Share

Bab 2. Tak Akan

Penulis: flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-01 06:49:15

"Ceraikan aku, Mas," lirih Hana tapi masih jelas terdengar di telinga Adam.

"Yes! Inilah yang aku harapkan," ucap Alya sangat pelan hingga tak dapat terdengar oleh Adam dan Hana.

Kalimat yang tak pernah dibayangkan akan dia ucapkan pada Adam. Hana terpaksa melakukannya karena dia tidak siap dipoligami. 

Hana sekuat hati menahan agar air matanya tidak keluar. Walaupun di dalam hatinya, dia hancur berkeping-keping. Belum lama dia sembuh dari rasa sakit akibat operasi dan kehilangan anak, kini luka itu kembali mengangga akibat perbuatan Adam suaminya.

"Tidak akan! Sampai kapanpun kamu akan tetap menjadi istri pertamaku," balas Adam tegas. 

"Kenapa kamu begitu egois, Mas? Aku sangat terluka oleh sikapmu ini," ucap Hana menahan tangis. 

"Aku masih sangat mencintaimu, Hana. Dan itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun," sahut Adam. 

Hana pun mencebik, dia tidak percaya dengan ucapan Adam. Buktinya, Adam tega melakukan pernikahan lagi tanpa berterus terang kepadanya. 

"Turuti saja kemauan Mbak Hana, Mas. Toh dia sendiri yang memintanya," celetuk Alya yang mulai gregetan karena suami istri itu tidak ada yang mau mengalah. 

"Diam kamu, Al!" bentak Adam dengan mata melotot tajam ke arah Alya.

"Bukankah kita sudah sepakat soal ini sebelumnya? Tak ingatkah kamu, Al?" sambung Adam yang membuat Alya diam dengan bibir cemberut karena tak suka dibentak di depan Hana. 

"Tapi, kan, ini Mbak Hana sendiri yang meminta, Mas," sahut Alya.

"Diam, kamu!" Lagi, Adam membentak Alya. 

"Benar apa kata istrimu itu, Mas. Jujur saja, aku tidak sanggup jika harus dimadu." Hana mengucapkan kalimat itu dengar tegar walaupun hatinya teriris. 

Lagi, Adam meraih tangan Hana dan menggenggamnya erat. Dia mencium tangan istri yang sudah tiga tahun menemaninya itu. Adam pun tak sanggup jika harus kehilangan Hana. 

Dia menikahi Alya hanya karena bentuk rasa tanggung jawabnya kepada anak yang dikandung Alya. Bahkan, selama menikah dengan Alya, Adam tak pernah berhubungan badan lagi dengan Alya sampai saat ini. 

"Percayalah padaku, Sayang, aku akan adil pada kalian. Aku tak sanggup kehilangan salah satu dari kalian. Anak yang ada dalam kandungan Alya, nantinya juga akan menjadi anakmu, Han," kata Adam sampai menatap mata Hana penuh cinta. Kalimat itu membuat Alya semakin membenci Hana. Dia bertekad akan membuat Hana keluar dari rumah itu agar dia jadi satu-satunya istri dari Adam. 

Tak pernah berubah sedikitpun rasa cinta Adam kepada Hana walaupun kini dia memilik Alya juga. Alya memang tengah mengandung anaknya. Tapi, cinta Adam tetap untuk Hana. 

Dia hilang akal dan kendali sehingga mabuk-mabukan di sebuah klub malam. Pertemuannya dengan Alya membuatnya lupa diri dan melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan. Itu pun Adam tidak begitu yakin. Tapi saat itu, saat Adam terbangun, Adam dan Alya memang sudah dalam kondisi yang tanpa busana. Itulah yang membuat Adam yakin jika anak yang dikandung Alya adalah anaknya. 

Satu bulan setelah kejadian itu, Alya mencoba mencari keberadaan Adam karena dia tengah mengandung. Kesalahan satu malam membuat Adam harus menanggungnya hingga keduanya menikah siri. 

"Sejak kapan kalian berhubungan?" tanya Hana dingin. Dia menarik tangan yang digenggam oleh Adam. 

"Ini hanya sebuah 'kecelakaan' yang tidak disengaja, Han. Bukan hanya kamu saja yang terpuruk saat kita kehilangan Kanaya, tapi aku juga." Adam mencoba menjelaskan kepada perempuan yang memakai piyama dan juga jilbab hitam itu. 

Hana mencebik dan berkata, "Terpuruk? Kalau terpuruk, kenapa harus ke pelukan perempuan lain, Mas?" 

Sebuah ucapan yang berhasil membuat Adam tak memiliki jawaban. Semua terjadi begitu saja dan tidak dapat diputar kembali. Adam memang salah dan tidak seharusnya ke tempat itu. 

"Maafkan aku, Han! Percayalah padaku sekali ini saja, Han. Aku mohon!" iba Adam. Dia juga tidak tega meninggalkan Alya di apartemen sendirian dalam kondisi hamil besar. 

"Apakah aku juga harus menerima dia tinggal di sini? Luka seperti apa lagi yang harus aku terima, Mas?" 

"Tolong aku, Han. Untuk sementara ini, Alya akan tinggal bersama kita sampai dia lahiran. Kasihan dia tidak punya saudara di sini, Han. Mas harap kamu bisa mengerti itu. Ini salah satu bentuk tanggung jawabku kepada dia, Han. Kamu ngerti, kan?" ucap Adam. 

Hana bangkit dan berjalan ke arah kamar tanpa merespon ucapan Adam. Dia menutup kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Betapa hancurnya hatinya saat ini melihat suaminya ternyata memiliki istri yang lain. 

"Kenapa, Mas? Kenapa?!" Hana menangis dibawah guyuran air di dalam kamar mandi. 

"Apa karena aku belum memberikanmu anak lagi, Mas? Ini juga bukan kemauanku, Mas. Aku sakit, Mas! Perih di sini," rintih Hana yang semakin merasakan sesak di dada. 

Pernikahan yang baru tiga tahun berjalan, kini menghadapi situasi yang sangat pelik. Hana sadar dia memiliki kekurangan. Tapi, pengkhianatan Adam ini sungguh sangat menyakiti hatinya. 

***

Sementara itu, Adam membantu Alya ke salah satu kamar yang tak jauh dari kamarnya dan juga Hana. Dia sangat berhati-hati menuntun Alya serta membawakan barang bawaannya. 

"Kamu tidurnya di sini, Al. Kamarku dan juga Hana ada di sebelah situ," ucap Adam sambil menunjuk kamar Hana.

"Tapi kamu nanti tidur di sini, kan, Mas? Aku takut tidur sendirian," rengek Alya seperti anak kecil. 

"Aku harus menjelaskan semuanya dulu kepada Hana, Al. Aku harap kamu mengerti," tolak Adam. 

"Baiklah," jawab Alya lesu. 

"Nanti kalau kamu perlu apa-apa, tinggal bilang saja sama Mas atau Hana, ya. Setiap pagi akan ada Bi Imah yang bantu-bantu di rumah. Kamu bisa juga minta bantuan Beliau." Alya mengangguk paham.

"Sekarang kamu istirahat dulu. Mas mau ke kamar Hana dulu. Ingat, kalau butuh apa-apa, panggil Mas, ya!" kata Adam sebelum keluar dari kamar Alya. Alya pun mengangguk pelan. 

Cup! Sebuah kecupan hangat dia berikan untuk Alya. Awalnya memang Adam tak bisa menerima kenyataan ini. Tapi, setelah dipikir-pikir, Adam juga sangat menginginkan seorang anak. Akhirnya, Adam mau menikahi Alya secara siri. 

"Akhirnya kamu masuk juga perangkapku, Mas. Tunggu saja Mbak Hana, tak lama lagi, kamu akan diusir Mas Adam dari rumah ini!" kata Alya dengan senyum kecil di bibirnya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
amymende
cerita klise
goodnovel comment avatar
Neil Lita
baru jg baca udh emosi hahahah......kl aq jd hanna terima aja dulu tuh pelakor sambil bikin rencana tuk pindahin aset2 atas nama hanna, lalu bikin deh tuh pelakor keguguran, kl perlu racunin kek, puaaasss hahahaha
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
lagi² pelakor luknut meraih kemenangan ya thor ... seharusnya pelakor jahanam dihempaskan aja thor karna kenyataannya pelakor luknuttt emang balangsakkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 98. Tanda-tanda

    Perasaan Adam dan Hana campur aduk. Mereka tidak mau bahagia lebih dahulu karena belum ada bukti, biarpun yang memeriksa Hana adalah dokter kandungan. Selama perjalanan menuju poliklinik Dokter Arif, Hana dan Adam saling berpegangan. Mereka menguatkan satu sama lain. Mereka akan melalui hari ini secara bersama-sama apapun hasilnya. "Aku takut, Mas," kata Hana ketika mereka menunggu di ruang tunggu depan poliklinik kandungan. "Kita hadapi sama-sama, ya! Berdoa saja semoga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.""Aamiin."Hana dan Adam masih menunggu karena jadwal praktek Dokter Arif masih setengah jam lagi. Sudah ada beberapa ibu hamil yang juga ikut menunggu. Rasa rindu menghinggapi Hana ketika melihat hal itu. Dia rindu dengan Kanaya. Rindu akan tawa kecil yang selalu menghiasi harinya kala itu. Rindu hingga membuat Hana berharap jika dirinya saat ini benar-benar hamil. Setengah jam kemudian, mereka melihat Dokter Arif masuk ke dalam ruangan. Hati keduanya semakin berdeb

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 97. Hana Pingsan

    Kesedihan Hana tak berlangsung lama karena dia harus terus menjalani hidupnya. Masih ada Keenan dan juga Adam yang membuatnya bahagia. Tak ada waktu untuk bersedih. Dia harus bisa mensyukuri pemberian dari Allah setelah semua yang telah dia lalui. Dua bulan berlalu setelah kejadian testpack pagi itu. Hana semakin hari semakin giat bekerja. Sekarang bisnis Adam dan Hana mereka kelola sendiri-sendiri. Hana fokus pada bisnis baju-bajunya. Sedangkan Adam meneruskan bisnisnya yang sudah lama. "Kamu kok pucat sekali, Sayang? Kamu lagi sakit?" tanya Adam saat mereka hendak berangkat bekerja. Hana menggeleng pelan. Dia memang merasakan pusing. Tapi karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan, Hana terpaksa berbohong pada Adam. Jika Adam sampai tahu kalau dia sakit, pasti Adam tidak akan mengizinkannya untuk bekerja. Hana sudah terlalu mencintai pekerjaannya itu. Dengan bekerja, dia akan sedikit melupakan keinginannya untuk mempunyai anak. "Kamu yakin?" tanya Adam lagi untuk memastikan

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 96. Testpack

    "Ah rasanya aku sudah lupa hamil itu seperti apa. Apa aku cek saja? Tapi, nanti kalau hasilnya tak sesuai yang aku harapkan, pasti aku sedih. Tapi, aku penasaran juga. Toh aku juga sudah terlambat haid sudah hampir seminggu."Hati Hana bimbang. Dia merasa belum siap tapi penasaran juga. Apalagi dia juga sudah sangat merindukan kehadiran buah hati kembali. Walaupun ada Keenan, bukankah anak dari darahnya sendiri itu membahagiakan? Jikalau benar dia hamil, Hana berjanji akan tetap menyayangi Keenan seperti sebelumnya. Tanpa sepengetahuan Adam, Hana pergi ke apotik untuk membeli testpack. Dia memasukkan benda tipis itu ke dalam tasnya dan kembali lagi ke kantor. Kebetulan ada apotik yang dekat dengan tempat yang dijadikan kantor oleh Adam. Di kantor, dia pun bekerja seperti biasanya. Saat pertama kali Adam masuk ke kantornya, dia sangat kagum dengan banyaknya perubahan. Bahkan ada beberapa bisnis baru yang dikerjakan oleh Hana dan itu sangat diapresiasi oleh Adam. "Kamu darimana, Saya

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 95. Tertangkap

    "Kenapa kamu bisa sampai di sini, Lun?" tanya Hana yang kebingungan melihat sahabat yang sudah lama tidak ditemui sekarang ada di rumahnya. Bahkan sampai Marvin ada di rumahnya. Padahal mereka sudah lama sekali tidak berkomunikasi. Luna tak menjawab. Dia mengajak Hana dan Lita untuk duduk terlebih dahulu. Lalu, Luna mengambilkan air minum untuk diminum mereka berdua. Tujuannya agar bisa membuat keadaan keduanya lebih tenang. Sayup-sayup terdengar beberapa orang yang tengah berbisik. Saat itu juga mendadak rumah Hana menjadi ramai. Hana sampai dibuat bingung karenanya. "Terima kasih," ucap Hana setelah kondisinya agak tenang. Keenan pun juga ikut tenang saat melihat Hana tenang. Suasana menjadi hening. Baik Hana maupun Luna tidak saling bicara. Dan mata Hana pun menatap Luna seolah sedang menunggu jawaban dari sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu. "Luna ..." ucap Hana lirih. "Iya, Hana. Kamu mau tahu kenapa aku dan Mas Marvin bisa di sini? Iya, kan?" Hana mengangguk cepat.

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 94. Teror di Rumah Hana

    Sebuah bungkusan plastik yang isinya sudah berhamburan keluar. Banyak darah di sekitar plastik hitam itu. Hana bertakbir karena terkejut melihat hal itu. Tak lama kemudian terdengar lagi suara kaca dilempar batu. "Astaghfirullah hal adzim!" seru Hana dan Lita hampir bersamaan."Apa lagi itu, Bu?" tanya Lita yang melihat kertas yang sudah diremas-remas ada di dekat batu yang dipakai untuk melempar. Hana dengan hati-hati mengambil kertas itu dan membukanya. Matanya melotot ketika melihat tulisan berwarna merah menyala itu. "MAT* KALIAN!" eja Lita saat membaca tulisan yang ada di kertas. "Siapa yang melakukan ini, Bu? Saya takut sekali, Bu," kata Lita kemudian. "Ayo kita masuk ke dalam kamar! Aku harus minta bantuan karena kita sudah diteror," balas Hana. Dia kemudian mengajak Lita untuk ke kamarnya. Saat itu Hana ponsel Hana terletak di dalam kamarnya. Dengan langkah yang cepat keduanya berjalan menuju ke kamar Hana. Sesampainya di kamar, Hana segera mengambil ponsel miliknya unt

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 93. Pengakuan Lita

    Hana membawa Lita ke klinik terdekat untuk diperiksa. Masih dengan ditemani pengacara dan juga polisi. Dan saat pemeriksaan Lita selesai, Hana pun pulang ke rumah.Asam lambung Lita naik karena dia terlalu stres dan juga makan tidak teratur. Dia membawa Lita pulang ke rumah agar bisa dipantau dengan baik. "Dia siapa, Nak?" tanya Ibu Muh saat mengantarkan Keenan pulang ke rumah Hana. "Dia karyawan Mas Adam, Bu. Ada hal yang ingin dia sampaikan ke Hana tapi kemarin dia sempat hilang. Baru tadi ketemu tapi malah dia sakit," jawab Hana. "Oh begitu. Semoga masalahmu cepat selesai, ya, Nak. Dan semoga Nak Adam cepat pulih juga seperti semula.""Aamiin. Terima kasih, ya, Bu, sudah mau Hana repotkan terus.""Gak apa-apa, Nak. Ibu malah senang jadi ada kegiatan ngurus Keenan. Badan Ibu rasanya sakit kalau gak dipakai ngapa-ngapain," sahut Ibu Muh. Walaupun menempuh jarak yang tidak dekat, Ibu Muh tidak pernah mengeluh. Dia dan Pak Muh sama-sama baiknya. Terkadang Ibu Muh diantar Pak Muh ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status