Wanita Hina Bernama Nania

Wanita Hina Bernama Nania

Oleh:  Fazruli Rifkyana Ulfah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
810Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nania hanya seorang pelacur. Dia dijual oleh suami yang ia nikahi saat ia masih remaja. Suaminya yang jahat bahkan tak membiarkan Nania untuk beristirahat agar Nania bekerja untuk keluarganya. Sampai dia bertemu dengan Brata. Seorang pria yang membayarnya untuk menjadi istrinya dan berjanji akan membuat Nania bahagia hingga melupakan masa lalunya.

Lihat lebih banyak
Wanita Hina Bernama Nania Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
39 Bab
Pria Dengan Banyak Uang
Plak!"Kamu sudah gila, ya Nania? Yang kamu pukul dengan kursi itu boss preman wilayah sini. Bisa dibunuh kamu kalau nekad melawan dia.""Tapi, Mas ... " Nania tak berani menatap mata suaminya dan hanya bisa berharap tak terluka malam ini."Apa? Tapi apa? Sudah tahu salah, kamu masih mau membela diri?" Dono, suami Nania yang tersulit emosi atas perbuatan istrinya hanya bisa memandang Nania dengan mata berapi-api. "Memang apa susahnya kamu melayani dia? Kamu itu sudah lama melacur. Jangan sok kecantikan, kamu Nania."Nania lagi-lagi hanya bisa menunduk. Suaminya mungkin bicara tentang fakta. Dia mungkin sudah tak lagi menganggap Nania manusia sejak menjualnya ke seluruh hidung belang yang menjadi rekannya, tapi Nania bukan batu yang dingin dan tak terusik, dia berhak merasa takut pada seseorang yang menyewanya tak hanya karena bernafsu tapi juga berani menyakitinya seperti binatang jalang.Plak!Satu lagi tamparan."Apa kamu takut terluka? Apa kamu takut badanmu itu lebam? Sekarang lih
Baca selengkapnya
Cara Berpikir Seorang Brata
"Kenapa diam? Apa kau lupa cara membuka pakaianmu?" Brata memandang Nania dengan mata dingin yang merobek hati wanita itu."Saya tak bisa," jawab Nania dengan suara lirih. Sungguh, Nania hanya berharap Brata tak seperti pria yang kebanyakan membutuhkan tubuhnya."Kenapa? Aku hanya memintamu membuka baju."Nania meneteskan air mata. Dia merasakan dadanya sakit tanpa tahu apa obatnya. "Saya pikir anda berbeda.""Apa?" Brata mencoba mencerna ucapan Nania."Saya menilai seseorang seperti anda terlalu cepat. Saya pikir, anda adalah orang baik yang bahkan tak menginginkan tubuh saya. Tapi saya salah." Nania berusaha tegar dan menunjukkan senyumnya, membuat Brata merasa tak nyaman di dalam dirinya.Brata Sudibyo sebenarnya tipikal pria yang cara pikirnya membuat semua manusia bingung. Sifatnya sendiri terlalu dingin ketika berhadapan dengan orang-orang yang seharusnya diperlakukan dengan cara yang lebih hangat.Hubungannya dengan wanita-wanita cantik tak bisa dihitung hanya dengan satu tang
Baca selengkapnya
Dua Sisi Kehidupan
"Bahagia?" Nania mengulang kata itu dengan nada terkejut. "Bahagia? Saya tak paham dengan pertanyaan anda."Kebahagiaan bagi Nania adalah hal samar yang hampir tak pernah dia rasakan. Hidupnya terlalu sulit ketika dia memutuskan untuk mulai menjadi istri dari seorang Dono.Kehidupan Nania semakin tak karuan saat wanita itu memutuskan untuk kawin lari dengan Dono saat dia masih berada di kelas satu SMP. Membayangkan hari lalu dimana Nania membuat keputusan terburuk sepanjang hidupnya itu membuat Nania menyesal hingga saat ini.Dan sekarang, di depan Nania, seorang pengusaha kaya menanyakan apakah Nania bahagia?Nania tersenyum pahit dan bertanya-tanya jawaban apa yang terbaik untuk dia katakan? "Boleh saya bertanya juga kepada anda?" Nania tak berani menatap Brata, tapi dia tahu jika pria itu tak lepas dari tubuhnya. "Apakah anda bahagia dengan hidup yang anda jalani?"Brata tersenyum nyinyir. "Yah, saya punya harta, saya tak kelaparan, dan saya selalu mendapat apa yang saya mau." Jaw
Baca selengkapnya
Penolakan
"Bu, bagaimana kalau pernikahannya dibatalkan saja?"Tepat setelah kalimat dari mulut Brata keluar, dentingan sendok terdengar beserta suara tercekik karena makanan yang menyangkut di tenggorokan."Kamu gila, ya? Kita baru aja memikirkan soal cathering, kamu malah asal membatalkan rencananya saja."Brata kikuk. Dia tak pernah sekikuk ini. Yang dia tahu pasti, perasaannya pada Evani seperti nasi yang membusuk. Dia benar-benar ragu untuk meneruskan hubungan yang semula dia pikir akan menguntungkannya."Coba kamu pikir, apa yang harus Ibu katakan pada orang tua Evani kalau kamu memutuskan untuk menghentikan pernikahan ini? Wajah keluarga kita mau ditaruh ke mana?"Brata menarik nafas. Bahkan setelah dia setua sekarang, dia masih harus mendengarkan semua yang Ibunya ucapkan seakan hal itu hukum pasti yang tak terbantahkan.Dengan menahan kesal, Brata bangkit dan menjauh dari Ibunya yang terus mengomel. Dia benar-benar tak nyaman dan yang bisa ia lakukan adalah masuk ke kamarnya dan berusa
Baca selengkapnya
Kejutan
"Kenapa tidak masuk?" Nania terkejut saat Brata sudah muncul di dekatnya. Pria itu tampak sangat sempurna dengan kemeja putihnya yang digulung sampai ke siku. "Sudah lama menunggu?""Tidak juga." Nania berdusta. Dia sudah ada di restoran itu sejak pintunya belum terbuka. Hanya saja, Nania tak berani untuk masuk karena canggung ketika resepsionis menanyakan meja reservasi.Yang membuat Nania lebih terkejut adalah cara Brata memperlakukannya. Pria itu masih seperti es di puncak Everest, namun entah kenapa dengan sangat mudah menggandeng Nania agar berjalan di dekatnya.Nania ingin lepas dari genggaman itu. Dia merasa tak nyaman. Tapi sisi hatinya yang lain seperti ingin ada di genggaman itu selamanya, membuatnya mengutuk tingkahnya yang seperti melupakan siapa dirinya sebenarnya.Brata melambai pada dua wanita yang tampak sibuk bicara. Kedua wanita itu punya perbedaan usia yang kentara tapi sama-sama memandang tak suka pada diri Nania yang berada di genggaman Brata."Siapa dia?" Evani m
Baca selengkapnya
Sangkar Emas
Nania berandai-andai, jika saja pertemuannya dengan Brata terjadi beberapa puluh tahun silam, mungkin nasibnya akan berubah. Kalau pun dia harus jadi budak, dia tak akan lebih dari budak orang kaya yang memberikannya banyak hal yang menarik hatinya.Dono tak mungkin memperlakukan Nania sebaik Brata. Dia hanya tahu mabuk dan beradu jotos dengan orang yang tak ia suka.Tapi Brata di depannya ini benar-benar sosok pria yang menarik. Dia hanya fokus pada kopinya, ponsel, dan tak seperti seseorang yang membutuhkan Nania namun sekaligus memperlihatkan kepeduliannya dalam diam.“Apa aku terlihat aneh?”“Ya?” Nania mengira Brata tak bicara dengannya.“Kau memandangiku sejak kopi kita datang, kau berpura-pura sibuk dengan ponsel tuamu yang mati sejak dua jam lalu dan kau menghela nafas seakan kau berbeban berat.” Mata almond kering itu menatap dengan esensi yang beku. “Apa yang aneh dariku?”“Ma, maaf.” Nania merinding. Dia dipergoki seperti seorang maling ayam.“Untuk apa? Untuk apa ka
Baca selengkapnya
Brata Sudah Menandai Wanita Itu
“Kau mungkin mencoba terlihat baik-baik saja, Nania. Tapi kau tidak. Aku tahu hidung belang di luar sana semakin merendahkanmu dan bahkan tak membayarmu dengan layak.” Rokok baru hidup di bibir Mertua Nania. Dia adalah sosok yang tak bisa hidup lama jika jauh dari nikotin. “Dono bisa dapat banyak pelacur yang lebih memberikan kehidupan di kantongku, tapi kau ..., kau hanya bisa menangis seharian dan memenuhi tubuhmu dengan lebam.” Hisapan nikotin itu semakin kuat saat nada sinisnya terdengar. “Aku bahkan jengah menatap cerita hidupmu yang seperti itu setiap harinya.”“Tapi aku tak bisa pergi.”“Apa alasannya?” Suara Mertua Nania itu bertambah tinggi. “Kau mau bilang kau mencintai anakku? Kau sakit jiwa, hah? Anakku bahkan tak menganggap kamu manusia.”Nania diseret dengan kekuatan super seorang paruh baya. Dia melempar Nania dari rumahnya saat hujan baru saja turun ke bumi.“Pergi! Cari kehidupanmu dan lupakan tempat ini.”Petir menggelegar seperti tahu efek suaranya cocok dengan
Baca selengkapnya
Nania, Kau Tak Punya Pilihan
“Boss. Sebenarnya, siapa Nania?” Budi baru saja menyeret tuannya agar segera menjauh dari rumah bordir itu. Dia tahu tak baik ada di tempat kotor itu dengan amarah yang tinggi.“Memang kenapa, Bud?” Brata tampak fokus dengan lebam di wajahnya.Budi menarik nafas dan terlihat tak nyaman. “Saya merasa anda tak seperti diri anda. Wanita bernama Nania itu seperti seseorang yang setiap tingkahnya menaklukkan anda.”Brata tersenyum dingin. “Aku tak pernah ditaklukkan, Bud. Dari pada banyak bicara, cepat bawa aku ke rumah. Aku lelah karena belum sempat istirahat semenjak tadi malam.”Budi tak punya pilihan. “Baik, Tuan.”Di dalam hati Brata sendiri, tampaknya ada rasa mengutuk atas apa yang dia perbuat. Perlahan dia tahu bahwa dia berbuat salah, tapi tak bisa memutar balik apa yang sudah dia perbuat.Brata masuk ke dalam kamarnya saat ruangan itu terlihat. Dia baru saja membuka kemejanya sampai sepasang tangan mencoba memeluknya.“Sayang ... “Brata mendesah lelah. “Untuk apa lagi ka
Baca selengkapnya
Keduanya Terjadi
“Lagi pula, kau pasti membenci hidupmu, kan? Aku tahu tak ada yang mau menjadi pelacur.” Brata meraih sebuah apel dan mengupas kulitnya. “Kau harus berpikir tentang masa depanmu. Bayangkan jika kau bisa memiliki sebuah keluarga yang sehat, suami yang tak memaksamu bekerja, dan juga anak-anak yang mungkin berjumlah lebih dari dua di sekelilingmu.”“Anak-anak?” Entah kenapa Nania merasa amat canggung. “Apa anda juga menginginkanku untuk jadi Ibu anak-anak anda?”Kali ini Brata yang terdiam. Entah kenapa dia sadar kalau hayalnya sudah berjalan terlalu jauh. Dia ternyata sudah membayangkan hari depannya dengan seorang wanita yang bahkan berbeda kasta darinya.“Lupakan, Nan. Yang lebih penting, aku harus terus memastikan kalau kau tetap dalam kondisi sehat. Seluruh lukamu harus sudah sembuh sebelum akhirnya kau bekerja untukku.”Kalau boleh jujur, Nania merasa lega sudah dipertemukan dengan Brata. Walau setiap kalimatnya angkuh, tapi Brata selalu punya gambaran akan k
Baca selengkapnya
Konflik Internal
“Jadi dia ada di sini?” Nyonya Martha menatap Budi yang hanya bisa diam dengan wajahnya yang kaku. Saat ini Nyonya Martha sudah tak lagi tergeletak di ranjang kamarnya dia sudah sangat cantik dan bibirnya bahkan terpoles warna merah yang segar. “Kupikir Brata sudah angkat tangan untuk tak lagi berhubungan dengan wanita asing itu. Kupikir drama ini sudah sempurna, tapi ternyata aku salah.”Mata Nyonya Martha teralih pada Evani. Dia menggigit bibirnya dan terlihat sama kesalnya seperti si ibu mertua.“Evani sayang, tenanglah. Kau ketakutan soal apa, sih? Soal wanita yang Brata dekati? Bukankah sekarang kau sudah jadi istrinya?” Nyonya Martha tahu jika Evani takut akan pesaingnya. Dia juga lebih takut saat tahu wanita yang merebut Brata darinya tak lebih dari seorang wanita yang kelasnya jauh di bawahnya.“Bud!” Evani masih menggigiti jarinya karena resah. “Kenapa kau tidak pernah bisa menjaga Brata? Apa kamu tidak tahu mana yang baik dan buruk bagi Tuanmu?”Budi terdiam. Di saat sep
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status