Share

Sangkar Emas

Nania berandai-andai, jika saja pertemuannya dengan Brata terjadi beberapa puluh tahun silam, mungkin nasibnya akan berubah. Kalau pun dia harus jadi budak, dia tak akan lebih dari budak orang kaya yang memberikannya banyak hal yang menarik hatinya.

Dono tak mungkin memperlakukan Nania sebaik Brata. Dia hanya tahu mabuk dan beradu jotos dengan orang yang tak ia suka.

Tapi Brata di depannya ini benar-benar sosok pria yang menarik. Dia hanya fokus pada kopinya, ponsel, dan tak seperti seseorang yang membutuhkan Nania namun sekaligus memperlihatkan kepeduliannya dalam diam.

“Apa aku terlihat aneh?”

“Ya?” Nania mengira Brata tak bicara dengannya.

“Kau memandangiku sejak kopi kita datang, kau berpura-pura sibuk dengan ponsel tuamu yang mati sejak dua jam lalu dan kau menghela nafas seakan kau berbeban berat.” Mata almond kering itu menatap dengan esensi yang beku. “Apa yang aneh dariku?”

“Ma, maaf.” Nania merinding. Dia dipergoki seperti seorang maling ayam.

“Untuk apa? Untuk apa ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status