"Sayang, sepertinya aku butuh liburan. Apa kamu bisa memberikan aku uang?" rayu Monika.
Ide yang bagus bagi Bram. Dengan seperti ini, dia bisa dekat dengan Inara."Ya, pergilah! Kamu butuh liburan menjelang pernikahan kita. Apa 10 juta cukup?" ujar Bram."20 juta. 10 juga tak akan cukup," sahut Monika.Bram tak ingin berdebat. Dia langsung transfer sejumlah uang yang Monika inginkan.Monika tampak tersenyum bahagia. Akhirnya dia bisa pergi berlibur dengan selingkuhannya. Hubungannya dengan Bram akhir-akhir ini begitu menjenuhkan. Dia membutuhkan liburan.Monika tampak sudah bersiap-siap. Dia tak peduli pada Bram yang terlihat cuek kepadanya. Bagi Monika yang terpenting, Bram masih terus memberikan dia uang. Memenuhi keinginannya."Sayang, apa kamu tak ingin mengantarkan aku ke bandara?" Monika tampak berbasa-basi.Dia yakin, Bram tak akan mau."Maaf, aku tak bisa mengantarkan kamu! Aku harus segera sampai di kantor secepatnya. Have fun ya liburannya. Kabari aku, jika kamu mau kembali," ucap Bram sambil melabuhkan kecupan di kening kekasihnya.Bram langsung melajukan mobilnya meninggalkan apartemen, menuju perusahaannya."Gimana ya caranya, agar aku hanya bisa berdua dengannya?"Bram menepikan mobilnya. Dia hendak menghubungi Inara, menanyakan keberadaan dia saat ini. Namun, Inara tak menjawabnya. Dia sengaja mengabaikan Bram, agar Bram semakin penasaran dengannya."Shit! Susah juga menaklukkan ini cewek. Sepertinya, aku harus mencari cara agar Felisa jatuh ke pelukan aku. Agar dia tak menolak aku lagi," rencana licik Bram.Perasaan Bram menjadi tak karuan. Bram memang bukan seorang pemimpin yang profesional. Jatuh cinta, membuat dia seperti orang tak waras.Monika sudah sampai di bandara. Rencananya, dia akan melakukan perjalanan ke pulau Dewata Bali. Selingkuhannya sudah menunggu dia sana."Untungnya Si Bram percaya saja, kamu mau liburan."Monika tersenyum. Dia terlihat bahagia. Bersama Romeo, dia selalu merasa bahagia. Tak seperti berada di dekat Bram.Monika dan Mami Diana berselingkuh dengan orang yang sama. Namun, keduanya tak tahu. Romeo pun tak tahu, kalau mereka berdua saling kenal.Mereka sudah dalam penerbangan ke Bali. Monika dan Romeo tampak mesra, layaknya pasangan kekasih."Semoga saja kamu tak jadi menikah," ucap Romeo."Sepertinya, pernikahan kami tetap harus terjadi. Setelah aku mengeruk harta kekayaan Bram, barulah aku meninggalkan dia," jelas Monika.Padahal, Romeo pun sudah mengajak Mami Diana menikah. Tujuannya pun sama. Sama-sama mengincar harta kekayaan Mami Diana.Monika dan Romeo sudah sampai di Bali. Mereka langsung menuju hotel, yang sudah dia pesan.Berbeda halnya dengan kekasihnya yang sedang berbahagia. Bram justru tampak pusing. Keuangan perusahaan sudah mulai kacau. Perusahaan yang dia pegang terancam bangkrut. Sisa perusahaan yang selama ini dijalankan papinya.Bram baru saja sampai di rumah orang tuanya. Dia langsung mencari keberadaan sang mami."Mi, mami!" Bram berteriak memanggil sang mami."Kamu ini apa-apaan sih berteriak? Buat kaget saja!""Aku ingin bicara sama mami!" pekik Bram.Keduanya kini sudah berhadapan. Gara-gara uang hubungan Bram dengan sang mami menjadi tak baik."Jangan salahkan mami saja dong! Kamu juga jangan terlalu manjakan Monika. Sudahlah Bram, jika dia meminta uang terus. Lebih baik kamu tinggalkan saja dia. Kamu cari wanita lain saja," ujar sang mami."Aku bisa apa? Monika tahu, kalau aku yang melenyapkan Inara. Bisa saja dia melaporkan kita ke polisi. Sebenarnya, aku memiliki perasaan dengan wanita lain. Tapi, aku tak bisa terlepas dari Monika. Monika sepertinya sengaja mengambil kesempatan ini," jelas Bram.Permasalahan mereka semakin rumit, karena Monika mengetahuinya. Bram menyesal, karena membawa serta Monika. Dia juga sudah mulai menyadarinya, kalau Monika hanya ingin menguras uangnya saja."Kita harus mencari cara, untuk menyingkirkan Monika dari kehidupan kita!""Ya, benar. Aku ingin mengenalkan Mami dengan seorang wanita. Dia sangat cantik dan seksi. Tapi dia menantang aku, untuk mengakhiri hubunganku dengan Monika. Jika menginginkan dia," sahut Bram.Dengan tak tahu malunya, Mami Diana mengungkap juga keinginannya untuk menikah.Sungguh ibu dan anak yang kompak!"Gimana kalau kita buang papi di jalan. Menyusahkan saja. Daripada harus membiayai program pengobatannya," ucap Mami Diana.Papi Susilo sampai meneteskan air matanya. Dia begitu sedih, karena wanita yang masih berstatus istrinya begitu tega kepadanya."Ya, aku setuju! Keuangan perusahaan sedang kacau," sahut Bram tanpa berperasaan.Gara-gara harta. Hati mereka tertutup!Mereka langsung eksekusi. Bram langsung menggendong Papi Susilo ke dalam mobil. Mami Diana pun akan ikut bersama Bram.Mami Diana mengumpulkan semua pekerja di rumahnya."Saya peringatkan kepada kalian. Jangan ada yang coba-coba melaporkan kejadian ini! Saya akan buat hidup kalian menderita!" ancam Mami Diana.Para pekerja turut prihatin. Mereka sedih, karena Papi Susilo sangat baik kepada pekerjanya. Mereka berharap ada orang yang menolong dia.Mereka sudah dalam perjalanan."Selamat tinggal suamiku tercinta! Semoga kamu tenang di alam sana. Maafkan aku. Kehadiran kamu hanya menyusahkan aku saja. Setelah ini, aku akan mengurus perceraian kita. Agar aku bisa menikah dengan laki-laki lain. Hahaha."Diana terlihat begitu bahagia. Merasa dirinya menang.Bram menghentikan mobilnya. Kemudian langsung menurunkan papi kandungnya di jalanan sepi."Dasar anak durhaka! Semoga Allah menghukum perbuatan kamu terhadap papimu! Kamu tak akan pernah hidup bahagia," ucap Papi Susilo dalam hati. Tangannya mengepal menahan emosi.Dia semakin yakin Inara tak mungkin kabur. Susilo akan menyelidikinya bila dirinya sudah sedikit pulih!"Yeay!" teriak Bram dan Diana bahagia.Rencana mereka berhasil! Meskipun perbuatan yang mereka lakukan salah, keduanya sudah gelap mata. Mami Diana bahkan bersedia membantu Bram terlepas dari Monika. Jadi, di sinilah Bram berniat menemui Felisa, dan menunjukkan keseriusannya. Bram memang seperti tak waras, jika sudah jatuh cinta dengan wanita. Padahal dulu, dia begitu mencintai Monika, dan kini kedudukannya sudah di ganti Felisa. "Biarkan saja dia senang-senang dulu Bram. Setelah dia pulang, Mami baru akan menemui dia. Coba kamu ajak wanita itu ke rumah! Mami ingin mengenal, wanita yang membuat kamu begitu tergila-gila," Mami Diana berkata kepada sang anak.Susilo kini hanya bisa diam tak berdaya. Berharap ada orang iba kepadanya, dan menyelamatkan dia. Jika Allah mengizinkan dan memberikan dia kesempatan hidup. Dia ingin membalas semua perbuatan anak dan istrinya. Dia tak rela perusahaan miliknya bangkrut, karena anaknya. Rizky mengerem mobilnya secara mendadak, membuat Inara ka
Mami Diana menyambut "Felisa" dengan baik, seperti yang dilakukan kepada Inara dulu di awal pertemuan. Dia terlihat seperti sosok wanita yang lembut, dan ramah.Terkadang, Inara masih merasa seperti mimpi. Bagaimana bisa wanita yang awalnya terlihat baik itu, bisa begitu jahat. "Ternyata, benar apa yang dikatakan Bram. Kamu sangat cantik dan seksi, Fel. Pantas saja anak Mami begitu tergila-gila sama kamu. Semoga saja, kamu mau menikah dengan Bram," ucap Mami Diana bersikap manis ketika mereka berada di meja makan untuk dinner.Inara pun mengangguk dan tersenyum manis. " Terima kasih, Tante. Ehm, tapi maaf. Aku tak bisa jika Bram masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Aku tak ingin disebut perebut kekasih orang karena aku paling tak suka perselingkuhan," sahutnya.Bram menjadi tersedak. Dia merasa tertampar dengan ucapan perempuan itu.Untungnya, sang mami langsung sigap memberikan Bram air putih. "Terima kasih, Mi."Inara tersenyum dalam hati melihat itu.Dia pun memulai seranga
Bram hanya bisa menatap kepergian Inara bersama kedua laki-laki berbadan besar-yang mengaku bodyguardnya. Dia masih dibuat tercengang-tak percaya. "Aku ingin tahu, siapa sebenarnya kamu?"Bram melajukan kendaraan menuju apartemen tempat dia tinggal bersama Monika. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai. Dia langsung menuju unit apartemennya. Suasana tampak sepi, karena Monika belum kembali dari berlibur. "Menjenuhkan sekali! Andai Felisa menjadi istriku, pasti aku tak kesepian seperti ini," ucap Bram sambil melempar jas yang dia kenakan ke sofa yang berada di ruang TV. Dia pun akhirnya memilih untuk mandi. "Apa Felisa wanita simpanan CEO perusahaan Aditama? Rasanya tak mungkin, jika dia hanya seorang sekretaris biasa. Huhf, selalu gagal aku mendekatinya!" Bram masih terus bertanya-tanya. Apa yang terjadi tadi, sungguh di luar nalarnya. Pikirannya menjadi kacau. Lamunannya terhenti, karena ponselnya berdering. Dia raih benda pipi itu di atas nakasnya. Ternyata, Monika yang mengh
"Kamu jangan salah paham dulu! Aku ini sedang berbicara dengan teman kuliahku. Ada masalah akademik yang harus aku selesaikan. Setelah kita pulang berlibur, aku harus segera mengurusnya," jelas Romeo bohong. Tentu saja dia memilih berbohong. Apa jadinya nanti, jika Monika tahu? Kalau dia selama ini menjalin hubungan dengan seorang nenek-nenek. Dia lakukan demi uang. "Ayo kita ke kamar! Kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda. Maaf, sudah membuat kamu kesal. Makanya sekarang, aku ingin membuat kamu senang," rayu Romeo yang langsung menarik tangan Monika- mengajaknya ke kamar. Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Romeo sudah langsung melucuti pakaian Monika. Membuat tubuh Monika dalam keadaan polos. Setelah itu, dia pun melakukan hal yang sama. Kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos. Berbeda halnya dengan mereka yang sedang melambung tinggi ke angkasa, Mami Diana justru merasa kesal. Merasa diabaikan. Padahal dia kerap memberikan uang yang banyak kepada Romeo. "Aku tak akan mel
Monika sudah sampai di Jakarta, dia langsung berpisah di bandara dengan Romeo. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. "Sayang, aku sudah kembali. Sekarang, aku sudah sampai di apartemen. Aku tunggu ya! I love you," Monika menuliskan pesan chat kepada Bram. Sambil menunggu Bram kembali, Monika memutuskan untuk berendam di bathtub untuk merilekskan tubuhnya. Tubuhnya terasa remuk, karena ulah Romeo. Hal yang sama dilakukan Romeo. Sesampainya di kosannya. Romeo pun langsung menghubungi Mami Diana. Mendengar kekasihnya sudah kembali, dia merasa begitu senang. Diana mengajak Romeo ke rumah, untuk makan malam bersama. Sekaligus dia ingin mengenalkan Romeo kepada anaknya. Romeo menyambutnya dengan senang hati. Namun sebelumnya, dia meminta Mami Diana mengirimkan uang sebanyak 5 juta ke rekeningnya. Dengan alasan, dia ingin pulang kampung menemui orang tuanya untuk membicarakan tentang pernikahannya kepada orang tuanya. "Benar 'kah, kamu akan melakukan hal itu? Kamu yakin
"Mampus gue! Ternyata dia anak Diana. Gue harus hati-hati ini. Kalau tidak, bisa gagal rencana gue untuk mengeruk harta nenek-nenek ini," Romeo bermonolog dalam hati. "Kamu kenapa Bram?" tanya sang mami. Perasaan Romeo kala itu menjadi tegang. Terlebih ekspresi wajah Bram, penuh tanda tanya menatap ke arahnya. "Sebelumnya, apa kita pernah bertemu? Melihat lo, rasanya gue gak aneh. Jangan bilang, lo mau mainin mami gue ya! Kalau sampai hal itu terjadi, lo akan berhadapan sama gue!" Bram berucap to the point kepada Romeo. Melihat ketegangan anaknya dengan kekasihnya, Mami Diana mencoba mencairkannya. Dia mengajak mereka untuk makan malam dulu. Kini mereka sudah di meja makan. Bram terlihat hanya diam. Dia merasa tak suka melihat kemesraan maminya dengan berondongnya. Dia pun dengan Monika tak seperti itu. Prang!Bram membanting sendok dan garpunya dengan kasar, dan beranjak bangkit. Membuat Mami Diana dan Romeo terperanjat kaget, dan menatap ke arah Bram. "Kamu ini kenapa sih?" pe
"Teman kampus. Biasa, mereka suka iseng. Sudahlah, tak penting! Aku tak ingin merusak momen kebersamaan kita. Lupakan saja," ucap Romeo berbohong. Romeo memilih menonaktifkan ponselnya. Dia tak ingin Mami Diana curiga, kalau dia menjalin hubungan dengan wanita lain. Selain dengannya. Dia masih membutuhkan uang Mami Diana. "Sial, sekarang nomornya tak aktif.""Ya Tuhan, aku harus kemana ini. Kalian berdua begitu menyebalkan," ucap Monika. Dengan perasaan terpaksa, Monika pergi meninggalkan apartemen Bram. Dia menjadi dendam kepada Bram. "Jika aku tak bisa memiliki kamu, dia pun tak boleh memiliki kamu!"Monika tak habis pikir, mengapa Bram bisa mendapatkan foto-foto itu. Dia yakin, kalau ini semua rencana Bram untuk bisa bersama Felisa. Tanpa Monika bisa menuntutnya. "Aku pikir, kamu tak akan menyuruh orang untuk mengikuti aku. Aku memang benar-benar bodoh! Aku menjadi kehilangan segalanya. Romeo juga menyebalkan, disaat aku membutuhkannya. Dia tak bisa dihubungi," Monika bermonolo
"Pasti kamu terkejut 'kan? Kami berdua akan menikah. Kamu kesini mau ngapain? Bukankah hubungan kamu sudah berakhir dengan Bram? Itu tandanya, aku sudah tak ada hubungan lagi denganmu," ucap Mami Diana dengan sombongnya. "Brengsek! Dia menipuku. Ternyata, dia menjalin hubungan dengan Nenek-nenek itu. Ehm, apa aku bilang saja ya tentang hubungan aku dengannya? Biar sekalian hancur semua," Monika bermonolog dalam hati. "Hei, mengapa kamu diam? Sudah sana pergi! Jangan pernah tampakkan wajah kamu di depanku lagi! Aku tak ingin melihatmu lagi," Mami Diana mengusir Monika. Monika merasa geram, dia merasa terhina! "Jangan terlalu bangga! Apa Anda sudah mengenal lebih jauh, siapa laki-laki di sebelah Anda saat ini?" sindir Monika. Wajah Romeo berubah pucat. Bom atom sepertinya akan segera meledak. Terlebih saat ini, Diana menatapnya lekat. "Jangan dengarkan apapun yang dia bicarakan! Dia itu merasa iri dengan hubungan kita. Apalagi kamu mengusirnya dari sini," ucap Romeo. Romeo mencoba