Share

BAB 5

Ruangan yang penuh dengan bau asap rokok dan alkohol tersebut membuat Alessia tampak tak nyaman dan risih, terlebih dengan tatapan wanita dengan lipstik merah cabai yang tampak begitu tebal dan sangat berlebihan itu seperti melihatnya seperti mangsanya yang ingin dijual.

“Jadi anda ingin membeli wanita dari tempat kamu?” Tanya wanita itu dengan angkuh, payudaranya yang besar tampak bergerak saat dia duduk tegak. Bahkan Alessia berani bertaruh jika payudara itu bukanlah asli.

“Ya. Berapa yang harus saya bayar?” Tanya Matteo dengan wajah serius. Alessia menatap ke arah pria itu, mereka benar-benar bertransaksi untuk membeli dirinya tanpa melibatkan dia.

Oh tuhan, selama dia hidup dia tak pernah mendapatkan penghinaan ini sebelumnya. Namun, Alessia hanya menahannya dan tak ingin membuat kekacauan.

“Cukup mahal, karena wanita ini merupakan wanita perawan yang baru pertama kali melakukannya terlebih anda yang mencobanya pertama kali. Melihat anda yang langsung ingin membelinya secara pribadi, itu membuktikan jika wanita ini bernilai tinggi.” Ucap wanita itu dengan tenang.

Matteo mengangguk, “Sebutkan nominalnya.” Ucapnya dengan tegas.

“Lima ratus dollar.” Ucap nyonya Rose dengan mantab.

Alessia terkejut saat mendengar harga dirinya hanya dihargai lima ratus dollar saja, tapi dia tetap diam dan menatap masam kedua orang itu.

Dengan segera Matteo menyuruh asistennya untuk menuliskan cek seharga yang diminta oleh wanita itu. “Dan, tanda tangani surat ini. Ini adalah surat hak kebebasan Alessia jika dia bukan bagian dari tempat ini. Dan segala hal di masa lalu tak akan kalian publish di media. Jika tidak, maka kalian akan menunggu waktu hancurnya tempat ini.” Matteo menaruh kertas putih itu dengan kasar.

Nyonya Rose yang melihat itu tersenyum dan mengangguk, “Dengan senang hati, saya tak akan membongkar ini. Namun, bisa menambah sedikit uang tutup mulut?” 

Matteo menatap datar wanita itu, sedangkan Alessia yang sudah panas karena dimanfaatkan oleh wanita sialan yang tak tahu dari mana asalnya ini.

“Hei payudara kosong! Kau pikir aku ini hewan yang bisa dijual dan ditawar seperti itu! Jangan kira aku sejak tadi diam karena takut! Sialan kau!” Alessia mulai menarik rambut palsu wanita itu lalu mengacak-ngacak wanita itu hingga tak berbentuk.

Semua orang disana terkejut terlebih nyonya Rose yang tak menyangka mendapatkan serangan ini, dia berteriak agar bawahannya membantunya, namun bawahan matteo segera menghadangnya.

Matteo tampak tersenyum miring melihat wanitanya tampak sangat agresif dan menggemaskan saat ini.

“Kau pikir kau berkuasa, ha? Disini aku berkuasa atas hidupku!” Alessia mencakar-cakar wajah wanita itu hingga akhirnya dia puas dan terengah-engah.

‘Kau jalang gila!” Nyonya Rose sangat shock dan menangis.

“Jaga mulut anda.” Ucap Matteo dengan dingin lalu mendekati Alessia yang berdiri disana dan memeluk pinggangnya seolah menunjukkan jika wanita itu miliknya sekarang.

“T-tuan.” Nyonya Rose tentu saja tak berani melawan Matteo saat ini, siapa yang berani menyinggung pria berpengaruh yang kekayaannya mampu melunasi hutang negara ini.

“Sesuai dengan surat pernyataan ini, jika anda berani membocorkan kehidupan Alessia sebelumnya. Maka saya pastikan anda akan menemui ajal malam itu juga.” Ucap Matteo dengan dingin lalu menarik Alessia pergi dari sana.

Mereka menuju ke mobil hitam milik Matteo, Wanita itu masih tampak sangat kesal dengan peristiwa tadi hingga wajah masamnya mengganggu pemandangan Matteo.

“Apa lagi? Kau masih kesal? Aku sudah membebaskanmu dari tempat terkutuk ini.” Ucap Matteo dengan sedikit lembut. 

Alessia menatap sinis Matteo, “Aku tak mengenal mereka dan tak merasa aku adalah milik mereka. Kenapa kau mengeluarkan uang hanya untuk itu. Jika aku jadi kau, aku akan menggunakan kekuasaanku untuk menghancurkan tempat ini.” Ucap Alessia dengan wajah kesal.

Matteo menaikkan alisnya mendengar itu, “Kau ingin itu? Jika begitu aku ak-”

“Bodoh! Tak perlu, kau juga sudah membayarnya. Kau membuatku semakin kesal saja.” Alessia segera memotong ucapan pria itu.

Matteo semakin dibuat bingung, “Mengapa wanita sangat sulit dipahami.” Ucap Matteo dengan mendesah lelah.

Alessia berpura-pura tak mendengar ucapan pria itu, hingga mereka menuju ke penthouse mereka saat ini.

Begitu tiba di parkiran, Alessia turun begitu saja tanpa menunggu ataupun bersama dengan Matteo. Melihat Alessia yang begitu marah padanya membuat Matteo bingung.

“Apa aku tadi membuat kesalahan, Josh?” Tanya Matteo pada asistennya tersebut di mobil yang sama dengannya.

Josh yang tadi berada di kursi mengemudi melihat tuannya dari kaca spion belakang.

“Saya belum pernah berhubungan dengan wanita, tuan. Jadi saya tidak tahu mengapa nona begitu marah.” Ucap Josh dengan begitu jujur.

Matteo menghela nafasnya, “Apa memang wanita serumit ini?” Gumamnya dengan kesal.

Josh hanya bisa diam dan tak tahu harus merespon bagaimana.

Sementara itu, Alessia yang masih kesal dengan kejadian tadi langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menggunakan pakaian tidur.

Dia harus beristirahat kali ini, besok adalah hari dia memulai rencananya sebelum dia kehabisan kontrak.

“Sepertinya aku harus meminta uang kontrak untuk bulan pertama, aku membutuhkan modal saat ini.” Gumam Alessia dengan serius.

Setelah itu dia memejamkan matanya, namun baru lima menit dia memejamkan matanya suara pintu terbuka.

Alessia yang masih belum terjaga langsung melihat ke arah belakang, disana ada Matteo yang dengan tenang menutup pintunya kembali.

“Kenapa kau kesini? Dan bagaimana kau bisa membuka pintu itu?” Tanya Alessia dengan kesal lalu merubah posisinya menjadi duduk kembali.

“Apa kau lupa ini di penthouse ku? Tentu saja aku memiliki semua akses ruangan.” Ucap Matteo dengan bingung saat menjawab pertanyaan bodoh dari wanita itu.

Alessia menatap kesal pria itu, “Lalu kenapa kau disini? Aku sudah pindah kamar ke kamar tamu. Kenapa kau tak pergi ke kamar utamamu?” Tanyanya karena melihat pria itu yang masih menggunakan pakaian kantornya.

“Apakah aku membayar tiga juta dollar hanya untuk ini? Tentu saja aku akan memanfaatkan uangku dengan baik termasuk dengan tidur bersama mu.” Ucap Matteo dengan tenang. Dengan gerakan pelan dia mulai melonggarkan dasinya.

Alessia yang melihat itu sedikit panik, “A-apa kau akan meminta i-itu malam ini?” Tanya Alessia dengan gugup, karena ini merupakan hal pertama baginya di dua kehidupan meskipun tubuh ini pernah tidur dengan pria itu.

Matteo tampak tersenyum menyeringai. “Menurutmu bagaimana? Apakah kita perlu melakukannya?” Ucapnya sambil mendekatkan diri pada Alessia.

Alessia yang melihat pria itu semakin menghapus jarak dengannya membuatnya merasa panik.

“A-aku b-belum siap.” Ucap Alessia dengan gagap, dia benar-benar belum siap secara mental untuk memenuhi nafsu bejat pria itu.

Matteo tersenyum tipis lalu mengusap kepala wanita itu dengan lembut, “Tidurlah, aku tahu kau lelah.” Ucapnya dengan pelan.

Alessia mematung dengan perlakuan pria itu. Dia benar-benar tak memahami pria itu saat ini seolah sikap pria itu mudah berubah dan tidak tetap seperti air di tempat wadah yang berbeda. Semuanya membuatnya bingung.

Hingga pria itu akhirnya pergi ke kamar mandi meninggalkan Alessia yang masih terdiam disana, “Kenapa dengan pria itu sebenarnya? Dia membuatku merasa aneh.” Gumam Alessia, hingga wanita itu kembali merebahkan badannya ke ranjang lembut itu.

Di luar hujan, dinding kaca yang memperlihatkan keindahan kota saat ini tertutup air yang melewatinya. Suasana menjadi lebih dingin, membuat Alessia langsung tertidur.

Di dalam kamar mandi, Matteo menikmati guyuran air dari shower diatasnya. Dia menjernihkan pikirannya yang tampak kalut saat ini.

“Kenapa denganku saat ini, kenapa hanya berdekatan dengan wanita itu saja membuatku bergairah. Bahkan lebih dari saat pertama kali bertemu dengannya.” Gumamnya yang sedikit frustasi.

Dia tak menyangka jika masalah kesehatannya bisa sembuh saat dekat dengan pria itu, sebelumnya dia adalah pria impoten yang bahkan tak tertarik dengan wanita manapun. Tapi berbeda saat Alessia berdekatan dengannya, seolah ada magnet tersendiri untuk bisa dekat dengan wanita itu. 

“Matt, kau sepertinya sudah gila.” Gumamnya dengan pelan menikmati setiap tetesan air yang jatuh ke tubuhnya.

Air dingin yang membasahinya membuatnya sedikit meredakan nafsunya. Melihat wanita tadi yang tampak ketakutan dan lelah membuatnya tak tega untuk memaksanya.

Setelah bergelut dengan gairahnya sendiri, Matteo keluar dari kamar mandi dengan keadaan tubuh yang fresh. Dia keluar dari kamar mandi dengan baju tidur hitamnya.

Dia melangkah keluar dan melihat Alessia yang sudah tertidur dengan nyenyak, suara hujan diluar sedikit terdengar, Matteo segera menutup dinding kaca tersebut dengan tirai lalu mematikan lampu untuk tidur.

Namun, saat dia mematikan lampu dan semuanya gelap. Wanita yang tadinya tidur dengan nyenyak langsung bangun.

“Hidupkan! Hidupkan lampunya!” Mendengar wanita itu tampak panik membuat Matteo terkejut.

Dia langsung menghidupkan lampunya dan melihat wanita itu seperti shock. Matteo segera mendekati wanita itu dan memegang pundaknya.

“Hei, kau baik-baik saja?” Tanya Matteo dengan khawatir.

Namun, bukan jawaban yang dia dengar, namun sebuah pelukan tiba-tiba menyergapnya.

“Aku benci gelap, hidupkan lampunya.” Tubuhnya yang gemetar seperti sinyal jika dia benar-benar ketakutan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status