Share

Berita kehamilan

Author: Aqilazahra
last update Last Updated: 2024-07-10 18:43:42

“Hoek!” Visha memuntahkan semua isi perutnya. Sudah beberapa minggu ini, dirinya tidak pernah bisa makan dengan normal. Perutnya selalu terasa mual dan hidungnya juga begitu sensitif dengan bau.

“Nak, kamu muntah lagi?” ujar Asih dengan raut wajah khawatir. Dalam benaknya terbesit pikiran buruk, namun ia segera mengenyahkannya

Asih memegang kedua bahu Tavisha dengan tatapan tajamnya. “Visha, bulan ini Ibu tidak pernah melihat kamu datang bulan? Katakan pada Ibu, kamu tidak pernah berbuat macam-macam, kan Nak?”

Tavisha terisak menatap wajah ibunya, dia sendiri merasakan ketakutan. “Ibu ....”

“Jawab Ibu! Kamu tidak hamil, kan?” bentaknya.

“Bu, Visha tidak tahu,” katanya dengan berat.

“Tidak tahu?” Ulang Asih, dia kembali menatap wajah Tavisha. Berharap semua ini tidak terjadi pada anak satu-satunya.

Tavisha hanya menggeleng pasrah dan berucap, “Maafin, Visha, Bu.”

Asih mengguncang tubuh Tavisha. “Siapa pria yang tidur dengan kamu? Katakan sama Ibu!”

Visha menggeleng perlahan. “Visha nggak tahu, Bu. Dia sepertinya bukan dari kampung ini. Visha dipaksa dan dijebak.”

“Astaghfirullah, Tavisha!” teriak Asih kesal.

Berharap apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Asih segera menghubungi sahabatnya yang juga seorang bidan untuk memeriksa kondisi Visha. Dan dugaan Asih benar, anaknya telah mengandung.

Tavisha yang melihat keadaan ibunya terpuruk mendekatinya perlahan, mendekap erat tubuhnya. “Maafkan Visha, Bu. Visha benar-benar minta maaf.”

Asih terisak memeluk erat Tavisha, meski sangat kecewa dia tetap berusaha untuk melindungi Visha. Sebab itu, Asih memohon pada sahabatnya untuk menyembunyikan rahasia kehamilan ini.

'Brak! Brak! Brak!'

Terdengar suara pintu rumah dipukul dengan kasar dan kencang. Membuat Visha dan Asih tersentak kaget begitu mendengarnya.

"Keluar!!"

“Cepat keluar kamu Tavisha! Aku tahu kamu ada di dalam. Dasar wanita tidak benar.”

Suara penuh kemarahan itu membuat Visha dan ibunya menjadi heran. Asih memberikan tongkat pada Visha dan membantunya untuk berjalan menuju pintu.

Visha dan Asih terkejut ketika mendapati Dewi, istri dari Rama yang ada di depan mereka ketika pintu dibuka. Wajah Dewi terlihat sangat murka dan suara teriakannya mengundang perhatian para warga yang kini mulai ikut berkumpul di depan rumah Visha.

“Ada apa? Kenapa Mbak Dewi mencari saya?” tanya Visha berusaha tenang.

“Tavisha! Jangan berlagak suci kamu! Jujur saja pada kami, kamu telah melakukan perbuatan mesum!” ujar Dewi.

Dewi kemudian tertawa mengejek setelah mengintip ke dalam rumah dan mendapati ada bidan di rumah Visha. “Hei, semuanya ... Kalian harus tahu, Tavisha, dia sedang hamil, wanita itu akan membawa sial pada desa kita!” ungkap Dewi setengah berteriak.

Asih dan Tavisha terkejut, bahkan bisik-bisik para warga, umpatan serta hinaan memenuhi halaman rumah Tavisha.

"Dewi jangan asal menuduh Tavisha! Kamu benar-benar keterlaluan!” bentak Asih yang tidak terima putrinya dihina seperti itu.

“Aku punya bukti perbuatan mesum wanita sok suci itu! Kalian juga bisa buktikan langsung pada bidan yang ada di dalam rumah mereka,” kata Dewi sembari memperlihatkan cuplikan rekaman Visha saat sedang disetubuhi oleh pria asing.

Visha tidak bisa lagi menahan bulir air matanya karena kembali teringat akan kenangan pahit yang ingin ia lupakan itu. Dalam hati, ia tidak menyangka bahwa ada yang tega merekamnya diam-diam bukannya justru menolongnya.

“Hei bidan, kamu tidak boleh berbohong atau profesi kamu patut dicurigai. Cepat jujur dan katakan, bahwa Visha saat ini benar sedang mengandung, 'kan?”

Mendengar ucapan Dewi dan melihat tatapan mengintimidasi dari para warga, bidan tersebut akhirnya mengakui kebenaran kehamilan Visha.

“Usir mereka dari sini! Kami tidak mau desa kita jadi sial!” teriak warga.

“Hei, jalang! Siapa Ayah dari bayimu ini? Jangan mencari pembenaran!” hardik Dewi.

Keributan itu terdengar hingga di telinga Rama yang juga menjabat sebagai ketua desa. Rama segera menghampiri rumah Visha untuk berusaha mencari kebenarannya.

“Tavisha, apa itu benar?” tanya Rama seolah masih tak percaya.

Namun, Visha tidak menjawab apa pun. Dirinya hanya bisa menangis terisak. Ia merasa begitu terhina dan bersalah karena ibunya kini harus ikut mengalami penghinaan ini.

“Usir mereka dari sini!” teriak para warga lagi.

Mereka bahkan mulai bersikap kasar pada Visha. Dengan sengaja ada yang menarik tongkat penopang Visha, sehingga dirinya kemudian jatuh tersungkur di lantai. Asih yang berusaha untuk menolong, bahkan ikut didorong dan dilempari oleh kerikil.

“Pak Rama, sebaiknya Anda usir kedua wanita ini dari desa kami. Kami tidak mau ketiban sial,” kata salah satu warga.

Para warga terus mendesak Rama untuk membuat keputusan.

“Kalian berdua, segera pergi dari desa ini” ucap Rama dengan berat.

Sejujurnya Rama tidak ingin mengusir Visha, karena dalam hatinya ia masih mencintai gadis yang pernah menjadi bagian hidupnya itu. Kalau saja bukan karena paksaan orang tuanya, Rama tidak mungkin mau menikah dengan Dewi.

“Baik kalau begitu, kami akan bersiap dan pergi sekarang juga.” Asih memegang lengan Visha dan menopangnya agar dapat berdiri kembali.

Sedangkan Dewi tersenyum penuh kemenangan, karena rencananya telah berhasil untuk mengusir Tavisha dari desa dan menjauhkannya dari Rama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anugerah Pangrib
............ baru permulaan sudah banyak bawang mak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Ide yang Gagal

    Calvin memejamkan mata perlahan, air mata luruh membasahi pipinya. Rasa sesal dan penyesalan begitu dalam mencengkeram hatinya. “Mas tahu hatimu masih cinta sama Mas, Sha. Maafin Mas, jika mengecewakan kamu.”“Mas,” ucap Visha akhirnya, suaranya bergetar menahan tangis.“Yah sayang,” jawab Calvin, suaranya terdengar parau.“Berjuanglah, luluhkan dan ...” Visha terdiam, kalimatnya terhenti di tengah jalan. Dia tidak tega untuk melanjutkan kalimatnya. Dia tahu, apa yang dia harapkan dari Calvin sangatlah sulit.“Mas akan berusaha,” jawab Calvin, suaranya terdengar lemah. Dia tahu, dia harus berjuang untuk mendapatkan kembali hati Visha. Namun, dia juga tahu, jalan yang harus dia tempuh tidaklah mudah.“Mas, aku percaya kamu bisa,” ucap Visha, tangannya menggenggam erat ponsel. Dia memberikan dukungan penuh kepada Calvin, meskipun hatinya terluka.“Terima kasih sayang,” ucap Calvin, dengan lega. Dia bersyukur memiliki Visha, wanita yang selalu ada di sisinya, mendukungnya dalam s

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Penyesalan Calvin

    Calvin terkejut dengan suara Asih, ibu mertuanya yang meninggi. “Turun!” perintah Asih. “B-baik, Bu.” Calvin menjawab, dia pun membuka pintu dan menghampiri Asih. “Bu, Visha ...” “Mulai sekarang, jangan kamu temui lagi Visha dan Kai. Mereka bahagia meski tanpa kamu, pria pengecut yang selalu termakan hasutan mantan kekasihmu.” Calvin lagi-lagi terkejut dengan ucapan Asih. “Bu ... tapi Visha dan Kai, bagian dari keluarga Calvin.” “Bagian dari keluarga kamu? Lalu ke mana saja saat anakku tadi menangis, bahkan dengan tega kamu mengusirnya?” “Bu, Calvin benar-benar minta maaf! Calvin janji tidak akan mengulangi hal ini lagi.” Calvin berusaha meminta maaf pada Asih, tetapi Asih tak luluh begitu saja. “Cukup! Tinggalkan anak saya sekarang juga!” “Bu,” panggil Visha, dia berdiri dengan tegak, bibirnya gemetar. “Sha, ayok pulang? Maaf, jika Mas tadi ...” “Mas, pulanglah!” Visha menunduk, air matanya menetes. Calvin terdiam, hatinya terasa sesak. Dia mencintai Visha dan

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Keputusan Asih

    Greta tersenyum licik. Dia pun menambahkan kata-kata lagi untuk meracuni pikiran Calvin. “Oh, jangan-jangan kamu sengaja menggoda Pak Cokro?”Visha tersentak. “Tutup mulutmu!” teriaknya. “Calvin ... Calvin, kamu mau saja ditipu oleh wanita ini! Padahal aku sudah mengantarkan Visha ke depan ruanganmu, tetapi kenapa dia malah pergi ke ruangan Pak Cokro!”“Hentikan ucapanmu, Mbak Greta!” Visha kesal. “Aku bahkan tidak mengenal pria itu!”“Owh yah?” Greta mencemooh. “Aku tidak yakin. Jangan-jangan kamu ...” “Greta, sebaiknya kamu pergi ke ruanganmu!” perintah Calvin, suaranya dingin.Calvin meleraikan pelukannya. Dia berjalan selangkah, hatinya cemburu dan terhasut oleh ucapan Greta. Pandangannya tertuju pada Visha yang berdiri terdiam, wajahnya memerah menahan amarah.“Visha, sebaiknya kamu pulang. Biar Bara yang antar kamu,” ucap Calvin, suaranya terdengar dingin.“Mas, aku ke sini hanya untuk bertemu dengan kamu. Aku bawain ...” Visha mencoba menjelaskan, tetapi Calvin langs

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Amarah Calvin

    Tanpa merasa curiga, Visha masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk di sofa, sesekali menatap satu per satu ruangan yang tampak mewah. "Jadi ini ruangan kerja Mas Calvin," ucapnya bangga.Visha berjalan menuju jendela, menatap indahnya pemandangan dari atas gedung bertingkat lima. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membawanya pada lamunan tentang masa depan bersama Calvin."Semoga saja dengan kedatanganku kemari, Mas Calvin akan sangat bahagia," gumam Visha, matanya berkaca-kaca.Pada saat Visha sedang melamun, pintu ruangan terbuka dengan suara berderit. Seorang pria gendut berwajah garang terkejut dengan pemandangan wanita yang berbaju merah berdiri dengan anggunnya di dekat jendela."Wow, bukannya aku baru beberapa menit memesan wanita cantik? Rupanya Carles cepat sekali mendapatkan wanita cantik!" katanya sembari melangkah mendekati Visha.Visha yang sedang melamun tak menyadari gerakan langkah kaki yang mendekat. Dia tersentak kaget saat merasakan tangan kekar itu melingka

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Jebakan Greta

    Visha berjongkok di depan Kai, puteranya yang polos. Tangannya menggenggam erat tangan mungil Kai, mencoba menenangkan. "Sayang, Jangan berbicara seperti itu yah, Nak. Papah Calvin—""Stop Bunda, Om Superman bukan Papah Kai!" teriak Kai, suaranya bergetar menahan tangis."Nak!" Visha terkesiap, hatinya tersayat mendengar kata-kata putranya.Kai menghempaskan tangannya, dia berbalik mendekati Asih, neneknya. "Nek, Kai mau tinggal di sini sama Nenek, Kai tidak mau bertemu dengan Om jahat."Asih memeluk erat Kai, tangannya mengusap perlahan rambut Kai. "Sayang, ayok sekarang Kai cuci kaki dan kita berangkat sekolah. Nanti Nenek yang antar kamu ke sekolah."Kai mengangguk, matanya berkaca-kaca. Dia pun bergegas pergi meninggalkan Visha yang berdiri terpaku, air matanya menetes perlahan."Bu?" panggil Visha, suaranya terengah-engah. "Kamu harus bersabar, Kai masih trauma pada Ayahnya, biarkan dia tenang dulu!" kata Asih, lembut.Visha hanya bisa mengangguk, hatinya pedih meliha

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Pertengkaran berujung menyakiti

    Visha berdecak kesal, matanya menatap layar ponsel yang menampilkan pesan dari Calvin. Jari-jarinya menekan tombol Power, mematikan layar yang menampilkan pesan yang membuatnya geram.“Menyebalkan, apa kamu pikir aku butuh uangmu!” gerutu Visha, suaranya meninggi. Dia melempar ponselnya ke atas ranjang, kepalanya tertunduk lesu.Visha enggan untuk menelepon kembali Calvin, apalagi menjelaskannya. Perasaannya campur, antara kesal, kecewa, dan sedikit takut.“Huhh! Kenapa jadi seperti ini?” gumam Visha, lelah. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.Asih kembali mendekati Visha. “Bagaimana, apa suami kamu mengizinkannya?” tanyanya, matanya penuh harap.Visha menggigit bibirnya, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. “Iyah Bu, Mas Calvin sudah mengizinkan Visha untuk menginap di rumah Ibu,” jawabnya berbohong.“Ya sudah, ayok bantu Ibu membereskannya rumah ini?” Asih tersenyum, tangannya terulur untuk menggenggam tangan Visha.Keduanya seharian membereskan ruma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status