Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai

Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai

Oleh:  C_heline  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
44Bab
448Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa jadinya saat laki-laki sultan putra konglomerat disia-siakan? Jawabnya ada pada Andara. Gadis bayaran itu berhasil mengubah kontrak kerjasama menjadi kontrak seumur hidup dan membuang jauh-jauh istri sah sang sultan yang tak mengakuinya.

Lihat lebih banyak
Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Line Job Belenesia
Hahaha keren
2023-12-03 15:19:45
0
44 Bab
Prolog
"Lima puluh... Bang, Mas, sini aja lima puluh udah sama kamar full servis!" "Sini aja, tiga ratus aja, tiga hari tiga malam!!" Melambai-lambai, berteriak, menghalangi pengendara di jalanan temaram, para wanita-wanita tersebut bak menawarkan dagangan pada si pembeli. Bukan dagangan biasa yang mereka gadaikan, melainkan tubuh mereka sendiri. Era saat ini memang sangat sulit hanya untuk bertahan hidup. Apalagi untuk rakyat biasa seperti gadis-gadis malang itu. Terlahir dari keluarga yang minim pendidikan juga sangat condong pada tradisi zaman kuno, membuahkan hasil yang sangat diluar prediksi. Anak-anak yang kehilangan edukasi dini, kini berpetualang di dalam gelapnya realita. Terbiasa, hingga tidak ada lagi keluhan pada dunia. Merasa bebas, bahkan tidak ada tangis jika banyak ucap yang terkadang menancap dada. Salah satu dari gadis malang itu adalah Andara. Gadis berambut panjang, berwajah bulat, dengan mata yang mengkilap. Tinggi tubuhnya umum orang Indonesia. Yang membuat Andara t
Baca selengkapnya
Bab 1. Pria Miskin itu Ternyata Sultan
"Anjirlah, lu nggak tau apa seberapa kesal gue? Masa gue udah booking kamar sama pesan makanan, eh nggak taunya si cowok nggak tau diri itu malah kabur. Emang gilak tuh orang. Harusnya bilang dari awal kalo emang kere. Bayar kamar 150 aja mikirnya kejauhan. Dasar cowok nggak guna. Sialan!" Andara bersungut-sungut atas kejadian yang baru saja dia alami. Di temani sang sahabat yang memang sengaja datang hanya untuk mendengar celotehan Andara ini, benar-benar sukses membuat telinga temannya itu terasa bengkak. "Udah sih, ngapain marah-marah coba? Sesuai apa kata elu, kamar cuma 150, kan nggak rugi-rugi amat. Doa'in aja ntar malam dapat job lagi. Biasanya, kan malam Minggu gini banyak tuh yang nangkring di lampu merah. Nggak usah kesal, udah! Kayak nggak ada lakik lain aja," tanggap Missa, mencoba menenangkan. Andara seketika saja meringis mendengarkan kata-kata Missa tadi. Apa katanya? Berdoa? Andara bergidik lucu untuk yang itu. "Terus gimana sekarang? Lu ada job nggak? Karena uang
Baca selengkapnya
Bab 2. Perjanjian dan Kesepakatan
"Gue pikir lu orang miskin. Rupanya kaya," ucap Andara pada pria di depannya. Keduanya sedang duduk disalah satu meja di Kafe. Pria itu tidak menanggapi. Dia justru memberikan satu lembar kertas dibungkus map di atas meja pada Andara. "Baca kontraknya. Setelah itu, tandatangani. Lusa kita berangkat ke Dubai." Pria di sana menjelaskan secara singkat. Andara menurunkan pandangan dari wajah Risyad ke meja. Jemari lentiknya meraih kertas yang katanya berisikan kontrak. Andara mana paham tentang beginian. Dia hanya sedang berpura-pura elegan saja, agar nanti terlihat sepadan dengan apa yang akan ditawarkan oleh si pria. "Buset! Ini tulisan apa mantra? Mana ngerti gue astaga..." gumamnya dalam hati, begitu melihat bacaan dikertas."Duh maaf ya, gue cuma paham bahasa asing, Korea Selatan. Yang lainnya gue kurang ngerti," kata Andara sembarang sambil meletakkan kembali kertas ke posisi awal. "Nae jib-e meomulmyeonseo maeil bam naleul manjogsikyeo jusibsio." Andai saja Andara sedang ada
Baca selengkapnya
Bab 3. Akar Permasalahan
"Bagaimana kalau kita memperluas Mextech Grup dengan mengambil salah satu proyek yang sedang banyak ditawarkan? Mungkin saya rasa tidak akan merugikan kita dalam aspek mana pun.""Tapi bukankah ada pihak ketiga yang akan ikut ambil alih dalam pengambilan proyek ini? Saya banyak membaca laporan dari beberapa dewan direksi, bahwa dana yang mereka tawarkan itu juga cukup fantastis. Apa sebaiknya kita tidak perlu gegabah? Juga proyek ini tidak terlalu dibutuhkan oleh Mextech G, hanya akan membuang-buang waktu menurut saya pribadi." "Itu benar. Pihak ketiga itu berasal dari pasar-pasar yang sudah luas. Saya sedang tidak berniat menjangkau seberapa luas dan berpengaruhnya Mextech saat ini, hanya saja, grup-grup dari pihak ketiga itu bukan tanding untuk kita. Saya rasa, abaikan saja untuk yang ini. Bagaimana kalau kita fokus untuk membesarkan pasar dalam lokal saja? Seperti memperbanyak toko dan juga merekrut beberapa desainer terkenal untuk membentuk lagi brand-brand yang berkualitas." Sh
Baca selengkapnya
Bab 4. Ancaman Sang Penguasa
Pertemuan yang sudah diagendakan oleh pimpinan Intext akhirnya berlangsung. Sesuai apa katanya, pertemuan ini akan mengundang beberapa rekan bisnis yang sudah tidak asing lagi diranahnya. Juga tentang anak dan menantunya yang harus turut ikut menghadiri. Entah apa sebenarnya maksud dan tujuan pertemuan ini, yang pastinya, laki-laki berusia lanjut itu ingin memberikan sesuatu yang dianggap ancaman lebih pada orang yang hendak dia inginkan kejelasannya. "Bagaimana, apa bisa kita mulai acara pertemuan ini?" tanya salah satu rekan yang hadir. Salah satu owner grup yang beken diranahnya."Tentu saja. Semuanya sudah hadir, silakan berikan beberapa statment kalian," jawab Lukas Enembe, pimpinan Intext. Sementara orang-orang sedang fokus pada acara pertemuan yang terasa sangat intim dan lekat akan pembahasan yang serius, di sisi lain ada dua orang yang sedang menebak-nebak begitu keras, apa sebenarnya yang hendak direncakan oleh Lukas lagi. Risyad dan Shama sama-sama terlihat sedang berusa
Baca selengkapnya
Bab 5. Instruksi
"Hal pertama yang harus lu lakuin! Jangan bujuk istri lu apa pun yang terjadi!" "Kamu sudah gila? Bagaimana mungkin saya tidak membujuk istri saya. Dia itu perempuan yang baik dan ada banyak orang yang hendak menjatuhkannya. Mana bisa saya hanya diam saja," protes Risyad, tidak suka statment Andara. Andara lagi-lagi membuang napas frustrasi. Di dalam kamar yang cukup luas ini, dia dan si pria kaya sedang membahas rencana yang akan mereka lakukan. Namun, Andara selalu saja dibuat geram akan kebodohan natural dari Risyad. "Lu tau nggak, kenapa kita dipertemukan sama Tuhan?" tanya Andara. "Kita tidak dipertemukan! Saya yang mencari kamu," jawab Risyad, menentang. "Ya lu emang cari, tapi lu mana tau yang bakalan lu dapatin itu gue. Bisa aja launtie lain," kukuh Andara. Risyad yang sedang duduk di kursi satu orang di depannya hanya menghela napas. Tampaknya masih terbebani akan keadaan Shama yang marah. Demi membuat kepalanya tenang, Risyad pun membiarkan Andara melanjutkan kalimatnya
Baca selengkapnya
Bab 6. Skenario Absurd Andara
Risyad hanya ingin Shama membalas cintanya. Dia tidak peduli meski seberapa buruk kini perempuan itu memperlakukannya, yang terpenting adalah, Shama tahu dan sadar bahwa cinta Risyad hanyalah untuknya seorang. Sebelum bertemu dengan Andara, tujuan awal Risyad mengunjungi Indonesia hanyalah sebatas perjalanan bisnis. Namun, usai pertemuan dengan beberapa rekan di sana, banyak teman yang mengusulkan pada Risyad untuk mencoba hal baru yang akan menentukan apakah Shama bisa menerimanya atau tidak.Dan cara itu adalah, mencari gadis yang rela dijadikan kelinci percobaan. Perempuan yang kastanya lebih rendah dari Shama. Gunanya agar Shama bisa membuat dirinya seolah tidak terkalahkan dan mungkin akan berakhir menunjukkan pada Risyad kalau dirinyalah yang paling pantas menjadi nyonya Risyad Al Maktoum. **Andara terbangun dari alam bawah sadarnya. Tidurnya lelap tadi malam, hanya saja tidak terlalu nyaman. Sofa memang tidak terlalu dianjurkan untuk tempat mengistirahatkan tubuh. Badannya s
Baca selengkapnya
Bab 7. Cinta itu Pembodohan
Risyad keluar lebih dulu. Sepasang matanya langsung saja menangkap potret Shama tengah duduk sendiri di meja makan sambil mengaduk-aduk salad sayur di depannya. Laki-laki itu terus memperhatikan istrinya yang terlihat sedang memendam banyak masalah. Shama melamun. Dia hilang dari tempatnya saat ini. "Kenapa tidak makan? Kamu sakit?" ujar Risyad sambil mendekat. Shama lantas menoleh malas. Tatapan sinis penuh kebencian itu terpampang jelas. Daripada besarnya kebencian Shama pada sang ayah mertua, sebenarnya Shama jauh lebih membenci Risyad mau sebaik apa pun sikap laki-laki itu. "Puas? Ada lagi yang kau inginkan, Risyad?" Alih-alih menjawab, Shama lebih tertarik mengajak Risyad kembali berperang. Sosok jangkung yang mengenakan jas biru polos itu menunda duduk di kursi. Mendengar tanya Shama membuatnya mendadak ingat kejadian pagi ini. Risyad menghela napas, kini dilema. Harusnya bukan ini hasil yang diterima Risyad. Laki-laki itu tidak menyadari akan seburuk ini tanggapan Shama ten
Baca selengkapnya
Bab 8. Obat Perangsang
Andara berjalan dengan perasaan jengkel yang masih tersimpan. Tangannya masih tersisa jejak saos salad yang sempat membersihkan kepala Risyad. Tak sengaja, keduanya orang itu kembali berpapasan dengan keadaan Risyad yang sudah kembali rapi dan bersih. Jas birunya berubah jadi kemeja hitam.Andara bergeming begitu menatap Risyad yang diam di depannya. Sementara Risyad melirik tangan Andara yang kotor. Melihat betapa berantakannya kini Andara, dengan kemeja yang kebesaran, rambut acak-acakan, dan kaki jenjang hingga pahanya tak tertutup apa-apa, membuat Risyad inisiatif memberikan kartu kreditnya. "Ajak sopir belanja. Kamu sudah seperti orang gila," titahnya sambil menyodorkan kartu kredit. Alis Andara langsung menyatu, dengan bibir yang sinis. Tatapannya masih sama pada Risyad. Jengkel. "Dih, lu nggak nyadar? Yang gila itu elu, buka gue!" cetus Andara membalas. "Jangan membantah. Di rumah tidak ada yang memasak juga. Kamu boleh beli apa pun dan makan apa pun di luar. Ini kesepakatan
Baca selengkapnya
Bab 9. Ciuman Berharga
Risyad benar-benar tidak menanggapi serius apa yang baru saja dikatakan Andara. Baginya, Andara itu tetap gadis 'gila' yang mengatakan suatu hal yang tak mendasar. Itu kenapa Risyad hanya menghela napas lalu melupakan peringatan Andara. Dia kembali pada rekannya yang menunggu. Begitu tiba di kursinya lagi, dari jarak yang berbeda Andara satu kali lagi memastikan kalau Risyad benar-benar tidak percaya padanya. Dan benar saja, laki-laki itu sudah kembali duduk dan siap meneguk wine miliknya. "Gilak ya tu orang!" sungut Andara dalam hati. Dia melihat dengan jelas bagaimana Risyad meneguk dengan santai minuman 'beracun' itu. Anggap saja hari ini Risyad sedang beruntung, atau Andara yang lagi baik-baiknya. Gadis itu siap di anggap tolol karena tetap diam mengawasi Risyad untuk memastikan laki-laki itu aman. Andara tahu dimenit keberapa obat itu akan bereaksi. Itu kenapa Andara memilih diam sejenak dan kembali duduk di tempat yang jaraknya lebih dekat, tanpa Risyad tahu. Risyad akhirnya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status