Share

Bab 3 - Kembali Ke Indonesia

“Kuharap Papi cepat mati! Hari ini aku akan bertemu si Yusuf, teman kebanggan papi itu. Aku ingin lihat dia serangan jantung juga. Hahaha….”

Bram tertawa puas lalu pergi meninggalkan Susilo di tempat tidur.

Ini sudah beberapa minggu sejak pria itu ampal. Dia memang berhasil melewati masa kritisnya. Namun sayangnya, Susilo mengalami stroke berat.

Tubuhnya tak dapat digerakkan dan Susilo tak lagi bisa bicara. Jadi, Bram-lah yang kini memegang posisi kepemimpinannya dengan arogan.

Parahnya, sang istri juga menjadi berubah. Diana tak sabar merawat sang suami dan justru tampak mendekati pria lain.

Segala urusan Susilo diserahkan pada perawat.

"Selama ini, aku selalu membahagiakan kalian dengan fasilitas mewah. Ya Allah apa salahku? Mengapa engkau uji seperti ini? Di mana Inara sebenarnya? Mengapa aku merasa, ada sesuatu yang istri dan anakku tutupi dariku?" batin Susilo pedih.

Air matanya menetes satu per satu.

Kini, dia bahkan tak tahu bagaimana caranya menemui Yusuf, sahabatnya, nanti. Entah apa yang anaknya akan perbuat. Dia harap Yusuf dapat melewatinya.

Sayangnya, seperti dirinya, Yusuf juga tak kuasa kala mendengar laporan palsu Bram.

Terlebih, pria itu memanas-manasi ayah Inara, hingga emosinya maksimal.

Pria itu terkena serangan jantung dan meninggal di tempat … meninggalkan sang istri yang begitu kebingungan karena kehilangan dua orang yang dia cintai sekaligus. Dan juga … harus membesarkan adik Inara yang masih SMA.

Informasi ini dengan cepat menuju ke Rizky dan Inara.

Keduanya tercengang.

Tak lama, gurat kemarahan begitu dalam di wajah Inara. “Rizky. Aku akan melakukan apa pun untuk membalas Bram dan dua kroconya itu.”

***

"Apa kamu sudah siap untuk menginjakkan kaki ke Indonesia?"

Rizky menghampiri Inara yang kini sudah terlihat lebih segar dengan wajah baru dan juga penampilan baru.

Inara yang sekarang, memiliki kecantikan dewasa. Penampilannya juga begitu seksi.

Hari ini adalah permulaan.

Setelah tiga bulan melakukan pemulihan, dia akan kembali ke Indonesia.

Rizky bahkan sudah menyiapkan identitas baru untuknya sebagai Felisa dan membuat dokumen-dokumen pendukung.

“Tentu saja,” jawab Inara mantap. Naif di matanya menghilang. Dia bagaikan terlahir kembali. Tampak sekali, dia tak ingin menjadi wanita lemah seperti dulu, yang bisa diinjak-injak harga dirinya.

Melihat itu, Rizky tersenyum. "Baiklah. Jangan sampai rencana kita terbongkar. Mereka tak boleh tahu, kalau kamu adalah Inara, termasuk keluargamu. Semua harus kamu lakukan demi bisa membalaskan dendam kamu kepada mereka!"

Inara mengangguk.

Tak lama, keduanya pun dalam penerbangan menuju Indonesia.

Meski demikian, diam-diam, perempuan itu berusaha menyiapkan mentalnya untuk tidak lemah di hadapan mantan suaminya.

Dendam, harus terbalaskan.

Dia akan menjadi sekretaris Rizky.

Dari sana, dia akan perlahan mendekati Bram dan menghancurkan hubungannya dengan Monica.

"Sementara waktu, kamu tinggal di apartemen milikku," ucap Rizky begitu di dalam mobil yang menjemput mereka di bandara Soekarno Hatta.

Deg!

"Apa? Di apartemenmu?" Inara mengungkap keterkejutannya. Kini dia menatap bingung ke arah Rizky. “Ki–kita tinggal bersama?

"Memangnya, kamu mau tinggal bersamaku?" goda Rizky membuat wajah Inara memerah.

Dia memang tetap menyukai Inara yang dulu. Wanita sederhana, yang cantik alami.

Meskipun Inara yang sekarang sangat berubah. Namun, rasa cintanya kepada Inara tetap sama, seperti dulu.

Rizky langsung menangkap tangan Inara, saat Inara hendak memukulnya.

Netra mereka saling bertemu.

Kebersamaan mereka menyadarkan Inara bahwa dia masih mencintai Rizky. Namun, perempuan itu sadar kalau orang tua Rizky tak menyukainya. Jadi, Inara mencoba menyembunyikan perasaannya itu.

Dia pun mengalihkan pandangannya cepat dari Rizky.

"Kamu tak perlu khawatir. Kita akan tinggal di beda apartemen. Mulai besok, kamu sudah bisa bekerja di perusahaanku. Aku akan membuat sebuah acara dan aku akan mengundang mantan suami kamu. Apa kamu sudah siap?"

"Iya, aku sudah siap. Aku pun sudah tak sabar, ingin membalaskan dendamku kepadanya," Inara langsung menjawabnya.

Suasana tampak hening seketika.

Meski demikian, keduanya menikmati perjalanan mereka.

Rizky senang, bisa dekat lagi dengan wanita dia cintai.

Dia yakin orang tuanya akan setuju jika dia mengenalkan Felisa. Namun, Rizky tak ingin terburu-buru. Dia ingin fokus membantu Inara membalaskan dendamnya.

"Ekhem….” Dehaman Inara memecah keheningan.

Rizky menaikkan alisnya dan menoleh pada perempuan itu.

“Apa aku bisa mendapatkan gaji jika berkerja padamu? Maaf, aku terlalu merepotkan, tapi aku membutuhkan uang untuk kuberikan pada orang tuaku. Aku juga butuh uang untuk kehidupan sehari-hari."

Inara menggaruk tengkuknya tak gatal. Ia terpaksa harus mengatakan itu kepada Rizky.

"Tak perlu khawatir masalah itu. Setiap bulannya, aku akan memberikan gaji delapan juta. Dan untuk biaya hidupmu, aku yang menanggungnya. Aku akan memberikan kamu tabungan dan juga black card yang bisa kamu gunakan untuk membeli semua yang kamu butuhkan.”

“Untuk penampilan, aku juga sudah menyiapkan pakaian dan penunjang lainnya. Setiap harinya, kamu harus terlihat cantik dan ekhem seksi," jelas Rizky lagi.

Mendengar itu, Inara sontak terkejut.

Ini sama saja seperti Rizky membiayai hidupnya sebagai orang suami…?

"Tidak, tidak! Kamu tak perlu berlebihan seperti itu. Kamu sudah terlalu banyak mengeluarkan uang untukku. Aku takut tak bisa membayarnya. Lagipula, gimana kalau nanti orang tua kamu tahu. Mereka pasti akan sangat marah padamu. Kamu cukup memberikan aku uang delapan juta, sesuai gaji aku. Aku tak ingin, kamu menyebutku wanita matre."

Rizky seketika tertawa. "Ternyata, kamu itu tak pernah berubah ya! Selalu saja menolak jika aku bersikap baik kepadamu. Tenang saja, ini keinginanku untuk menolongmu. Jadi, jangan sungkan," ujarnya cepat.

Namun, pria itu senang karena tahu wanita yang dicintainya benar-benar masih sama.

CIT!

“Pak, kita sudah sampai.” Ucapan sang sopir membuyarkan percakapan keduanya.

"Ayo kita turun!” ajak Rizky cepat.

“Kamu berani di apartemen sendiri, kan? Atau mau aku temani?" godanya.

Wajah Inara semakin memerah.

Segera saja, perempuan itu menunduk–menyembunyikannya.

Hal itu membuat Rizky semakin gemas. “Maaf, bercandaku keterlaluan. Yang penting, jangan biarkan siapapun masuk selain aku.”

Inara mengangguk.

Dia yakin semua itu yang terbaik untuknya.

"Jika kamu membutuhkan sesuatu, segera hubungi aku! Tetap waspada, jika berangkat ke kantor! Maaf, besok kita tak bisa berangkat bersama. Kita bertemu di perusahaan. Bilang sama resepsionis di sana, kalau kamu adalah sepupu aku!"

Setelah menjelaskan beberapa hal penting terkait apartemen, Rizky pun pamit pulang.

Dia ingin beristirahat karena besok dia sudah mulai bekerja kembali.

Tak lama, Inara pun menuju kamar. Dia membaringkan tubuhnya di ranjang dan mulai memejamkan matanya.

Banyak hal yang dia pikirkan, seperti rencana memberikan uang untuk orang tuanya dan juga balas dendam.

Namun, apa yang dikatakan papanya Rizky kepadanya dululah yang begitu terngiang.

Pria paruh baya itu meminta Rizky untuk menerima perjodohan dengan anak relasinya yang sepadan dengan mereka.

"Aku tak akan merusak hubungan kamu dengannya karena aku tak ingin kisahku terulang lagi oleh istrimu nanti," gumamnya mengingatkan diri meski sadar bahwa perasaannya pada Rizky sepertinya tumbuh kembali.

Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
sepertinya Rizky g jadi Nikah y?
goodnovel comment avatar
MariamMariam
inara kamu hrus kuat....
goodnovel comment avatar
Diajheng
bangkittt inaraaa Alhamdulillah banget ada Rizky yang mensupport mu luar biasa... membantu segalanyaaa.. duhh ini sihh rejeki nomplok nara.. bangkit mulai besok kerja jadi sekertaris Rizky dan memulai misi balas dendam
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status