Saat Kania hamil, Kania difitnah oleh ibu mertuanya telah berselingkuh. Sean Sagara, suaminya menolak benih yang berada di dalam kandungan Kania sebagai miliknya. Kania diceraikan kemudian diusir secara kejam oleh keluarga Sagara. Sejak saat itu, Kania bersumpah akan melupakan Sean dan juga keluarga Sagara yang telah membuangnya. Bertahun-tahun berlalu takdir mempertemukan Kania dan juga Sean kembali. Sean masih saja membenci dan merendahkannya meski sudah tujuh tahun berlalu. Namun, kali ini berbeda Kania tidak akan membiarkan Sean dan keluarganya kembali menginjak-injaknya dan juga puteranya yang tidak diakui oleh mereka. Bagaimana Kania memulihkan nama baiknya dan membalas seluruh penghinaan itu?
View More"Katakan padaku, siapa yang menghamilimu? Jawab!"
Kania terperangah mendengar teriakan dari Sean di hadapannya. Tuduhan tak berdasar yang suaminya itu lemparkan padanya setelah ia memberikan kabar bahagia ini tidak pernah Kania perkirakan. Padahal ia pikir Sean akan bahagia, Sean akan mencintainya setelah ia mengandung puteranya. Meski pernikahan mereka hanyalah pernikahan perjanjian ayah mereka berdua, tapi Kania mencoba menerima takdirnya. Ia mencintai Sean dan akan melakukan apapun untuk membuat pria itu membalas cintanya. Namun, apa yang ia khayalkan sungguh berbeda dari apa yang ia terima. Sean malah menuduhnya bermain api saat ia menjalani perjalanan bisnis selama dua bulan."Ini anakmu, Mas! Tidak pernah ada yang menyentuhku selain dirimu!""Lalu ini apa?"Kertas-kertas bertebaran ke atas kepala Kania. Dengan cepat Kania memunguti kertas-kertas itu satu per satu. Sudut matanya terbelalak lebar saat melihat kertas apa yang di lemparkan padanya. Itu adalah sebuah foto. Foto dirinya yang tengah tertidur lelap di dekapan seorang pria. Sungguh, Kania sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Ia bahkan baru melihat pria itu pertama kali. Namun, bagaimana bisa? Bagaimana bisa dirinya berada di dekapan pria itu di sana?Sebenarnya kapan ini terjadi? Kania sendiri bahkan tidak yakin potret itu diambil dimana. Seingatnya ia tidak pernah pergi kemanapun. Ah, terakhir ia ke luar rumah adalah saat ia ditemukan pingsan oleh ibu mertuanya di kamar lalu dibawa ke rumah sakit.Tunggu sebentar... Saat itu ia bahkan tidak yakin kenapa ia sampai tidak sadarkan diri. Ibu mertuanya hanya bilang bahwa ia sepertinya kelelahan karena kondisinya yang tengah hamil, tapi apa benar begitu?Apa sebenarnya foto-foto ini adalah ulah Catherine, ibu mertuanya? Catherine memang tidak pernah menyukai dirinya semenjak ia menikah dengan Sean, namun dalam dua bulan ini Catherine selalu berbuat baik padanya. Ia pikir Chaterine juga merasa senang karena sebentar lagi akan memiliki cucu, tapi apa yang terjadi kini sungguh membuatnya teramat bingung."Mas ini salah paham! Sepertinya... Sepertinya ada yang menjebakku! Aku tidak mengenal pria ini!" ucap Kania dengan gemetar. Tatapan tajam Sean begitu menusuk membuat Kania merasa sangat gugup melihatnya."Menjebak?" Sean mendengus kasar, "Jangan becanda Kania, kamu kira aku bodoh?""Jangan dengarkan dia, Sean. Dia ini penipu! Mama sudah mengira saat Ayahmu mengajak wanita kampung itu kemari, dia bukan wanita baik-baik, dia hanya wanita murahan. Kamu tahu apa yang dilakukan dirinya saat kamu tidak ada? Dia terus menerus ke luar rumah bersama pria-pria yang berbeda."Kania semakin terperangah. Ia menatap Catherine dengan tatapan tidak percaya. Rupanya sikap Catherine dalam dua bulan ini hanyalah sebuah kepalsuan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Catherine malah memojokkannya dan memfitnahnya seperti ini?"Kenapa ibu berkata seperti itu? Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti ibu tuduhkan!""Kamu bilang ibu mengada-ngada? Ibu akan bawa buktinya!"Catherine tiba-tiba menarik Bi Surti, asisten rumah tangga di rumahnya."Katakan pada mereka Bi, bagaimana perlakuan Kania di rumah ini saat Sean pergi!" ujar Catherine dengan menggebu-gebu."Benar apa kata Ibu, Bi?"Bi Surti menatap ke arah Kania dengan bingung. Namun sejenak kemudian ia mengangguk kecil saat melihat tatapan Catherine yang mengancam."Be-be-nar Den,"Jantung Kania serasa diremat saat mendengar ucapan Bi Surti."BIBI!! KENAPA BIBI BERBOHONG?" Kania menjerit merasakan ketidakadilan yang menimpanya saat ini. Ia tidak menyangka bahwa Catherine dan juga Bi Surti akan bersekongkol memfitnahnya di depan Sean. Air matanya mulai menggenang memenuhi kelopak matanya."Sa- saya tidak berbohong. Non Kania memang sering pergi, dia juga mengancam saya untuk tidak mengatakan hal ini pada Tuan Sean.""Halah! Kamu ini terus saja mengelak. Jelas-jelas semua buktinya ada di depan mata!" ujar Catherine semakin memprovokasi."Tapi aku sama sekali tidak bersalah. Tolong... Tolong percaya padaku, Mas." Kania mulai merintih, meminta pertolongan kepada Sean untuk mempercayainya. Ia segera menghampiri Sean menarik tangannya dengan penuh harapan, "Aku mohon Mas, percaya padaku. Ini anakmu, ini darah dagingmu."Namun, kejadian selanjutnya malah semakin membuat hatinya patah. Sean menepis tangannya dengan kasar, tatapan matanya menyiratkan rasa jijik yang teramat terhadap Kania."Singkirkan tanganmu dariku, wanita jalang!"Kania tertegun mendengar umpatan dari Sean di hadapannya. Meski pernikahan mereka bukan atas dasar cinta, tapi Sean tidak pernah bertindak kasar padanya. Sean selalu bersikap baik padanya, tidak pernah ada umpatan atau kata-kata yang teramat kasar yang ia dengar kali ini."Aku pikir kau adalah wanita yang teramat polos yang bisa menjaga harga dirimu Kania, namun ternyata aku dan ayah salah selama ini."Kania seolah kehilangan pijakan saat ini. Tidak ada yang membelanya lagi. Ayah mertuanya, Handriawan Sagara telah berpulang beberapa bulan yang lalu. Jika saja Handriawan masih ada, Kania yakin beliau tidak akan membiarkan Kania diperlakukan seperti ini."Angkat kaki dari rumah ini segera. Aku muak melihat wajah pura-pura polosmu itu, Kania!"Kania hanya bisa terhenyak mendengar ucapan Sean. Setelah mengumpatnya dengan nada yang teramat kasar, sekarang Sean bahkan mengusirnya?"Mas, kamu mengusirku? Kamu mengusirku saat aku tengah mengandung?" Kania bertanya dengan nada tidak percaya. Tubuhnya terasa lemah mendengar seluruh keputusan Sean saat ini."Keluar dari rumah ini, aku tidak mau memelihara jalang di rumahku!"Jalang.Kania menelan ludahnya dengan teramat pahit. Sekarang Sean bahkan menyebut dirinya jalang berkali-kali. Air mata Kania meluncur turun dengan teramat deras. Hatinya sakit, sangat sakit."Ya, pergi dari rumahku sekarang juga! Bereskan seluruh barang-barangmu dari rumah ini."Setelah berkata seperti itu, Sean terlihat melangkahkan kakinya dengan langkah lebar meninggalkan tubuh Kania yang melorot ke arah lantai. Ia tidak percaya, seluruh kebahagiaan yang ia pikir akan ia terima malah menjadi mimpi buruk yang teramat pahit baginya."Kenapa kamu malah diam saja? Kamu tidak dengar apa yang Sean katakan? Pergi dari sini!"Kania tidak bergeming mendengar ucapan Catherine. Semua kejadian ini masih sulit ia cerna.Melihat Kania yang seolah menutup telinga, Catherine segera bergerak dengan geram. Ia melangkah menuju kamar Kania dan juga Sean. Ia memasukkan asal seluruh barang-barang Kania yang memang tidak terlalu banyak. Lagipula perempuan kampung itu hanya memiliki barang-barang murahan yang tidak cocok berada disini. Ia hanya akan mengemas barang-barang jelek menantu bodohnya itu. Pemberian Sean ataupun Handriawan harus ia tinggalkan disini, Kania tidak pantas menerima barang-barang mewah seperti itu.Setelah selesai mengemas asal barang Kania, Catherine kembali ke arah Kania yang masih terduduk di lantai. Dengan kasar ia melemparkan tas lusuh itu ke pangkuan Kania.Bruugh!"Tunggu apa lagi? Pergi dari sini, kamu tidak pantas berada disini!"Mendengar teriakan Catherine, Kania kembali memfokuskan pikirannya. Dengan lemah ia mengangkat tas itu lalu berdiri. Ia sudah diusir, jadi untuk apa lagi ia bertahan di rumah ini?Sebelum pergi, Kania memberikan tatapan tajamnya ke arah Catherine. Kesabaran yang selalu terlihat dari pribadinya seketika lenyap. Ia menatap Catherine penuh benci lalu berkata, "Saya pamit. Semoga Anda selalu sehat setelah memperlakukan manusia dengan semena-mena seperti ini."Saat mengetahui bahwa yang berada di hadapannya adalah Leonard, Kania segera mengambil langkah. Ia mundur untuk kemudian berlari menghindar dari pria itu.Leonard yang melihat Kania melarikan diri darinya segera menyusulnya. Dengan cepat ia kembali menahan Kania lalu bertanya dengan nafas tersengal saat berhasil mendapatkan tangannya, "Kenapa kau lari?""Lepaskan aku.""Baik, tapi bagaimana kalau kita bicara? Aku sudah menyewa seluruh tempat ini khusus untukmu, apa kau tidak sayang jika aku membuang-buang uang karena kau tidak mau menemuiku?""Aku tidak menyuruhmu menyewa tempat untukku,""Ayolah Kania, aku mohon."Kania terlihat menghela nafasnya panjang, "Baik, tapi lepaskan tanganku dulu."Dengan cepat Leonard melepaskan genggaman tangannya. Kania segera memilih kursi yang berada tepat di hadapannya lalu duduk di sana. Musik romantis segera mengalun saat mereka duduk berdampingan. Kania memberikan tatapan jengahnya, sebenarnya apa maksud pria ini?"Kenapa kau lari?""Tidak apa-apa,
Leonard pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah berkeliling selama hampir satu jam di dalam bandara, Leonard sama sekali tidak bisa menemukan Kania dimanapun. Kania sudah pergi dari kehidupannya, ia terlambat, sangat terlambat."Jadi bagaimana? Kamu menemukan wanita itu?"Leonard mendengus kuat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauren tepat saat ia tiba di kediaman mereka."Mama pasti senang sekarang, Kania tidak bisa aku temukan. Dia sudah pergi dari hidupku selamanya. Apa sekarang Mama puas?" Tukas Leonard dengan penuh emosional.Alih-alih merasa simpati Lauren yang malah menuang alkohol ke gelasnya membuat Leonard merasa geram. Lauren memang sudah tidak perduli kepadanya lagi."Sepertinya Mama cukup senang karena sudah menghancurkan hidupku." ucap Leonard dingin. Ia menghela nafasnya panjang lalu mulai beranjak meninggalkan Lauren.Namun, baru saja ia hendak melangkah, Lauren tiba-tiba memanggilnya kembali, "Kau akan menyerah begitu saja padanya?"Leonard seketika m
Leonard seketika tertegun mendengar ucapan Jasmine. Jasmine terlihat sangat serius di hadapannya membuat Leonard seketika mengangkat alis."Apa maksudmu?""Hari ini adalah keberangkatan Kania, apa kau akan terus berdiam diri di tempat ini dan membiarkan Kania pergi begitu saja?"Mata Leonard seketika melebar mendengar ucapan Jasmine, cekalannya di tangan Jasmine seketika terlepas, "Kania pergi hari ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Sepengatahuannya projek mereka belum selesai dengan sempurna, masih ada beberapa tahapan pendistribusian dan promosi produk yang harus dilakukan."Pekerjaannya untuk membuat pakaian sudah selesai, jadi dia tidak akan ikut andil dalam promosi produk, semuanya hanya akan dilakukan oleh pihak Valerine."Leonard terlihat terhenyak mendengar penuturan Jasmine. Jadi Kania benar-benar akan pergi hari ini?"Tunggu apa lagi? Pergi!"Mendengar ucapan Jasmine, Leonard segera beranjak dari sana. Ia berlari keluar dari restoran itu tanpa menghiraukan panggilan d
"Yak selesai! Hasilnya bagus sekali."Semua bertepuk tangan ketika foto terakhir yang diambil dari Jasmine selesai. Beberapa orang menyalami Kania dan juga Jasmine karena projek itu berhasil dilakukan. Kania tersenyum, merasa cukup lega karena ia bisa melakukan projek itu tepat pada waktunya. Meski hatinya teramat berantakan dan juga banyak drama yang terjadi, akhirnya semuanya selesai. Ia menatap kursi tempat Leonard berada yang diduduki oleh Hannah. Masih sama, Leonard masih tidak ingin menemuinya sama sekali."Nanti malam akan ada perayaan kecil karena pekerjaan kita sudah selesai dilakukan, apa Ibu mau ikut?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewi, "Kalian saja yang ikut, saya akan mempersiapkan semua persiapan kita untuk terbang besok?""Apa tidak apa-apa, Bu?" Tanya Dewi merasa tidak enak."Tidak apa-apa, kalian sudah banyak bekerja keras selama dua Minggu ini. Bersenang-senanglah di sana. Ah, jangan lupa bawa instal aplikasi bahasa di ponsel kalian masing-
Setelah kejadian di rumah sakit tempo hari, Leonard tidak pernah datang lagi ke pertemuan mereka. Hanya ada asistennya yang mengikuti pertemuan mereka beberapa kali.Penasaran dengan keadaan Leonard, Kania menahan langkah asisten pribadinya setelah rapat selesai."Hannah, bisa bicara sebentar?"Hannah terlihat mengangkat alisnya lalu kemudian mengangguk mendengar pertanyaan Kania, "Ya, ada apa Bu Kania?""Apa Leonard baik-baik saja? Ah maksud saya sudah beberapa kali dia mangkir dari pertemuan kami.""Ah, Pak Leon baik-baik saja, dia sangat sibuk akhir-akhir ini karena projek yang lain. Apa ada masalah jika saya yang menggantikan Beliau?"Kania segera mengibaskan tangannya mendengar ucapan Hannah, "Ah tidak, kamu adalah orang yang kompeten juga, saya rasa Leonard tepat memilih kamu untuk mengurusi projek ini. Kalau begitu terimakasih,"Kania terlihat membalikkan tubuhnya untuk beranjak, namun Hannah kembali memanggilnya."Emm... Bu Kania? Apa Anda memiliki pesan untuk atasan saya?"Ka
Delon seketika terdiam mendengar ucapan Leonard. Keningnya berkerut dengan bingung, jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi kenapa mereka berpura-pura tidak saling mengenal seolah baru berkenalan? Sebenarnya sedalam apa hubungan mereka hingga Leonard bersikap sangat posesif kepada Kania?Delon menghela nafasnya panjang, tidak ingin membuat keributan karena hal sepele akhirnya ia menyerah."Baiklah, saya serahkan Bu Kania kepada Anda."Delon menatap ke arah Kania yang masih tidak sadarkan diri lalu beranjak meninggalkannya. Untuk terakhir kalinya ia membalikkan tubuhnya lalu tertegun saat melihat pemandangan Leonard yang tengah memegang tangan Kania dengan erat. Delon terlihat mengangkat alis, sebenarnya apa hubungan mereka hingga Leonard bisa bersikap sedekat itu pada Kania?****Kania mengerjapkan matany saat mendapati atap putih di hadapannya, bau alkohol dan obat-obatan yang menyeruak membuat Kania seketika terhenyak. Dimana ia? Apa dia ada di rumah sakit?Kania mengangk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments