Musik berhenti tiba-tiba, berganti dengan suara riuh terdengar di sekitar. Para penonton, juri dan para model melebarkan mata, melihat Naila yang hampir saja terjatuh ditolong oleh Ali barusan. Beberapa detik sebelumnya, Ali merasa ada yang janggal pada Naila. Karena saat keluar dari tirai Naila dalam keadaan baik-baik saja. Namun, sepertinya pakaian yang digunakan Naila membuatnya kesulitan berjalan. Lantas tanpa pikir panjang Ali mengerakkan kaki mendekati panggung dan menangkap tubuh Naila."Nai, kamu tak apa-apa, 'kan?" tanya Ali.Naila membuka mata kala mendengar suara Ali di sekitar. Dia pikir akan terjatuh tadi. Namun, Ali menolongnya dengan menggendongnya seperti bridal style. Perhatian Naila tiba-tiba teralihkan saat mendengar suara bisik-bisik orang di sekitar, yang menggunjingnya dan Ali. Sementara itu di lain sisi, seorang wanita berambut pendek mengepalkan kedua tangannya. Shakira dan beberapa model lainnya pun tampak syok. Mereka mulai bergosip yang tidak-tidak tentan
Jedar!Hujan semakin mengalir deras dari atas sana dan kilatan menyambar-nyambar satu sama lain, menciptakan sebuah percikan aliran yang mampu membuat para manusia memekik ketakutan. Begitulah keadaan di dalam tenda di sebelah kanan lapangan pacuan kuda. Para model berteriak histeris sambil menutup telinga masing-masing. Seorang pria bertubuh lumayan kekar berlarian keluar dari tenda tiba-tiba. Ketika melihat tuannya tengah bersiap-siap menunggangi kuda di depan sana. "Tuan Jackson anda mau kemana?" tanya sekretaris Jackson, bernama Marco. Dalam keadaan gusar, Jackson menoleh ke bawah. "Aku harus pergi mencari wanitaku.""Tidak! Anda tidak boleh pergi! Besok saja mencari model itu, apa anda tidak melihat sekarang hujan deras!" Marco langsung berdiri di hadapan kuda dan membentangkan kedua tangannya.Jackson mulai tersulut emosi. Rahangnya mulai mengeras. "Diam! Apa hakmu hah! Minggir, aku mau pergi!" pekiknya, menggelegar. "Aku memiliki hak penuh atas apa yang akan anda lakukan sel
Dengan tangan terkepal erat, Jackson menatap dingin Ali. Meski dia tahu Naila adalah istri Ali. Namun, dia tak peduli. Pria itu berniat merebut Naila dari Ali."Tuan, hentikanlah, biarkan Tuan Ali lewat, kasihan Talitha, sepertinya dia membutuhkan pertolongan." Marco menarik kuat tangan Jackson hingga Jackson mundur beberapa langkah. Jackson terdiam sesaat. Ali berdecak kesal kemudian. "Ck!" Saat melihat ada celah dia pun melewati Jackson begitu saja hendak membawa Naila ke rumah sakit. Roni bergegas mengekori tuannya dari belakang sambil sesekali melirik-lirik Marco. Rahang Jackson mengendur perlahan saat melihat wajah pucat Naila barusan. Tanpa pikir panjang ia mengikuti langkah kaki Ali ingin mengetahui keadaan Naila. Sedangkan para model melemparkan pandangan satu sama lain dan mulai berkomentar. "Astaga, apa kalian dengar tadi, Tuan Ali mengatakan Talitha miliknya?" tanya salah satu model berkulit sawo matang sambil mengedarkan pandangan ke arah teman-temannya. "Iya, Tuan Al
"Aku benar-benar sibuk! Mengapa kamu menuduhku!" teriak Anna dengan suara bergetar pelan. Dari bola mata wanita itu terpancar kekecewaan mendalam.Naila tak habis pikir, Anna masih tetap berkilah. Bagaimana tidak dia menuduh Anna, gerak-gerik Anna tampak mencurigakan. Apalagi beberapa hari lalu, dia melihat Anna bersama Shakira. Suara teriakan Naila dan Anna lantas membuat para model dan pengunjung resort yang melintas di lorong, memusatkan perhatian ke arah mereka. "Bukankah kamu bisa meminta izin dengan managermu! Bagaimana aku tidak menuduhmu, sejak kejadian kemarin kamu menghindariku terus?!" seru Naila. Mata Anna mulai berkabut. Wanita itu tampak menahan tangisnya. "Aku benar-benar sibuk, Talitha! Mengapa kamu tidak percaya, kamu tahu sendiri kan managerku itu ga—"Shakira memotong perkataan Anna seketika."Ya ampun Anna, mengapa kamu sangat licik! Dengan teman sendiri saja kamu seperti itu! Padahal jelas-jelas kemarin kamu bersantai-santai tuh. Kasihan sekali Naila memiliki t
Melihat Anna ditampar Ali, Naila amat terkejut. Begitupula dengan Shakira dan dua model lainnya. Dengan tergopoh-gopoh Naila bangkit berdiri kemudian memegang tangan Ali berharap Ali tak lagi memperpanjang masalah. Dia tak mau karena ulahnya Anna mendapatkan hukuman. Walau Anna sudah menusuknya dari belakang selama ini. Ia menebak jika Anna melihat kedekatannya antara Ali selama ini alhasil Anna melalukan sesuatu untuk membuatnya celaka. "Ali, sudahlah," kata Naila sambil berusaha menarik tangan Ali. Namun, Ali tak mendengar. Mata setajam elang itu tak mengalihkannya dari Anna. "Berani-beraninya kamu menyakiti Talitha, hah?!" teriak Ali membuat tangis Anna semakin meluruh. "Maafkan aku Tuan Ali ...." Rasa pedas dan panas di pipi Anna, tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya kala mendapatkan tamparan dari seseorang yang dipuja-pujanya sejak dulu."Ali, ayo!" seru Naila. Dengan sekuat tenaga Naila menarik tangan Ali dan akhirnya berhasil. Sebelum berlalu pergi Ali mendengus seje
Dalam keadaan mabuk berat, kening Jackson berkerut kuat. Dia tak menyangka akan bertemu Naila di diskotik. Demi mengatasi kegalauan hati, Jackson memutuskan pergi ke diskotik tadi. Minuman alkohol yang ditegaknya barusan, membuat Jackson terhuyung-huyung pelan saat ini. "Talitha, kamu kenapa?" tanya Jackson mencoba memegang pundak Naila. "Shft ..." Bak dihantam sebuah batu besar, kepala Naila berdenyut kuat. Dia reflek menutup mata. Secara bersamaan pula sensasi aneh mulai menerpa kulit-kulit Naila saat Jackson menyentuh bahunya sekarang. "Talitha, are you okay?" Jackson merendahkan tubuh dan melihat seksama pipi merah Naila dengan seksama, yang menurutnya tampak seksi. Meski sakit, Naila terpaksa membuka mata perlahan. Dengan keadaan mata menyipit dia menatap wajah Jackson yang buram di pandangannya. "Jackson, tolong bantu aku—" "Hei, apa yang kamu lakukan?!" Dari belakang Ali menabrak punggung Jackson tiba-tiba dan mengambil alih Naila dari tangan rivalnya itu.Jackson tersent
Dengan cepat Naila dan Ali menoleh ke sumber suara. Melihat Anna berdiri menatap ke arah mereka dengan tatapan penuh arti.“Anna.” Naila berdesis pelan sambil melemparkan pandangan ke arah Ali sekilas. Gurat kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya, takut Anna akan membeberkan pemandangan barusan kepada model lain. Sejak kejadian kemarin Naila selalu menghindari Anna. Hal itu dikarenakan dia tak mau membuat keributan dengan teman yang telah menusuknya dari belakang.Ali hanya diam saja dengan wajah datar seperti biasa.“Hmm, ada apa Anna?” Naila berusaha membuka suara Anna meski canggung. Belum sempat Anna menggerakkan bibir, MUA menyelenong masuk ke dalam ruangan dan menabrak pundaknya dari belakang. “Tuan Ali, maaf menyela, saya harus menyelesaikan make-up Talitha sekarang juga! Hanya Talitha saja yang belum pemotretan.” “Hm, baiklah.” Ali melirik Naila. “Talitha selesaikan dulu make-upmu, fashion show akan dimulai nanti malam, aku harus pergi ke tempat acara sekarang, ingin meli
Bukannya takut, wanita itu malah tersenyum angkuh dan melipat tangan di dada. Setelah mengurai benang kusut tadi. Naila tak pernah menyangka bahwa si pelaku adalah sosok di hadapannya saat ini. Dia melirik ke balik tirai sesaat, melihat Anna tengah bersembunyi hendak merekam pembicaraan. Naila ingin melampirkan bukti si pelaku dan berharap nama Anna tak tercoreng lagi. Kini di dalam ruangan terhubung itu hanya ada dia, Anna dan si pelaku. “Jadi, kamu sudah tahu, kalau aku pelakunya? Haha, hebat! Aku akui kamu memang pintar! Tapi, aku yakin sekali kamu tidak akan menang!” serunya. “Benarkah, Carol. Haha jangan merasa menang. Kamu benar-benar busuk, mengadu domba aku dan temanku selama ini! Dasar ular! Apa karena kamu cemburu Ali lebih memilihku!” Naila melempar senyum sinis kepada Carol, dalang di balik semuanya. Naila ingat betul jika Marimar mengatakan untuk berhati-hati, meski wanita berambut pendek itu terlihat baik. Dia juga sempat bertanya kepada Green perihal Anna, apakah b