Share

BAB 4

Makan malam keluarga Filcher, seluruh keluarga hadir setiap minggunya untuk menghadiri makan malam rutin.

Kesibukan keluarga Filcher membuat mereka tak bisa selalu berkumpul secara lengkap hingga mereka harus mengkhususkan mengosongkan jadwal mereka untuk agenda mingguan ini.

“Kapan kau menikah? Apa kau menunggu sampai usiamu tujuh puluh tahun lebih dulu?” Tanya tuan besar Filcher, tuan Henrey dengan tajam.

“Sayang, jangan memaksa Matt seperti itu. Bukankah dia baru berusia tiga puluh tahun?” Ucap istri tuan Henrey, nyonya Irish. Dia adalah istri kedua tuan Henrey setelah nyonya Isabel, ibu Matteo meninggal dunia.

Tuan Henrey menatap istrinya dengan rasa jengkel, “Kau lihat? Dia hanya berguna untuk perusahaan saja, tidak sebagai putra.”

TAK!

Suara jam tangan yang terbentur kaca terdengar cukup keras untuk menghentikan percakapan yang membuat telinga pria itu cukup panas malam ini.

“Apakah tak ada pembahasan yang lebih bermutu?” Tanya Matteo dengan dingin.

Theo, adik dari Matteo tampak tersenyum tipis. “Ada apa kak? Apa kau takut mengecewakan istrimu nanti sehingga tak kunjung mencari seorang kekasih di umurmu yang tak muda lagi?” Ucap Theo menyinggung masalah kesehatan Matteo di hadapan keluarga.

Matteo melihat ke arah adiknya, sudah bertahun-tahun mereka perang dingin dalam urusan bisnis tapi siapa sangka dia semakin menunjukkan taringnya saat ini kepadanya.

Suasana makan malam ini semakin tegang, tuan Henrey langsung menghentikan suasana tersebut.

“Lanjut makan! Matteo, datang ke ruang kerjaku setelah ini.” Ucap tuan Henrey dengan tegas.

Theo tampak tersenyum miring mendengar hal itu, sedangkan Matteo hanya merespon dengan tenang. Kedua saudara itu benar-benar dalam keadaan yang sangat tidak akur.

Dalam keluarga Filcher terdapat tiga orang pewaris Henrey Filcher, yang pertama adalah Matteo Filcher, pria yang sejak muda selalu menonjol dalam bidang apapun terlebih dalam membangun bisnisnya. Kedua adalah Theo Filcher, pria yang saat ini memegang anak perusahaan Filcher dan juga selalu bersaing dalam hal apapun. Dan ketiga adalah putri bungsu keluarga Filche, Veronica Filcher, putri paling kecil anak dari istri kedua dan tuan Henrey yang baru berusia sepuluh tahun saat ini. Dia adalah anak yang paling pendiam dan tak suka berdekatan dengan kakak-kakaknya yang terlihat garang dan galak tersebut.

Hingga makan malam selesai, tuan Henrey langsung menuju ke ruang kerjanya. Nyonya Irish tampak tersenyum pada Matteo, “Jangan khawatir, nak. Ayahmu pasti akan memberikanmu kabar yang baik.” Ucapnya sambil menyentuh tangan Matteo dengan lembut.

Meskipun dia adalah seorang istri kedua, dia adalah wanita yang tak pernah memiliki ambisi apapun dalam keluarga ini. Terlebih anak yang dia lahirkan adalah anak perempuan, tapi Matteo masih belum bisa menerima wanita itu sebagai ibunya.

“Jangan menyentuh tangan saya.” Ucap Matteo dengan dingin lalu menepis tangannya dengan kasar.

Lalu berdiri meninggalkan ruang makan tersebut, nyonya Irish hanya tersenyum melihat putra pertama Filcher tersebut masih belum menerimanya setelah sebelas tahun mereka bersama.

Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah putra keduanya, “Apa pekerjaanmu hari ini lancar, Theo? Aku dengar kau mendapatkan tender besar.” Ucap nyonya Irish dengan ramah mencoba mengakrabkan diri, karena sebagai istri tuan Henrey dalam hatinya dia ingin juga mempunyai keluarga hangat meskipun dia hanya orang asing di hadapan kedua putranya. Seperti dugaannya, Theo menatap sinis kepadanya, 

“Bukan urusanmu.” Ucap pria itu dengan tajam lalu pergi dari sana meninggalkan ruang makan untuk pergi ke kamarnya.

Veronica, atau biasa dipanggil Nica tampak mendekati ibunya.

"Mama, aku takut.' gumamnya sambil memeluk ibunya dengan erat.

Ketegangan tadi membuat Nica tampak kurang nyaman saat ini, Nyonya Irish yang melihat putrinya langsung tersenyum.

"Jangan takut kepada kakakmu, kalian harus akur okey? Karena kalian saudara." Ucap nyonya Irish dengan lembut.

Namun Nica menggeleng, "Tidak mau, aku hanya punya mama dan papa."

Nyonya Irish tersenyum tipis pada putrinya, "Nica tidak boleh seperti itu, jika papa mama tidak ada nanti, hanya kakak Nica yang Nica punya." 

Nica menatap ke arah ibunya, "Jika kalian pergi aku juga ikut pergi!" Lalu dia berlari menuju ke kamarnya.

Nyonya Irish menatap putrinya dengan menghela nafas pelan.

Lalu berjalan menuju ke kamarnya sendiri sambil menunggu suaminya disana.

Sementara itu, di tempat lain tuan Henrey tampak menatap tegas putranya.

"Kau sudah berumur tiga puluh tahun sekarang, wanita seperti apa yang kau inginkan? Ayah akan mencarikan seorang istri yang berpendidikan." Ucap pria itu dengan dingin.

Matteo duduk di sofa dengan tenang sambil menyilangkan kedua kakinya.

"Aku bisa mencarinya sendiri." Tolaknya dengan tegas.

"Seperti apa? Aku mendapatkan laporan jika kau pergi ke rumah bordil beberapa hari ini. Apa kau ingin menanam benih ke wanita seperti itu!" Ucap tuan Henrey dengan wajah marah.

Dia sungguh kecewa pada putranya,  Matteo adalah putra yang dia harapkan membangun bisnis keluarga ini hingga menuju puncak, tapi melihat putranya semakin tak terarah membuatnya kecewa.

"Bukankah sama dengan dirimu, ayah? Kau mengambil wanita jalanan sebagai istrimu menggantikan status nyonya muda yang agung dari ibuku." Ucap Matteo dengan tenang.

“Jangan kurang ajar pada ayahmu, Matt!” Seru tuan Henrey dengan tegas, Matteo terkekeh mendengar kemarahan ayahnya tersebut, namun dia sama sekali tak peduli akan hal itu.

“Aku tak akan menikah, bukankah kau masih memiliki satu putra dan satu putri lagi? Suruhlah mereka menikah. Umur Theo juga tidak muda dan putrimu delapan tahun lagi bisa kau gunakan sebagai alat bisnis” Matteo berkata dengan tenang tanpa ada beban sedikitpun.

Tuan Henrey menghela nafasnya, mengendalikan putra pertamanya memanglah sangat sulit. Tatapannya yang tegas berubah menjadi lebih tenang namun dalam.

“Apa ini karena masalah kesehatanmu? Jika iya mengapa kau ke tempat semacam itu?Bukankah berarti kau normal sekarang? Ayah hanya ingin melihat kau memiliki keluarga yang baik.” Ucap tuan Henrey dengan nada yang lebih lembut.

Matteo melihat ayahnya dengan datar, “Ada urusan bisnis dengan salah satu investor yang suka tempat seperti itu.” 

Tuan Henrey menatap putranya dengan lelah, dia sangat tahu bagaimana ambisi putranya dalam segala hal terutama pekerjaan.

“Ayah sudah memutuskan sesuatu untukmu, putri tuan George cocok untukmu. Dia baru kembali setelah pendidikan S2-nya.” Tuan Henrey tampak mengambil keputusan yang sudah lama dia rencanakan.

Matteo melihat ke arah ayahnya dengan dingin, “Aku bukan anak kecil lagi yang harus menuruti keinginanmu.” 

“Ayah sudah cukup tua, kesehatanku mulai menurun. Aku tahu kau adalah putra yang bisa aku harapkan untuk bisnis keluarga ini. Ayah hanya ingin melihatmu menikah dan memiliki keluarga yang baik.” Jelas tuan Henrey.

Matteo terkekeh mendengar hal tersebut, “Kau masih punya putra yang bisa memenuhi permintaanmu, dia juga terlihat berambisi menguasai bisnismu. Dan aku? Aku tak butuh kekayaanmu.” Ucap Matteo dengan tegas lalu pergi dari ruangan tersebut.

Tuan Henrey menghela nafasnya, putranya memang sangat dominan dalam segala hal yang membuatnya kesulitan untuk mengatur pria itu sesuai dengan keinginannya.

*************

"Dimana wanita sialan itu? Seharusnya setelah melayani tuan kaya itu dia kembali ke rumah bordil ini!" Nyonya Rose, sang pemilik rumah bordil yang terkenal di ibukota.

Wanita dengan dandanan glamour dengan lipstik tebal tersebut tampak terlihat sangat kesal karena mendapati salah satu pekerjanya tak kembali lagi.

“Cari wanita itu sampai ketemu!” Perintah nyonya Rose dengan tegas pada kedua bawahannya yang berdandan seperti preman.

Kedua mengangguk dan segera menuruti permintaan nyonya mereka. Keduanya pergi mencari Alesha yang tidak kembali selama dua hari ini.

Sementara itu, wanita yang menjadi pencarian nyonya Rose tengah menikmati makan malam santai di salah satu restoran bintang lima.

Dia pergi sendirian tanpa adanya pengawal ataupun pelayan dari Mateo disisinya, dia ingin menikmati makan malam yang tenang ditambah uang yang tak terbatas dari kartu hitam yang dia pegang saat ini.

Dulu dia adalah wanita yang sangat mandiri dan penuh dengan kekayaan, setelah mati dan bangkit kembali sebagai wanita miskin, dia baru merasakan nikmatnya menikmati uang orang lain lebih dari menikmati uang sendiri.

“Sepertinya aku tak bisa terlena dengan hal ini, kontrak hanya tiga bulan. Aku harus melakukan pergerakan mulai sekarang.” Gumam Alessia dengan serius.

Dunia baru abad yang baru dan tantangan juga pasti akan semakin banyak, dia hanya memiliki waktu tiga bulan untuk menyusun rencananya setidaknya dia sudah memiliki pondasi yang cukup untuk membangun usaha.

“Apa aku harus menimbun berlian dengan uang di kartu ini? Uang yang diberikan oleh Matteo tidak cukup untuk bisnisku.” Gumamnya dengan penuh perhitungan. Dia harus mencari cara atau bahkan mencari seorang investor mulai sekarang.

Setelah berpikir cukup lama, dia akhirnya memilih untuk kembali ke penthouse milik Matteo, dia tak tahu harus pergi kemana selain tempat itu, karena dia bahkan tak tahu identitas dari wanita yang sekarang menjadi tubuhnya saat ini.

Namun, baru beberapa meter dari restoran tersebut, seseorang menghadangnya.

“Siapa kalian?” Alessia tampak sangat berhati-hati, dua pria dengan tubuh kekar dan beberapa tato yang dibuat di tubuhnya sangat menggambarkan jika pria itu cukup berbahaya.

“Setelah melayani tuan yang sangat kaya kau lupa ingatan pada kami,heh? Kau harus kembali ke rumah bordil sekarang!” Ucap salah satu pria itu dengan tegas.

Alessia yang mendengar itu semakin waspada, dia mundur secara perlahan lalu lari dari sana. Dia tak menyangka jika wanita pemilik tubuh ini adalah seorang jalang sungguhan.

“Sial! Sial! Kenapa harus berada di tubuh wanita seperti ini!” Umpatnya dengan kesal karena dia harus mengalami masalah seperti ini.

Dia terus berlari dan dikejar oleh kedua pria itu, dia tak pandai bela diri jika tidak membawa senjata. Tentu saja, dia adalah seorang pebisnis bukan petarung. Masalah seperti ini dia pasti akan habis.

Alessia memikirkan cara untuk bisa bebas dari kejaran mereka, penthosenya cukup darinya terlebih dari melawan arah dari penthouse yang seharusnya berada.

Hingga dia berani berlari ke jalan berharap ada yang menolongnya dan kedua pria itu berhenti, namun tebakannya salah. Kedua pria itu tetap mengejar dan sialnya tak ada siapapun di jalan yang membuatnya terus berlari bahkan sepertinya kakinya lecet karena memakai high heels untuk berlari.

Namun, sebuah keberuntungan masih berada di pihaknya, sebuah mobil berhenti di depan Alessia. Wanita itu langsung tersenyum ketika melihat siapa yang ada di dalam.

“Matteo!” Serunya sambil berlindung di belakang pria itu saat ini.

Kedua pria yang mengejar Alessia tadi langsung mendekat ke arah mereka. Matteo melirik ke arah Alessia sekilas lalu melihat ke arah dua pria yang mengejar wanita itu.

“Ada urusan apa kalian dengan wanita ini?” Tanya pria itu dengan tajam.

“Maaf tuan, kami tidak memiliki urusan dengan anda. Kami hanya menjemput wanita ini untuk kembali ke rumah bordil.” Ucap pria itu dengan tegas.

Matteo yang mendengar itu langsung melirik ke arah Alessia, dengan pandangan seperti anjing yang imut dia memohon untuk diselamatkan.

“Aku beli wanita ini dari tempat itu.” Ucapnya dengan tegas yang membuat pria itu saling pandang dan Alessia terkejut.

“Apa dia benar-benar seorang budak yang bisa dibeli seperti ini?” Batin Alessia yang sedikit tidak terima.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status