Hanya Sebatas Ibu Susu

Hanya Sebatas Ibu Susu

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-11
Oleh:  NelangsaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
29Bab
886Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Rania harus merasakan sakit kehilangan anak yang baru dilahirkan dan diceraikan oleh Andi sang suami, Rania merasa hidupnya terpuruk berniat ingin mengakhiri hidupnya. Namun takdir mempertemukan Rania pada bayi mungil yang menggemaskan yang memerlukan ASI karena Ibu si bayi pergi meninggalkan bayi tersebut bersama Neneknya di rumah sakit. Namun Rafa yang mengetahui aksi nekat Rania yang ingin bunuh diri, mengurungkan niatnya untuk menjadikan Rania ibu susu buat anaknya. Bagaimana hidup Rania selanjutnya? Akankah Rafa tetap memilih Rania sebagai Ibu susu bayinya karena hanya Rania yang bisa menenangkan bayi tersebut?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Kesedihan

Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.

Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.

Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. 

Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.

“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya.

"Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar.

"APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut bekas jahitan operasi yang baru beberapa jam ia dapatkan, "Kamu bercanda kan, Mas!" seru Rania kembali.

Andi hanya mampu menggelengkan kepala, wajahnya langsung memerah menahan rasa sedih dihatinya.

"Ma, Anak kami masih hidup kan Ma. Mas Andi berbohong kan Ma," Rania meminta penjelasan pada Mertuanya yang berada di sebelah sang suami dengan kedua tangan melipat.

"Untuk apa suami kamu berbohong. Gak ada untungnya Andi berbohong. Anak kamu sudah mati, kamu yang telah membunuhnya. Kamu sudah berjanji pada kami buat menjaga anak itu. Tapi apa? Kamu melahirkan sebelum waktunya sehingga bayi kamu tidak bisa diselamatkan," sarkas Mama Asnah kecewa. Sejak awal menikah Asnah memang tidak menyukai Rania, segala cara Asnah lakukan agar Andi tidak menikahi Rania, namun Andi mengancam akan keluar dari rumah sehingga Asnah terpaksa merestui pernikahan mereka.

"Tapi... Mas, Ma. Sebelum aku tidak sadarkan diri, aku mendengar tangisan bayi, gak mungkin bayi kita meninggal Mas," ucap Rania dengan berlinang air mata. Ia yakin betul sebelum ia kehilangan kesadaran, ia sempat mendengar tangisan seorang bayi yang begitu nyaring.

"Kamu... benar. Bayi itu menangis tapi setelah berselang beberapa jam dia tidak bisa diselamatkan," jawab Andi dengan getir.

Rania menatap wajah Andi untuk mencari kebohongan di matanya namun yang Rania tangkap sebuah kesedihan dan kekecewaan. Tubuh Rania seketika tak bertulang, Rania hanya mampu menahan rasa sesak di dadanya, menerima kenyataan bahwa ia kehilangan bayinya tanpa melihat wajahnya.

"Dan... kedatangan aku kesini. Ingin mengatakan sesuatu," kata Andi agak ragu-ragu. Sebenarnya Andi tidak tega melihat Rania yang masih sakit dan berkabung, namun desakan sang Mama membuat Andi harus menuruti apa yang sang Mama perintahkan.

"Buruan bilang Andi. Mama gak mau berlama-lama disini," desak Mama Asnah, tangannya menutup hidung seakan tidak tahan mencium bau obat di ruangan.

Rania mengusap air matanya yang mengalir dengan deras, ada sesuatu yang ingin suaminya katakan dan membuat jantung Rania berdebar-debar takut sesuatu yang buruk kembali terjadi.

“Kamu mau ngomong apa, Mas?”

"Aku ingin, kita bercerai," kata Andi dengan datar tanpa menatap Rania.

Rania menatap Andi dengan pandangan kosong, seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. "Cerai?" ulang Rania dengan suara tercekat, seperti tidak ingin percaya bahwa suaminya benar-benar ingin meninggalkannya.

Andi tidak menatap Rania, ia hanya menunduk dan mengangguk. "Ya, aku ingin kita cerai. Aku tidak bisa lagi hidup denganmu setelah apa yang terjadi pada bayi kita."

Rania merasa seperti ditusuk oleh pisau yang tajam. Ia tidak percaya bahwa suaminya ingin bercerai padanya hanya karena bayi yang ia kandung meninggal.

“Mas, apa salah aku?" tanya Rania dengan suara yang bergetar.

Andi tidak menjawab, ia hanya berdiri dan berjalan menuju pintu. "Aku akan mengurus semuanya, kamu tidak perlu khawatir," kata Andi sebelum keluar dari ruangan. 

“Mas…tunggu. Jangan pergi dulu Mas. Kita harus bicara dulu, Mas.” mohon Rania saat melihat punggung Andi berlalu dari balik pintu. Ucapan Rania seolah angin lalu bagi Andi dan Mama Asnah yang masih berdiri hanya menatap dengan tatapan mencemooh.

"Kamu tahu sendiri bahwa Andi sangat menginginkan anak untuk mempertahankan posisinya dalam perusahaan. Tapi sekarang, karena kelalaian kamu, semuanya menjadi tidak pasti dan nasib Andi di perusahaan akan terancam,” ucap Mama Asnah dengan penuh amarah.

Rania merasa seperti ditusuk oleh pisau yang tajam. Ia tidak percaya bahwa Mama Asnah bisa begitu kejam dan menuduhnya seperti itu. "Tapi, Ma. Ini semua bukan keinginan aku," ucap Rania dengan suara yang bergetar. "Aku juga tidak ingin anakku meninggal. Kalau disuruh memilih biar aku aja yang mati daripada anakku, Ma.” lirih Rania dengan air mata mengalir di pipi mulusnya.

“Ya benar. Lebih baik kamu saja yang mati tapi sayangnya kamu masih diberi kehidupan.” jawab Mama Asnah sambil menatap sinis Rania yang tampak terpuruk.

“Kalau saja kamu lebih berhati-hati saat menuruni tangga semua ini tidak akan terjadi. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Dasar istri tidak berguna. Dari awal kalian menikah Mama sudah mempunyai firasat kalau kamu itu menyusahkan hidup Andi saja. Padahal Andi sudah mengorbankan jabatannya demi menikahi kamu dan Andi akan mendapat jabatannya kembali jika memiliki anak. Tapi sekarang apa? Semuanya gagal karena kecerobohan kamu.” hina Mama Asnah tampak mempedulikan perasaan sang menantu, Mama Asnah terus membuat Rania semakin merasa bersalah.

“Tapi…Ma. Kami bisa memiliki bayi lagi setelah luka bekas operasi ini sembuh. Aku janji akan menjaganya dengan hati-hati.” sahut Rania.

Mama Asnah tersenyum sinis, “tapi sayangnya, Dokter mengatakan akan sangat sulit buat kamu hamil kembali makanya Andi menceraikan kamu.”

“APA?” Rania terkejut mendengar kata-kata Mama Asnah. Ia merasa seperti tersambar petir oleh kata-kata Mama Asnah yang menyakitkan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Iftiati Maisyaroh
bagus ceritanya ...
2025-04-04 20:56:55
1
user avatar
Alfa
cerita yang menarik
2025-03-19 09:09:23
0
29 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status