"Teman kampus. Biasa, mereka suka iseng. Sudahlah, tak penting! Aku tak ingin merusak momen kebersamaan kita. Lupakan saja," ucap Romeo berbohong. Romeo memilih menonaktifkan ponselnya. Dia tak ingin Mami Diana curiga, kalau dia menjalin hubungan dengan wanita lain. Selain dengannya. Dia masih membutuhkan uang Mami Diana. "Sial, sekarang nomornya tak aktif.""Ya Tuhan, aku harus kemana ini. Kalian berdua begitu menyebalkan," ucap Monika. Dengan perasaan terpaksa, Monika pergi meninggalkan apartemen Bram. Dia menjadi dendam kepada Bram. "Jika aku tak bisa memiliki kamu, dia pun tak boleh memiliki kamu!"Monika tak habis pikir, mengapa Bram bisa mendapatkan foto-foto itu. Dia yakin, kalau ini semua rencana Bram untuk bisa bersama Felisa. Tanpa Monika bisa menuntutnya. "Aku pikir, kamu tak akan menyuruh orang untuk mengikuti aku. Aku memang benar-benar bodoh! Aku menjadi kehilangan segalanya. Romeo juga menyebalkan, disaat aku membutuhkannya. Dia tak bisa dihubungi," Monika bermonolo
"Pasti kamu terkejut 'kan? Kami berdua akan menikah. Kamu kesini mau ngapain? Bukankah hubungan kamu sudah berakhir dengan Bram? Itu tandanya, aku sudah tak ada hubungan lagi denganmu," ucap Mami Diana dengan sombongnya. "Brengsek! Dia menipuku. Ternyata, dia menjalin hubungan dengan Nenek-nenek itu. Ehm, apa aku bilang saja ya tentang hubungan aku dengannya? Biar sekalian hancur semua," Monika bermonolog dalam hati. "Hei, mengapa kamu diam? Sudah sana pergi! Jangan pernah tampakkan wajah kamu di depanku lagi! Aku tak ingin melihatmu lagi," Mami Diana mengusir Monika. Monika merasa geram, dia merasa terhina! "Jangan terlalu bangga! Apa Anda sudah mengenal lebih jauh, siapa laki-laki di sebelah Anda saat ini?" sindir Monika. Wajah Romeo berubah pucat. Bom atom sepertinya akan segera meledak. Terlebih saat ini, Diana menatapnya lekat. "Jangan dengarkan apapun yang dia bicarakan! Dia itu merasa iri dengan hubungan kita. Apalagi kamu mengusirnya dari sini," ucap Romeo. Romeo mencoba
Akhirnya, Monika ikut bersama Romeo. Selama dalam perjalanan, Monika terlihat hanya diam saja. Dia juga lebih memilih menatap ke arah jalanan. Bukan itu saja, Monika juga terlihat menghempaskan tangan Romeo. Saat Romeo bersikap usil, berusaha menggodanya"Ayo, kita turun! Apa kamu mau ikut supirnya saja?" goda Romeo sambil memainkan alisnya. Romeo terkekeh melihat ekspresi wajah Monika yang baginya begitu menggemaskan. Sebenarnya, dia memiliki perasaan cinta kepada Monika. Namun sayangnya, Monika masih saja ingin mempertahankan Bram. Hingga akhirnya, mau tak mau Romeo harus membuang perasaannya cintanya kepada Monika. Bram memiliki segalanya, sangat berbeda dengan Romeo. Tentu saja, dia tak ingin hanya makan cinta saja. Terlebih, Romeo seorang gigolo. Dia tak percaya, kalau Romeo mencintainya. Monika selalu menghindar, jika Romeo berkata cinta kepadanya. "Ayo masuk! Memangnya, kamu mau di sini terus? Kosan aku memang tak semewah apartemen mantan kekasih kamu. Tapi paling tidak, kamu
"Katakan saja, tak usah berbohong!" sindir Rizky."Sejak awal aku menikah dengannya, aku memang tak pernah mencintai dia. Aku hanya terpaksa menerima perjodohan dengannya. Apalagi, saat seperti sekarang ini. Tujuan aku hanya ingin membalaskan dendam kepadanya. Sebenarnya aku—" Inara menghentikan ucapannya. "Ada apa?" tanya Rizky. Namun, Inara justru menggelengkan kepalanya.Tiba-tiba saja, dia teringat apa yang dilakukan orang tua Rizky kepadanya dulu. Hingga akhirnya Inara memilih untuk diam, dan memendam perasaannya. Sebenarnya Rizky berharap Inara mengatakan perasaannya kepadanya. Namun akhirnya, Rizky mencoba mengerti. Yang terpenting baginya saat ini, Inara tak pernah mencintai Bram. "Ya sudah, tak usah dibahas lagi!" ucap Rizky. "Aku akan menunggu, sampai saatnya tiba! Semoga saja kita bisa berjodoh!" Rizky berkata dalam hati. Saat ini, Pak Susilo sudah berada di rumah sakit di Singapura. Dengan bantuan Rizky, Inara ingin menyembuhkan mantan mertuanya itu. Selama ini Pak Sus
"Iya, aku mau," jawab Monika. Romeo langsung memeluk tubuh Monika, meluapkan rasa bahagianya. "Makasih ya, Sayang! Aku janji, aku akan berusaha membahagiakan kamu. Meskipun aku tak sehebat mantan kekasih kamu," ucap Romeo. Pikir Monika, paling tidak dia memiliki tumpuan untuk bertahan hidup. Disaat Bram membuangnya seperti sekarang. Bram sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Hari ini dia akan berjuang keras untuk mendapatkan tender besar, dia akan bersaing dengan pengusaha lainnya. "Aku yakin, kalau aku yang akan memenangkan tender itu. Dengan seperti itu, perusahaan papi akan bertahan. Dengan rasa percaya dia memasuki tempat pertemuan. Dia datang sendiri kala itu. Hatinya terasa panas, saat Rizky datang bersama wanita pujaannya. Rizky sengaja duduk di sebelah Bram, agar memudahkan dia membuat Bram semakin kesal. Melihat kemesraan dia dengan Felisa. "Jika nantinya, tender ini saya yang menang. Anda tak boleh melarang saya, untuk memiliki sekretaris Anda!" ucap Bram dengan
"Iya, aku tak ingin berzina terus denganmu. Aku pun ingin kamu tinggal bersamaku, agar aku tak merasa kesepian setiap malamnya," ungkap Diana dengan manja. "Ya, sabar dulu! Semua butuh pertimbangan yang matang. Aku tak ingin terlalu terburu-buru. Akhir-akhir ini, kuliahku sangat padat. Otakku terkuras ke sana," ucap Romeo berbohong. "Lantas, sampai kapan aku harus menunggunya?" Diana bertanya untuk memastikan kepada kekasihnya itu. Sama halnya dengan Diana dan Romeo yang sedang berdebat mengenai rencana pernikahan mereka. Bram dan Rizky pun saat ini sedang bertengkar, karena Bram memaksa Inara untuk menikah dengannya. "Kalau sudah ditolak, harusnya Anda itu sadar! Jangan jadi orang yang tak tahu malu seperti itu. Sudah sana, jadi ganggu orang sedang berduaan saja," sindir Rizky dengan wajah mengejek. Bram mengepalkan tangannya, merasa tak terima. Bram hendak memberikan bogeman ke wajah Rizky. "Jangan berani menyentuh saya, jika tak ingin bermasalah dengan pihak hukum!" Ancam Rizk
Kedua orang tua Rizky baru saja sampai di apartemen sang anak. Mereka menekan bel berkali-kali, karena sang anak tak juga membuka pintu. Tentu saja hal itu membuat sang papa merasa kesal. "Sabar Mas, mungkin Rizky sedang di kamar mandi. Atau mungkin, dia tak ada ya di dalam. Mama coba hubungi lewat telepon dulu," sang istri mencoba menenangkan. "Ya sudah, telepon sana! Bikin kesal orang tua aja. Makanya, papa ingin segera menikahkan dia. Biar tak hidup seenaknya seperti sekarang," sang papa meluapkan rasa kesalnya. Sampai akhirnya, Rizky menerima panggilan telepon dari sang mama. Dengan mata masih mengantuk, dan kepala masih terasa berat. Dia meraih ponsel di atas nakasnya."Ya, Ma. Ada apa?" Rizky menjawab panggilan telepon dari sang mama. Suaranya masih terdengar berat, suara khas baru bangun tidur. Rizky terkejut, saat mendengar kedua orang tuanya berada di depan pintu apartemen. "Ya ampun, kacau banget sih aku. Sampai mama dan papa telepon aku berkali-kali, gak dengar. Habis
"Maaf, untuk kali ini aku gak bisa. Aku akan tetap mempertahankan hubungan kami, dan segera menikahi wanita pujaanku. Meskipun tanpa restu papa. Sama dengan yang lain. Aku pun ingin bahagia, hidup bersama wanita yang aku cintai. Kelak, aku yang akan menjalani kehidupan ini," ucap Rizky tegas. PLAK! Tamparan mendarat kembali di wajah Rizky. Sang papa terlihat begitu marah, karena Rizky menolak perjodohan sang papa dengan anak sahabatnya. Wajah sang papa sudah terlihat memerah, menatap tajam ke arah Rizky. Dia tampak meremas tangannya, mencoba menahan untuk tidak memukul sang anak. "Dasar anak kurang ajar! Jadi ini balasan yang kamu berikan kepada papa? Papa benar-benar kecewa sama kamu! Bisa-bisanya kamu malah membela wanita itu, dibandingkan papa kamu sendiri," ucap sang papa ketus. "Maafkan aku, Pa! Aku sangat mencintainya, dan aku gak mau kehilangan wanita yang aku cinta untuk kedua kalinya," jelas Rizky. Rizky berharap sang papa mau mengerti, dan memberikan kesempatan kepadanya