dokter Mekka."Kok bisa, ya? sedikitpun tak ngefek?" tanyanya lagi dengan raut heran. "Tidak, Dok!" jawabku sambil menggelengkan kepala."Emhhh … apa ada hal lain yang bisa ngilangin sensitif baumu?" tanya lagi Dokter Meka. Tampak sedang berpikir.Aku

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Membuat Inder Kesal (Ini Sala Anakmu?

    Aku mengusap-usap perutku yang mulai membuncit di usia kandunganku yang sudah lima bulan lebih ini."Bisa tidak, kamu gak usah mandi dulu!" Inder yang baru masuk kamar sepulang dari kantornya, dan membuka jasnya tampak terkejut dengan permintaanku.Inder menatapku dengan ekspresi anyep. Cukup lama Inder  menterengin wajahku, membuatku tak nyaman dan menyesali ucapanku barusan. Hingga beberapa detik berlalu, Inder masih saja menatapku dengan raut heran. Aku menelan saliva. Benar-benar menyesali permintaanku.Selanjutnya, tanpa berkata, Inder meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Aku mengusap dada, terasa lega tak mendapatkan perkataan yang nyelekit dari Inder  atas permintaan anehku tadi. Iya, aneh memang. Jelas-jelas Inder tak bisa hidup tanpa mandi. Selama aku hidup dengannya saja entah berapa kali aku menjumpai ia seharinya mandi ban

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Status Sosmed

    Hening ….Selama dalam perjalan menuju pulang, aku dan Inder hanya diem-dieman. Tepatnya Inder saja yang diam. Sebenarnya sedari tadi aku sudah jenuh dengan keheningan ini. Aku tidak suka keheningan saat sedang bersama seseorang. Aku maunya ngobrol atau cerita.Saat Inder memergokiku tengah duduk bersama dengan Andra, aku kira ia bakalan marah atau apapun, tak tahunya ia hanya menyuruhku masuk kedalam mobil. Itu pun hanya melalui bahasa isyarat saja, bukan tanpa kata-kata atau perintah dengan sengit seperti biasanya.Inder tidak marah, namun sikapnya yang pria itu tunjukkan padaku lebih dari kemarahannya. iya, aku merasakan itu.Sikap diam Inder bukan mengatakan kalau ia tidak marah, melainkan perasaan ia sedang tidak baik-baik saja. Lambat laun, sedikit demi sedikit aku sudah memahami karakter Inder. Diamnya Inder menandakan bahwa ia sedang marah. Sedangkan jika dia banyak omong maka kebalikannya.Inder memang sedikit berbeda dengan pada umumnya. Ia lebih suka diam saat ada masalah,

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa Yang Terlambat

    Saat aku melangkah ke parkiran untuk menunggu jemputan Inder, mataku menangkap sosok Andra yang lagi duduk di kursi biasa aku duduk di sana.Andra tersenyum ke arahku. Duh …mendadak bingung, dilema juga. Di satu sisi aku ingin menghampiri Andra. Dia baik dan gak seburuk yang Inder kira dan selalu katakan padaku. Andra justru sering membantu dan perhatian padaku tanpa pamrih.Tapi di sisi lain aku takut akan pesan Inder tadi pagi. Yang berpesan bahkan dengan sangat menekan untuk tidak mendekati pria saudara tirinya itu."Gak papa, kok, Din, sini aja. Aku gak macam-macam, kok!" ujar Andra seakan tahu isi hatiku.Aku nyengir merasa malu. Bak maling yang sedang ketangkap basah. Ragu-ragu aku melangkah mendekati kursi tempat di mana Andra tengah duduk dengan tenang di sana."Aku cuman mau mengembalikan ini." Andra menyodorkan sebuah map dan amplop coklat setibanya aki di hadapannya.Aku mengernyit. "Apa ini?" tanyaku sambil menerima Map yang disodorkan Andra."Itu milik Inder suami

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status